Pages

Senin, 23 Desember 2013

NATAL YANG NAKAL



NATAL YANG NAKAL

Nakal menurut KBBI tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Berbicara tentang norma, maka setiap komunitas jelas memiliki normanya masing-masing. Bisa jadi yang menurut masyarakat kita lazim, ternyata tidak lazim menurut masyarakat di tempat lain.
Lalu apa hubungannya natal dengan nakal? Apanya yang nakal dari sebuah natal?
Saat natal tiba, banyak kenakalan yang sering kita lakukan. Tanpa melihat konteks masyarakat ketika Yesus lahir, kita sembarangan memahami peristiwa natal. Ada beberapa kenakalan yang sering kita lakukan:
1.      Kita sering mencampuradukkan cerita antara gembala dengan orang-orang majus. Kita menggabungkan kedua cerita yang sebenarnya diceritakan oleh kedua kitab Injil yang berbeda, waktu yang berbeda dan maksud yang berbeda. Cerita orang majus ada di kitab Matius. Di Matius orang Majus diberi tanda Bintang jika ingin bertemu Yesus karena memang orang majus hidup sehari-harinya berhubungan dengan bintang, mereka adalah ahli perbintangan dari timur. Jadi memang pas jika orang majus diberi tanda bintang dan tidak pas jika gembala diberi tanda bintang. Di Lukas, para gembala diberi tanda palungan jika ingin bertemu Yesus karena setiap hari mereka menggembalakan domba dan pasti tidak asing lagi dengan palungan. Jadi memang pas jika gembala yang diberi tanda palungan dan tidak pas jika orang majus diberi tanda palungan. Namun seringkali kita dengan seenaknya menggabungkan kedua cerita tersebut. Orang majus dan para gembala melihat bintang yang mengantar mereka ke sebuah kandang, lalu orang majus dan para gembala bertemu dengan Maria, Yusuf dan bayi Yesus di palungan secara bersamaan. Perlu kita ketahui, gembala dan orang-orang majus tidak bertemu Yesus pada waktu bersamaan, namun pada waktu yang berbeda. Orang-orang majus bertemu Yesus ketika Yesus sudah berumur kurang dari dua tahun (Lukas 2:16). Perhatikan Matius 2:11, yang ditemui orang-orang majus adalah Anak (παιδιον/paidion) bukan Bayi (βρεφος: brephos) seperti yang ditemui oleh para gembala dalam Luk 2:16.


2.      Kita juga sering seenaknya menggambarkan bahwa Yesus lahir di kandang. Yesus tidak lahir di kandang. di Alkitab hanya dikatakan di palungan (Lukas 2:16). Palungan bisa ditaruh di mana pun, tidak selalu di kandang. Bisa jadi di gudang/ruang bawah.
3.      Kita sering menggambarkan Maria dan Yusuf mencari rumah penginapan namun tidak dapat sehingga harus tinggal di kandang. Perlu kita ketahui, orangtua Yesus tidak mencari penginapan tetapi ke rumah saudaranya sendiri namun tidak mendapat kamar tamu atas, dalam Lukas 2:7 ditulisnya rumah penginapan (καταλυμα/kataluma dalam bahasa Yunani artinya kamar tamu atas). Untuk penginapan bahasa yunaninya pandoceion seperti dipakai dalam Lukas 10:34). Kemungkinan besar, Yesus beserta kedua orangtuanya diberi tempat di gudang/ ruang bawah. Pdt. Joas Adiprasetya pernah menulis di sini http://www.facebook.com/notes/joas-adiprasetya/natal-perdana-ruang-keramahtamahan/10151172666821964 , walau dengan kesimpulan kisah yang berbeda dengan saya. Bagi saya dan juga Pak Andar Ismail, justru Yesus berada di ruang bawah karena tertolak, bukan karena keramahtamahan pemilik rumah. Tapi yang jelas, Maria dan Yusuf tidak di penginapan.
4.      Banyak pendeta yang pada saat kelahiran Yesus, justru mengkhotbahkan tentang kematianNya. Coba kita bayangkan saat ulangtahun kita, kita ngundang pendeta untuk ibadah syukur eh pendetanya malah khotbah soal kematian kita, bagaimana perasaan kita? Bisa saja sih mengingatkan tentang betapa singkatnya hidup kita, atau kita semua pasti akan mati jadi harus menggunakan waktu dengan baik. Tapi bagaimana jika yang dikhotbahkan bukan soal itu melainkan betapa tragisnya nanti kita akan mati? Ada yang mau ketika ulangtahun dikhotbahi tentang kematian kita yang tragis? Itu artinya tidak sesuai konteks. Mungkin akan ada yang berkata, kelahiran Yesus selalu berhubungan dengan kematian Yesus. Jadi kelahiran Yesus selalu sepaket dengan kematianNya. Apakah dari kisah kelahiran Yesus tidak ada nilai-nilai lain yang dapat disampaikan? Apakah hanya kisah kematianNya saja yang begitu bermakna sehingga harus terus-menerus dikhotbahkan bahkan di hari kelahiranNya? Menurut saya, banyak sekali nilai-nilai ataupun hal-hal lain yang dapat disampaikan saat kelahiran Yesus. Bahkan dari daftar silsilah Yesus saja, kita bisa mengkhotbahkan bagaimana kelahiran Yesus merangkul yang tertolak. Ada berapa banyak orang-orang yang dianggap hina pada zaman itu justru masuk menjadi nenek moyang Yesus. Bahkan dari kisah Yesus lahir di “rumah penginapan” saja, kita bisa mendapatkan dua pesan berbeda. Pesan seperti yang disampaikan Pdt. Joas yaitu tentang keramahtamahan dan pesan seperti yang disampaikan Andar Ismail tentang ketertolakan. Masih banyak pesan lainnya yang harus disampaikan pada saat natal, tidak melulu soal kematian Yesus di kayu salib.


Demikianlah beberapa kenakalan yang seringkali kita lakukan pada saat natal. Mungkin masih banyak kenalan-kenakalan lainnya yang sering kita lakukan. Atau mungkin juga tulisan saya saat ini adalah sebuah kenakalan bagi beberapa komunitas gereja karena tidak sesuai norma atau doktrin mereka?

Nuryanto Gracia, S.Si (teol)

Kamis, 19 Desember 2013

ALANGKAH INDAHNYA


ALANGKAH INDAHNYA

Sudah beberapa hari bukit-bukit di pedalaman Perancis itu menjadi ajang pertempuran. Perang Dunia kedua sedang berkecamuk di tengah musim dingin yang menusuk. Pasukan Amerika sedang berhadapan langsung dengan pasukan Jerman. Pada malam itu pasukan kedua belah pihak tetap siaga di parit penjagaan mereka masing-masing. Jarak antara kedua pasukan musuh itu hanya beberapa puluh meter saja. Rasa tegang dan lelah mencekam mereka.

Tiba-tiba kesunyian malam itu pecah. Ada suara seseorang sayup-sayup mengumandangkan irama “Malam Kudus.” Para prajurit itu tertegun. Mereka saling mamandang dengan rasa heran. Betul! Ini malam natal! Hari ini tanggal 24 Desember! Lalu prajurit-prajurit itu pun ikut bernyanyi. Beberapa prajurit Amerika berdiri dan keluar dari parit. Disusul oleh beberapa prajurit Jerman. Mereka pun saling berangkulan. Tentara Amerika bernyanyi “Silent Night, Holy Night”; tentara Jerman bernyanyi “Stille Nacht, Heilige Nacht.” Rasa haru dan gembira langsung memenuhi hati mereka. Mereka mengeluarkan makanan dan saling bertukar cendera mata.

Keesokan harinya tentara dari kedua pasukan yang bermusuhan itu bermain sepak bola. Sepanjang hari mereka bergembira.

Tetapi setelah itu para prajurit itu terpaksa kembali lagi ke parit mereka masing-masing. Komandan masing-masing pasukan mendapat instruksi untuk meneruskan penyerangan. Akibatnya pertempuran meletus lagi. Kedua pasukan itu terpaksa saling tembak lagi. Natal telah berakhir, damai pun ikut berakhir.

Cerita itu hanya salah satu dari sekian banyak cerita yang ironis tentang Natal. Ironis karena seringkali dampak Natal hanya berlangsung dua atau tiga hari saja.

Suasana Natal memang seolah-olah menyulap perasaan kita. Begitu kita mendengar lagu-lagu Natal yang khidmat dan agung, hati pun terasa teduh. Kita jadi lebih bermurah hati kepada orang lain. kita jadi lebih ramah. Wajah orang pun tampak lebih cerah dan ceria. Ketegangan dan keberingasan hidup sehari-hari seolah-olah berhenti dan diganti dengan kedamaian dan keramahan. Hidup terasa menjadi lebih indah.

Tetapi ketika suasana Natal itu sudah berakhir, berakhir pulalah segala kedamaian dan kemurahan hati itu. Hidup kembali menjadi kejam dan keras, serakah dan selingkuh, benci dan dengki. Sesingkat itukah nyala api kasih Kristus yang bernyala dalam hati kita?

Dalam khotbah di Bukit, Tuhan Yesus mengumpamakan kita sebagai pelita yang ditempatkan di atas kaki dian supaya menerangi seisi rumah (Matius 5:14-16). Cahaya pelita memang tidak gemerlapan dan tidak mencolok secara istimewa, namun ia menyala secara langgeng tiap malam sepanjang tahun. Pelita bebeda dari lampu hiasan Natal yang berkedap-kedip secara mencolok namun hanya menyala beberapa hari saja setahun.

Agaknya dalam mewakili Tuhan Yesus kita perlu belajar menjadi pelita yang walaupun menyala secara bersahaja namun menyala langgeng sepanjang tahun, ketimbang lampu hiasan Natal yang gemerlapan namun menyala hanya selama beberapa hari saja.

Dalam Surat dari Taize Bruder Roger menulis, “Mengikuti Kristus bukanlah seperti menyalakan kembang api atau petasan yang menyala secara memukau dan silau dalam waktu sekejap namun sesudah itu langsung lenyap.”

Yang kita butuhkan bukanlah pengalaman iman yang berkilauan dan meledak-ledak penuh emosi secara gegap gempita namun berlangsung hanya beberapa kali saja setahun. Yang kita butuhkan adalah kebalikannya, yaitu pengalaman iman yang tenang dan bersahaja namun setia dan langgeng sepanjang tahun.

Lebih baik kita menjadi air tawar biasa di gelas yang penuh ketimbang menjadi cola atau minuman bersoda yang meletup dan meluap secara berbuih-buih begitu dibuka, tetapi segera setelah itu buih-buihnya langsung lenyap sehingga yang tinggal ternyata adalah gelas yang tidak penuh.
Roh Natal dan Roh Yesus, yaitu kegembiaraan, keteduhan, kesahajaan dan kemurahan hati. Dunia langsung berubah menjadi indah ketika roh itu mulai menyala di dalam hati kita. Alangkah indahnya dunia ini kalau roh itu menyala bukan hanya pada hari hari Natal saja, melainkan langgeng sepanjang tahun. Ya, alangkah indahnya.

Diambil dari buku Selamat Natal karya Andar Ismail.

Kamis, 05 Desember 2013

BUKU PREACHING WITH STORYTELLING

PREACHING WITH STORYTELLING
MENGGUNAKAN STORYTELLING DALAM MENYAMPAIKAN PESAN FIRMAN TUHAN
 
 
Penulis : Nuryanto Gracia
Penerbit: nulisbuku
Halaman: 0 Colour Pages & 132 B/W Pages               
Kategori: Agama
Harga: Rp 33000 (belum termasuk ongkir dari surabaya)
Pemesanan bisa langsung ke http://nulisbuku.com/books/view_book/5038/preaching-with-storytelling atau melalui saya di Twitter @ketozia
 
 
Khotbah merupakan salah satu mata acara penting dalam suatu kebaktian. Oleh karena itu, khotbah harus disusun sedemikian rupa agar menarik dan efektif. Melalui buku ini, penulis ingin menunjukkan bahwa ada metode khotbah yang menarik dan efektif namun sayangnya belum banyak dilirik oleh para pengkhotbah. Metode khotbah tersebut yaitu khotbah dengan bercerita atau yang biasanya disebut khotbah naratif.
 


Minggu, 03 November 2013

PRINSIP DALAM PEMILIHAN NYANYIAN LITURGI


PRINSIP DALAM PEMILIHAN NYANYIAN LITURGI

Seberapa pentingkah musik dalam sebuah liturgi? Musik itu sendiri merupakan ekspresi jiwa dan hati manusia. Musik itu memiliki jiwa. Musik yang gembira dapat membuat orang yang mendengarnya turut bergembira bahkan sampai menari riang sedangkan lagu yang melankolis dapat memicu derai air mata orang yang mendengarnya. Begitu juga dengan musik liturgi atau musik gereja (musica sacra). Musik sangat penting dalam sebuah perayaan liturgi.

Musik dapat membantu orang dalam berliturgi, yaitu berjumpa Tuhan dan sesamanya. Musik yang sesuai dengan tema liturgi dan tempatnya akan membantu umat dalam memasuki misteri iman yang dirayakan dan memungkinkan umat untuk lebih baik menangkap sabda Tuhan. Musik juga memalui isi syairnya dapat ikut memperdalam misteri iman akan Yesus Kristus yang sedang dirayakan dalam liturgi.[1] Oleh karena itu, nyanyian yang akan digunakan dalam sebuah liturgi haruslah dipilih dengan baik.

Berikut ini beberapa prinsip dalam pemilihan nyanyian liturgi:[2]

1.       Nyanyian Liturgi Melayani Seluruh Umat Beriman

Nyanyian liturgi harus bisa menjawab harapan umat karena perayaan liturgi merupakan perayaan bersama. Nyanyian liturgi tidak dipilih berdasarkan kepentingan individu atau kelompok mayoritas. Oleh karena itu, nyanyian liturgi yang dipilih harus juga memperhatikan kelompok minoritas.

2.       Nyanyian Liturgi Bisa Melibatkan Partisipasi Umat

Nyanyian liturgi harus memberikan kesempatan umat untuk berpartisipasi di dalam ibadah. Agar umat dapat terlibat dan menghayati setiap lagu yang dinyanyikan maka lagu yang dipilih harus sesuai dengan kondisi jemaat.

3.       Nyanyian Liturgi Harus Mengungkapkan Iman dan Misteri Kristus

Nyanyian liturgi yang dipilih tidak boleh hanya sekadar semua bisa menyanyikannya dengan baik dan indah, lagunya enak didengar dan mudah dihapal tetapi juga harus membawa umat kepada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan dengan Kristus. Oleh karena itu, nyanyian liturgi harus berdasarkan pada alkitab.

4.       Nyanyian Liturgi Harus Sesuai dengan Masa dan Tema Liturgi

Nyanyian liturgi yang dipilih harus sesuai dengan masa dan tema liturgi. Kesesuaian isi dan melodi lagu liturgi dengan masa serta tema liturgi akan membantu umat untuk lebih menghayati misteri yang dirayakan. Demikian pula pilihan musik dan iringannya perlu disesuaikan dengan tema dan masa liturgi.

5.       Nyanyian Liturgi Harus sesuai dengan Hakekat Masing-masing Bagian

Nyanyian liturgi tentu harus sesuai dengan tempat dan fungsi nyanyian itu dalam bagian liturgi. Apabila dia berperan sebagai nyanyian pembukaan maka dia harus di tempatkan di awal kebaktian. Apabila dia  berperan sebagai lagu pengakuan dosa maka dia harus ditempatkan di saat pengakuan dosa, dengan syair yang menyatakan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, dan seterusnya. Oleh karena itu, penguasaan dan pemahaman akan karakter nyanyian isinya serta maksud sang pencipta lagu sangat perlu bagi para liturgos.

Apakah pemilihan musik di gereja mu telah memenuhi kelima prinsip di atas?

 Nuryanto Gracia, S.Si (teol)



[1] E. Martasudjita, Seri Pendalaman Liturgi-2: Mendalami Simbol-simbol dalam Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 73 – 75.
[2] E. Martasudjita dan J. Kristanto, Seri Pendalaman Liturgi: Musik dan Nyanyian Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 43 – 48.

Senin, 28 Oktober 2013

TRAILER BUKU "BUNGLONISME"

TRAILER BUKU "BUNGLONISME"

Saya baru membuat trailer buku "Bunglonisme"

Yang ingin menonton dapat melihatnya di sini BUNGLONISME

 
 
JANGAN LUPA BELI BUKUNYA YAH.

 

Rabu, 09 Oktober 2013

KISAH BUKU "BUNGLONisme"

KISAH BUKU "BUNGLONisme"

Buku "217 Fakta superaneh dunia binatang" karya Utami Widijati, cukup memikat saya saat itu. Utami membahas keunikan binatang di dalam buku tersebut secara menarik namun ringkas. Saya lalu merasa harusnya tidak cukup sampai informasi saja, dunia binatang pun bisa dijadikan bahan refleksi bagi manusia. Dengan berbekal hanya satu buku tersebut, saya membuat refleksi dari dunia binatang lalu menggabungkannya dengan kisah-kisah lain, dan terbitlah buku berjudul "Our Life is Wow."


Rencananya saya ingin membuat Our Life is Wow yang kedua, oleh karena itu saya mencari data lebih banyak lagi tentang dunia binatang, dunia filsafat, dunia benda mati dan pengalaman sehari-hari karena memang buku our life is wow terdiri dari empat sudut pandang tersebut. Namun dalam perjalanan pencarian data, hati saya tersangkut (hanya) pada dunia binatang. Akhirnya pencarian data saya fokuskan hanya pada dunia binatang. Saya mendapatkan banyak sekali data-data dunia binatang baik dari buku seri WHY dan WHAT maupun buku-buku selain itu. Walaupun saya mendapatkan banyak data, namun tidak semua data itu dapat diolah untuk dijadikan bahan refleksi manusia. Akhirnya saya hanya mendapatkan 83 cerita yang nantinya akan menjadi isi di buku "Bunglonisme."

Saya mulai menulis, selesai naskah ditulis saya mulai mencari penerbit. Saya bertanya kepada beberapa akun twitter penerbit besar. Namun di antara akun-akun tersebut ada akun yang adminnya sangat ramah, dia selalu menjawab pertanyaan saya, yaitu akun @elexmedia, bahkan saya sampai diberi alamat surel para editornya.

Saya pun mulai mengirimkan surel ke editor buku motivasi. Surel pertama saya bertuliskan, "mas windhy selamat siang. saya mau tanya, syarat naskah untuk buku motivasi berapa halaman yah? terimakasih."

Esok harinya saya mendapatkan balasan dari Mas Windhy Yoevestian (editor buku motivasi), 
"selamat siang mas Nuryanto.. mohon maaf saya baru balas, untuk naskah buku motivasi, format Word biasa sekitar 100-150 halaman.. tapi kami minta contohnya dulu ya untuk direview.. maksudnya naskah buku harus sudah selesai dulu baru bisa masuk daftar antrian review..semoga membantu mas..terima kasih.."jawaban yang ramah.

Saya lalu bertanya-tanya tentang hal teknis, tampaknya saya memang banyak bertanya, untungnya Mas Whindy tidak keberatan. Setelah mendapatkan informasi cukup tentang hal teknis yang harus dipersiapkan, tanggal 13 Mei 2013 saya mengirimkan naskah saya yang pada saat itu berjudul "Binatang Bersuara Tuhan." Namun ternyata naskah saya tidak ada dilampiran surel yang saya kirim. Mas Windhy meminta saya untuk mengirim ulang. Saya cukup panik saat itu, saya terus mengirim ulang hingga akhirnya tanggal 16 Mei 2013, naskah tersebut berhasil diterima. Saya sangat lega sekaligus senang. Dan yang membuat saya lebih senang adalah balasan surel dari Mas Windhy bukan hanya memberitahu bahwa naskah sudah diterima, tapi ada hal lain di dalam surel tersebut, "sudah saya terima pak Nuryanto.. saya sudah baca sekilas, dan cukup tertarik.. bisa kita bertemu dulu hari senin, 20 Mei 2013?..saya ingin mengobrol dengan Anda.. terima kasih.."

Wow, senangnya naskah saya dilirik oleh editor elexmedia. Tanggal 20 Mei 2013, saya segera bertemu dengan beliau. Hasil dari percakapan tersebut adalah naskah saya akan diterbitkan jika diberi tambahan ilustrasi berupa gambar binatang di tiap babnya. Saya segera menghubungi murid saya yang bernama Margareth Karis. Dalam waktu tiga hari, dia berhasil menyelesaikan 83 gambar binatang yang sangat bagus. Teman-teman bisa melihat sendiri gambarnya nanti di buku saya.


Proses editing dan layouting pun dimulai, hingga saya mendapat kabar bahwa buku saya diganti judulnya menjadi "Dasar Kau manusia" dengan cover sementara seperti berikut:
Saya sangat tertarik dengan judul baru tersebut, hingga tidak berapa lama kemudian saya dapat kabar kembali bahwa berdasarkan keputusan dewan redaksi judulnya diganti lagi menjadi "BUNGLONisme: cerita tentang hilangnya rasa kemanusiaan dari manusia." Selain judul yang diganti, ternyata ada beberapa teks dari naskah saya yang harus diganti atau dihilangkan. Bagi seorang penulis, sangat berat sekali untuk menghilangkan naskah yang sudah ditulisnya dengan berbagai macam pertimbangan dan idealisme. Namun demi kepentingan bersama dan demi naskah yang lebih baik, yang tidak menyinggung SARA, akhirnya saya merombak beberapa teks dari naskah saya.
Teman saya waktu itu mengajukan proposal cover untuk judul tersebut dan sempat disetujui oleh pihak elexmedia. Covernya seperti ini:
Namun tidak berapa lama kemudian, saya dapat kabar bahwa elexmedia akan memakai cover yang lain. Cover tersebut akhirnya menjadi cover final seperti yang tampak pada saat ini.



Perjalanan cukup panjang dari bulan Mei, hingga akhirnya Oktober buku ini berhasil terbit. Puji Syukur pada Tuhan dan juga teman-teman yang telah banyak membantu dan memberi masukan. Terimakasih juga kepada elexmedia yang telah memberi kesempatan naskah ini diterbitkan, dan tidak lupa juga kepada Mas Windhy atas kesabarannya menghadapi saya yang cerewet.

Banyak masalah yang saya hadapi dari penulisan, pengiriman hingga penerbitan naskah namun saya belajar dari Burung Puyuh, Burung Jay dan Bluebird yang mengatakan, "kita menggunakan masalah sebagai alat untuk menata diri kita menjadi lebih baik."

Tulisan yang saya buat, telah menginspirasi saya. Yah, memang seharusnya begitu. Tulisan yang kita buat, sebelum menginspirasi orang lain, seharusnya menginspirasi kita terlebih dahulu. Saya sudah diinspirasi, apakah teman-teman juga siap untuk diinspirasi oleh buku ini? Ayo cepat dapatkan di toko gramedia terdekat.

Selamat membaca.

Salam,

Nuryanto Gracia.








NB: Saya sedang menyiapkan naskah Bunglonisme 2. Jika ingin naskah ini diterbitkan, teman-teman harus membeli terlebih dahulu Bunglonisme yang sekarang agar laporan penjualannya bagus. Semoga kita bisa bertemu di buku Bunglonisme 2.

KUTIPAN BUNGLONISME

KUTIPAN BUNGLONISME

APA SIH ISI BUKU BUNGLONISME? Berikut ini, saya akan memberikan sedikit kutipan dari buku saya "Bunglonisme: cerita tentang hilangnya rasa kemanusiaan dari manusia." Mungkin dengan sedikit kutipan ini, bisa juga sedikit tergambar tentang apa isi buku ini. Kutipan ini adalah cuplikan dari percakapan para binatang di dalam buku Bunglonisme. Kutipan ini telah saya twit di twitter saya @ketozia. Jika ingin membaca ceritanya lebih lanjut, silakan beli bukunya. Sudah tersedia di 104 toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.

Manusia poikiloterm, kenikmatan hidupnya sgt tergantung keadaan sekitar

Bnyk manusia yg ketika amarah dtg mjd lbh bodoh dr binatang

MEA mengorbankan diri sendiri agar teman2nya selamat, sdgkan manusia mengorbankan teman2nya agar dirinya sendiri selamat
Kelemahan yg besar tidak diatasi, kelebihan sedikit malah disombongkan
Manusia memang mahluk yg pandai berpura-pura
Manusia jk tmnnya dlm mslh bknny membantu malah menyalahkan, bkn menguatkan malah menertawakan, bkn menemani malah meninggalkan
Manusia begitu mudahnya mengatai anaknya bodoh, goblok, tolol, dungu hny krn anaknya tdk cpt tanggap thdp ap yg mrk ajarkan
Manusia begitu mudahnya mengatakan sesuatu itu bnr hny krn org bnyk mengatakan itu bnr
Hal yg plg menyedihkan itu bkn ktk bnyk org yg tdk menghargai qt krn qt jelek, tp ktk qt sendiri tdk dpt menghargai diri kita
Banyak manusia selagi hidup ga berguna, sudah mati apalagi
Cara menjaga diri » Belalang anggrek: menyamar, bombardier beetle: menyemprot, sigung: mengeluarkan bau, manusia: menyikut



Para binatang ini siap mengkritikmu habis-habisan

DAPATKAN SEGERA DI TOKO BUKU KESAYANGAN ANDA
(ATAUPUN DI TOKO BUKU YANG TIDAK ANDA SAYANGI)

Kamis, 03 Oktober 2013

Bunglonisme: Cerita tentang hilangnya rasa kemanusiaan dari manusia


BUKU BARU

Judul: Bunglonisme: Cerita tentang hilangnya rasa kemanusiaan dari manusia

Penulis: Nuryanto Gracia

Penerbit: elexmedia computindo

Harga: Rp. 48.800

Jika pesan langsung dengan saya, harga buku hanya Rp. 40.000 (belum ongkir)

Isi buku: percakapan para binatang yang mengkritik kehidupan manusia melalui kehidupan mereka sendiri.

Bagi rekan2 yang berminat, langsung hubungi saya di 088808607214 atau 329e6324


Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar