Pages

Kamis, 24 Maret 2011

THE LAST WORDS.


THE LAST WORDS.
HIDUP ITU HANYA SEBENTAR SAJA ! Yakobus 4 : 14.
Kita bisa sakit , dianiaya , bergumul , ditinggalkan … hanya sebentar. Bertahanlah dan jangan menyerah ! Ayo fokus pada kekekalan.
Penderitaan , pergumulan , kepedihan hati yang kau alami bekerjasama untuk 1 tujuan yaitu Kemuliaan Tuhan. …. Kau akan memuliakan Aku , Mazmur 50 : 15. PekerjaanNya harus dinyatakan dalammu.
Cerita dari Rumah duka.
Tiga minggu sebelum meninggal dunia sang suami menjual diam-diam rumah di Kelapa Gading  yang mereka tempati selama ini. Sang isteri tidak tahu apapun tentang hal itu . Lalu sang suami dan anak tunggalnya melihat-lihat dan akhirnya membeli rumah di Bekasi.  Surat rumah atas nama suami. Berhubung suaminya jatuh sakit dan rumah baru belum sempat dihuni , akhirnya mereka memutuskan sementara ini mereka kontrak rumah di daerah Kelapa Gading. Jarak rumah dan Rumah sakit tak terlalu jauh , saudara-saudaranya kebanyakan tinggal di daerah Kelapa Gading , sekolah anaknyapun tak jauh.
Rumah baru di Bekasi disukai oleh suami dan anak tunggalnya yang cowok . Rencana setelah beli rumah baru , anak tunggal mereka  yang berumur 17 tahun akan dibelikan motor. Sang ibu sebenarnya tidak setuju bila anaknya dibelikan motor karena takut terjadi sesuatu pada anaknya . Takut jatuh ,takut kecelakaan dan sebagainya.( Sebenarnya Bila mau tinggal di sana , alat transportasi minimal yang harus dipunyai adalah “Motor “).
Suami isteri ini tidak pernah bekerja ( saya cari info dari iparnya ). Mereka hidup dari harta warisan. Saat terakhir harta yang mereka miliki adalah “rumah. Entah apa yang melatarbelakangi suaminya untuk menjual rumah Kelapa Gading dan pindah ke Bekasi . Isterinya tidak tahu . Sebelumnya suaminya tidak pernah  sakit . Hingga suatu hari , suaminya mengeluh sakit dan dibawa ke dokter . Kata dokter , paru-parunya terendam / paru-paru basah. Belakangan dilakukan CTScan , hasilnya kanker paru-paru stadium akhir.  Opname di RS , sempat pulang ke rumah sekitar seminggu. Kanker paru-parunya telah menjalar kemana-mana .  Sebelum akhirnya diberangkatkan lagi dengan ambulance    dan hanya bertahan 3 jam. Ketika sang suami diopname , saat itu saya tak dapat menjenguknya karena saya sedang menunggu dokter yang akan memeriksa keadaan ibu saya yang sempat pingsan beberapa jam sebelumnya di rumahnya.  Saya tahu hal tersebut karena saya bertemu muka dengan paman saya ( kakak ipar dari isteri sang suami yang sakit CA ). Hingga suatu hari paman saya memberitahu bahwa iparnya telah meninggal dunia.
Isterinya tabah menerima kenyataan ini setelah beberapa hari sebelumnya sempat tak tahan hingga menangis  ketika konseling dengan Pendeta tentang pergumulan hidupnya. Saya minta sang isteri untuk menatap masa depan jangan terpuruk terus . Bukan artinya kita tidak sedih kehilangan orang yang kita cintai .  Masih ada anak yang harus diurus. Saya sempat bingung sebelumnya ketika saya bertanya dia atau suaminya punya usaha apa & dia diam saja. Bila dia punya usaha atau kerja berarti ada pemasukan . Tetapi ada juga isteri yang tidak bekerja & hidupnya hanya mengandalkan penghasilan suami yang mungkin saja “minim” .  Makanya saya cari info dari iparnya untuk mengetahui apa sebenarnya . Saat itu sang isteri bingung dengan pesan terakhir suaminya untuk tinggal di Bekasi. Menurut saya ( terserah dia mau dengar atau tidak dengan pendapat saya , jalan hidup orang tidak ada yang tahu ) bahwa benar ucapan suaminya untuk tinggal di Bekasi . Karena rumah itulah satu-satunya yang mereka miliki . Rumah yang lama sudah dijual , uang yang dipegang harus secepatnya untuk beli rumah yang baru lagi karena uang yang ditangan membuat kita boros/ gatal memakainya. Dalam keadaan terburu-buru , uang yang jumlahnya segitu akan kita belanjakan sesuai dengan kemampuan saat itu. Kita sering tergiur dengan rayuan sales perumahan ataupun dengan promosinya yang jor-joran. Kita tidak mencari info dari orang-orang sekitar perumahan tersebut bagaimana keadaan sebenarnya daerah di sana . Logika umum untuk beli rumah yang penting tidak banjir , rumahnya bagus ( maklum masih baru ) , beli rumah bagian lain tidak mampu tidak sesuai dengan kemampuan , lingkungan / jalanannya bagus . Rumah mereka ternyata rumah tahap ke2. Sedangkan rumah saya tahap pertama , saya beli dari tahun 93.
Waktu Lebaran yang lalu   keluarga kecil saya jalan-jalan naik sepeda ke daerah tahap ke2. Lumayan jauh bolak balik kira-kira 2 jam. Suami saya bilang jaraknya sama seperti perumahan kami ke Pasar Baru Jakarta . Kiri kanan menuju perumahan teresbut , kami melewati cluster2 rumah mahal yang sudah jadi , menelusuri sawah hijau dengan bebek-bebek , danau eceng gondok dengan bebek-bebek yang riang berenang  ,  tidak ada kendaraan umum di sana yang lewat , ada 2 spanduk besar bertuliskan : “Hati-hati di daerah ini rawan kecelakaan , sering terjadi pencurian motor dan hipnotis !” hingga tibalah kami di cluster tersebut ( tahap ke2 yang ternyata merupakan rumah baru mereka ).  Bagus banyak patung kuda putih yang menghiasi taman , ada ruko-ruko entah sudah ada yang buka atau belum laku terjual . Yang saya & suami tidak sukai adalah perumahan ini jauhhhh , mahaaaallll , susah kendaraan umum , kali perumahan/pemukiman sudah penuh dengan air walaupun tidak hujan dan telah dibuatkan tanggul . Itu berarti tanpa adanya tanggul kemungkinan daerah tersebut banjir . Berapa kekuatan tanggul tersebut ? Bahaya Sutet , keamanan pemukiman tersebut .
Ketika kami mau memasuki pemukiman tersebut , saya bertemu tetangga lama & kami mengobrol. Dia pindah ke sana karena tidak banjir selain itu rumah tahap pertama susah naiknya. Saya menghargai pendapatnya. Saya sebenarnya kasihan padanya , dia & ke2 anaknya berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan kendaraan umum . Karena tidak ada , mereka naik ojek motor dengan biaya Rp.20 ribu. Saya tidak tahu tujuan pastinya kemana , tapi berhubung mereka ber4 berarti kemungkinan mereka hanya sampai ke jalan utama. Setiap hari ada angkot khusus , Cuma hari itu lagi Lebaran.  Saya teringat angkot khusus perumahan kami yang katanya gratis menuju ke pasar modern & ada terus menerus. Kami pernah menunggu setengah jam & biaya perorang Rp. 4000. Adikku pernah menunggu & tak ada satupun angkot menyebabkan dia naik beca dengan biaya Rp 15 ribu sekali jalan !
Ketika suaminya sakit dan bila dia sudah menghuni rumah barunya , dengan kendaraan siapakah , dibawa oleh siapakah , dibantu biaya siapakah ? Saat ini selesaikanlah satu persatu urusan ,jaga badan , jaga kesehatan , cukup tidur . Bila pikiran sudah tenang , lakukan/ selesaikanlah masalah yang tertunda.
Pesan suami untuk tinggal di Bekasi sudah tepat karena rumah mereka ada di sana. Bukan karena alas an yang obyektif lainnya. Isteri & anak harus berjuang hidup . Suami & keluarga kecil ini belum pernah menikmati “nikmatnya “ tinggal di sana. Berangkat pagi-pagi sekali bila tidak mau terjebak kemacetan di pintu keluar perumahan dll.
Ternyata Kakak & ipar dari sang isteri telah berembuk untuk mengusulkan yang terbaik untuk sang isteri yaitu menjual rumah yang ada di Bekasi. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan sang isteri .Telah saya bicarakan sebelumnya dengan sang isteri  untuk pilih lokasi strategis , rumah yang bisa dijadikan usaha atau bisa disewakan atau buat rumah kost.
Mudah-mudahan dengan kejadian ini , mereka dapat “terbuka “ & menjadi orang yang sukses. Tidak hanya ber”DOA” saja.
Salam ,
Merry/ Sri Fatmadewi.
081584410765.

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar