Pages

Selasa, 21 April 2015

HARI KARTINI, PEREMPUAN DAN ALKITAB

HARI KARTINI, PEREMPUAN DAN ALKITAB

Perempuan seringkali menjadi objek diskriminasi kaum pria, bahkan ayat-ayat suci dijadikan alat pembenarannya. Alkitab, sebagai kitab suci umat Kristen pun menjadi salah satu pembenaran yang sering dipakai. Mari kita simak lebih teliti apakah benar Alkitab memandang perempuan serendah itu.
1. Saat Allah menciptakan manusia, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambarNya (Kejadian 1:27). Tidak hanya lelaki yang segambar dengan Allah, tetapi perempuan juga. Jadi laki-laki dan perempuan sederajat.
2. Pada saat Tuhan membentuk perempuan dari tulang rusuk Adam, banyak di antara kita yang menganggap perempuan itu lemah sehingga perempuan dianggap makhluk lemah. Padahal, kata yang dipakai dalam bahasa Ibraninya adalah bana (Kejadian 2:22). Kata bana sering dipakai untuk membuat sesuatu yang keras dan kuat seperti kota, menara, mezbah atau benteng. Jadi, Tuhan ingin mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang kuat.
3. Perempuan disebutkan sebagai penolong yang sepadan (ezer kenegdo, Kejadian 2:18, 20). Seringkali kita mengartikannya bahwa perempuan adalah pembantu laki-laki, yang kedudukannya lebih rendah dari laki-laki. Padahal kata ezer (penolong) dalam perjanjian lama sering dipakai untuk Allah sebagai penolong, dan juga dipakai untuk pertolongan Israel. Jadi sekali lagi, ayat tersebut ingin mengingatkan bahwa perempuan kuat. Penolong juga bukan berarti lemah. Justru seseorang dapat menolong karena dia memiliki kelebihan dari yang ditolongnya.
4. Dalam Perjanjian Lama, kata laki-laki dan perempuan dalam hubungannya sebagai suami-istri, menggunakan permainan kata yang menarik yaitu is (laki-laki) dan issa (perempuan). Saat suami memanggil istrinya, issa, maka dia juga memanggil dirinya sendiri. Saat dia mengingat istrinya, maka dia mengingat dirinya sendiri. Saat dia mengasihi istrinya, dia mengasihi dirinya juga. Saat dia menyakiti istrinya, dia menyakiti dirinya juga. Bahkan permainan kata ini semakin menarik, jika kita membaca Kejadian 2:24, yaitu saat is bersatu dengan issa, maka terciptalah kehidupan yang baru. Sedangkan saat adam (manusia) bersatu dengan adama (tanah) terciptalah kematian (Kejadian 3:19). Jadi, perempuan bukanlah pembawa kematian, dia adalah pembawa kehidupan. Dia adalah bagian dari diri kita. Ingat, saat kita menyakitinya, itu artinya kita menyakiti diri sendiri.

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang bercerita tentang perempuan yang luar biasa. Tapi itu bukan berarti bahwa perempuan bisa kembali mendiskrimanasi laki-laki karena merasa dirinya lebih kuat. Yang perlu kita ingat adalah laki-laki dan perempuan setara.

Selamat Hari Kartini.
Laki-laki, mari menghargai kaum perempuan.
Perempuan, mari hargai diri sendiri.

Salam,
Nuryanto Gracia

Rabu, 15 April 2015

KRITIKUS BODOH

KRITIKUS BODOH

Saya menulis, "Kendaraan pribadi banyak yang masuk busway."

Lalu ada yang mengkritik, "Katanya penulis tapi logikanya tidak jalan. Mana bisa kendaraan masuk busway. Hahaha."

Saya jawab, "Mengkritik boleh, tapi coba diupayakan tahu apa yang dikritik. Mengkritik beda dengan bertanya. Busway berbeda dengan transjakarta."

Ada lagi, saya menulis, "Sejak hari ini, mereka resmi berpacangan."

Ada lagi yang mengkritik, "Begini nih yang bikin Indonesia rusak, jika penulisnya cuma bisa bahasa alay. Pasangan malah ditulis pacangan."


Saya jawab, "Begini nih yang bikin Indonesia rusak. Merasa tahu bahasa Indonesia tapi tidak tahu bedanya pacangan dan pasangan. Mengkritik boleh, tapi usahakanlah tahu apa yang dikritik."


Teman-teman, tidak ada yang salah dengan memberikan kritikan, tapi mengkritiklah yang cerdas. Supaya bisa mengkritik dengan cerdas, perbanyaklah pengetahuan. Jika tidak mau, yah siap-siaplah menambahkan stok kritikus bodoh di Indonesia.

Salam,
Nuryanto Gracia

JANGAN MENAFSIR KITAB SUCI

JANGAN MENAFSIR KITAB SUCI

Saya teringat dengan percakapan di suatu hari Minggu saat selesai berkhotbah di satu gereja. Ada beberapa orang yang sedang bercakap-cakap membahas beberapa ayat di dalam alkitab. Awalnya saya hanya senyum-senyum saja mendengarkan percakapan mereka, sampai satu titik, lidah saya mulai gatal untuk berujar karena mendengar seorang Bapak mengutip ayat-ayat alkitab lepas dari konteksnya, sebut saja Mr. X.

Saya: Maaf Pak, dari tadi saya mendengarkan Bapak mengutip beberapa ayat lalu menjelaskan begitu saja tanpa melihat ayat-ayat setelah dan sebelumnya atau lebih jauh lagi tidak melihat konteks ayat tersebut.

Mr. X: Untuk apa? Tiap ayat itu punya pesannya masing-masing. Dan Alkitab itu jangan ditafsir, bisa sesat. Seperti pendeta-pendeta di sini. Baca dan terima saja apa yang tertulis, itu baru benar.


Untuk beberapa saat saya mencoba memberikan beberapa pemahaman tentang tafsir, konteks, perikop dan lain sebagainya yang berkaitan dengan alkitab hingga akhirnya dia menyeletuk.

Mr. X: Wah semakin ngawur sekali kamu. Kamu masih muda dan awam, tidak tahu apa-apa. Jadi belum mengerti apa-apa tentang firman Tuhan. Kamu juga kan belum pernah belajar di sekolah alkitab jadi belajar dulu yah... Lain kali kalo bukan bidangnya jangan sok tahu yah...

Sepertinya bapak ini tidak mengenal saya, saya juga tidak mengenal beliau.

Saya: Bapak belajar di sekolah alkitab?

Mr. X: Tentu, saya sekolah di Sekolah Alkitab selama 6 bulan. Jadi saya tahu apa yang saya ucapkan tadi, mungkin kamu yang tidak tahu apa yang kamu ucapkan.

Saya: Oh iya maaf kalo gitu Pak, saya sepertinya belajar teologi kelamaan sampai 5 tahun, jadi tidak semengerti Bapak yang belajar alkitab 6 bulan. Maaf Pak. Mari Pak, saya pulang dulu.

Saya merasa harus menyudahi diskusi tersebut karena saat rekan diskusi sudah merasa dirinya lebih tinggi dan yang lainnya lebih rendah, maka diskusi tidak lagi perlu dilanjutkan karena dia sudah merasa benar bahkan sebelum diskusi dilakukan.

Sepertinya masih banyak orang-orang yang baru belajar agama sedikit lalu merasa paling tahu segalanya. Bahkan hanya belajar 6 bulan sudah seperti mengetahui seluruh isi alkitab.
Saya juga menemui fenomenon ini di beberapa agama. Ada yang baru belajar agama sedikit lalu merasa sudah tahu segalanya. Miris.

Salam,
Nuryanto Gracia, S.Si (teol)

KATA KASAR TAK MASALAH

KATA KASAR TAK MASALAH

Di suatu ruangan, sebelum rapat dimulai

Mr. Y: Wuih A*ok mantap yah... Dia berani melawan para koruptor sendirian.

Mr. Z: Iya saya salut banget sama keberanian dan ketulusannya. Cuma sayang bahasanya kurang santun.

Mr. W: Ah buat apa bahasa santun tapi tindakannya tidak.

Mr. Z: Yah kan lebih baik kalo tindakan dan bahasanya santun.

Mr. V: Orang-orang kaya gitu udah ga pantes diajak ngomong lembut. Kalo salah, emang harus ditegur dengan keras.


Mr. Z: Tegur keras dengan kata-kata seperti "Bangsat, tai, bajingan" begitu kah?


Mr. V: Yah kalo memang perlu silakan saja. Eh udah mau mulai rapatnya, ayo kita rapat dulu.


Rapat berjalan tenang sampai pada satu titik, pemimpin rapat mengatakan Mr. V telah melakukan beberapa kesalahan fatal tapi Mr. V berusaha mengelak.

Mr. Z: Udah jelas begini buktinya ada, masih juga nyangkal. Dasar bangsat.

Mr. Y: Woi kalo ngomong dijaga. Kita lagi rapat.

Mr. Z: Diem lu tai!

Mr. W: Anda kenapa Mr. Z? Bukankah Anda orang berpendidikan? Marah boleh saja, tapi pakailah bahasa yang santun. Ini bukan di pasar.

Mr. Z: Loh buat apa bahasa santun kalo kelakuannya kaya Mr. V. Dia emang pantas dipanggil bangsat.

Mr. V: Anda lebih buruk dari saya. Seenaknya memaki-maki saya bangsat. Jika memang saya salah, tegurlah dengan baik.

Mr. Y: Betul itu, tolong ngomongnya dijaga.

Mr. Z: Loh, saya cuma meniru apa yang dilakukan A*ok. Bukannya tadi kalian bilang tidak apa? Bukannya kalian bilang lebih baik tindakan santun dibandingkan bahasa santun tetapi mulut tidak? Bukannya tadi kalian bilang orang-orang yang melakukan tindakan tidak benar harus ditegur dengan keras dan dengan bahasa kasar?

Sedang membayangkan suatu saat di setiap rapat (rapat apapun itu), jika ada anggota rapat yang salah, maka banyak yang akan langsung memaki bangsat, tai, bajingan. Masalahkah?
Sedang membayangkan, sebenarnya mereka yang mengatakan tidak apa berbahasa tidak santun saat memaki orang brengsek, apakah akan biasa juga saat mereka sendiri yang melakukan kesalahan lalu dicaci-maki seperti itu?

Jika tidak masalah ya sudah tidak apa, hanya sekadar bertanya. Hehe.


Salam,
Nuryanto Gracia

ORANG BAIK LANGKA

ORANG BAIK LANGKA

Percakapan sore dengan seorang bapak.

Bapak : Kalo ada orang yang baik, jujur, atau adil maka media akan langsung secara besar-besaran memberitakannya. Di mana-mana dijadikan bahan perbincangan. Apakah itu artinya orang baik sudah sebegitu langkanya sehingga saat ketemu satu orang baik, kita langsung heboh? Kita kasih nama aja deh orang baik seperti itu dengan sebutan 'orang langka.'

Saya : Ha ha. Bener juga yah Pak, sesuatu yang langka kalo muncul kan suka bikin heboh. Jadi pantes saja 'orang langka' muncul langsung heboh.

Bapak : Nah, biar yang langka ga cepet binasa harus dijaga yah.

Saya : Siapa penjaganya pak?

Bapak : Pemuka agama dong... mereka kan yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan

Saya : Kalo saya jadi pemuka agamanya sih ga mau

Bapak : Loh kenapa ga mau?

Saya : Kalo pemuka agama jadi penjaganya berarti pemuka agama tidak termasuk 'orang langka' juga dong?

Bapak : Kenapa begitu?

Saya : Penjaga hewan, tumbuhan atau benda-benda langka tidak termasuk sesuatu yang langka juga, kan? Yang langka kan hewan, tumbuhan dan benda-bendanya sedangkan penjaganya tidak.

Bapak : Iya juga yah...

Saya : Kalo pemuka agama dianggap penjaga 'orang langka' yah panteslah selama ini banyak pemuka agama yang tidak termasuk dalam kategori 'orang langka.'

Bapak : Betul tuh, banyak pemuka agama yang justru tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Kalo begitu siapa dong yang harus menjaga 'orang langka' tersebut?

Saya : Kita semua. 'Orang langka' itu ada karena ada sifat baik di dalam diri mereka. Setiap manusia sebenarnya memiliki sifat baik. Sifat itulah yang harus dijaga. Bukan hanya dijaga tetapi juga 'dikembangbiakkan.' Kalo cuma dijaga kan jumlahnya ga akan pernah bertambah dan suatu saat pasti akan punah.

Bapak : Berarti harus ada tempat untuk mereka 'mengembangbiakkan' kebaikan tersebut. Di tempat ibadah yah?

Saya : Menurut saya sih tempat yang paling tepat adalah keluarga. Keluarga lah tempat yang tepat untuk mengembangkan 'orang langka' tersebut.

Bapak : Masalahnya, keluarga yang bisa dijadikan tempat untuk 'pengembangbiakkan orang langka' itu juga udah sangat langka sekarang. Oh iya, ngomong-ngomong, kamu udah kelas berapa sekarang atau udah kuliah?

*Pertanyaan terakhirnya ga enak banget* hahaha.

ADZAN MAGHRIB

ADZAN MAGHRIB

Zia : Papi itu apa?

Saya : Itu adzan maghrib...

Dulu mamanya sempat melarang anak-anak melihat adzan maghrib. Setiap ada adzan maghrib, tv selalu dimatikan atau dibuat tidak bersuara. Lalu saya mengatakan untuk tetap dibiarkan menyala. Sekarang mamanya sudah tidak pernah lagi mematikan tv saat adzan.
Tidak ada salahnya mendengarkan adzan di tv. Ini adalah realita keberagaman agama yang ada di Indonesia. Dari kecil, anak sudah harus diajarkan untuk melihat realita keberagaman agama yang ada, bukan menutup-nutupinya. Dari kecil, anak juga harus diajarkan menghargai keberagaman.
Entahlah apa jadinya Indonesia jika dari kecil anak sudah diajarkan membenci atau menolak keberadaan agama lain.

JADILAH PENGECUT

JADILAH PENGECUT

Jadilah pengecut di depan orang-orang yang tidak tahu tempat:
Tempat diskusi dijadikan tempat bertengkar
Tempat menunjukkan karya dijadikan tempat keributan
Tempat bersosialisasi dijadikan tempat pelampiasan emosi.

Mundurlah dan menghindarlah.

Tapi jadilah pemberani di depan orang-orang yang tahu tempat:
Arena pertarungan untuk bertarung
Mendan peperangan untuk berperang
Arena perlombaan untuk berlomba

Berjuanglah dan jangan menyerah sampai titik darah penghabisan.

Salam,
Nuryanto Gracia

LABELISASI

LABELISASI

A : Daripada ribut-ribut mending kita selesaikan dgn cara baik-baik. Gue tantanglu main paintball di Ancol.

B : Gue maunya main paintball di jalanan rumah gue. Brani ga?

A : Lah main paintball ada tempatnya sendiri, masa main di jalanan. Nnt malah bs menyebabkan keributan.

B : Gue maunya di situ. Mau ga?

A : Gue cuma mau main di tempat yg seharusnya. Bkn di jalanan
.
B : Ah pengecutlu. Tadi nantangin main paintball. Sekarang malah ga mau. Jgn banyak bacot makanya kalo takut. Jgn sok-sokan nantangin.


Gagal paham.
Si A kan nantangin main paintball di tempat yang seharusnya. Kalo si A gak mau nurutin permintaan si B, kenapa si A malah disebut pengecut? Kalo si A nantang main paintball di tempat seharusnya, lalu si B bersedia tapi Si A tiba-tiba bilang ga mau dengan berbagai alasan. Nah baru deh si A pengecut.
Sekarang ini, memang banyak orang-orang yang dengan mudahnya melabelisasi orang lain dengan label yang buruk, hanya karena orang lain tidak mengikuti apa yang diinginkannya.

SORAK-SORAI KONVERSI/PERPINDAHAN AGAMA

SORAK-SORAI KONVERSI/PERPINDAHAN AGAMA

Saat saya masih kuliah, ada seseorang yang pernah datang ke kelas saya dan menceritakan sesuatu yang sangat tidak menarik bagi saya. Dia bercerita bahwa dia dahulu adalah seorang Islam bahkan dia benci dengan orang Kristen dan berusaha mengislamkan orang Kristen. Tapi sekarang (pada saat dia bercerita), dia telah menjadi Kristen. Dia menyadari agamanya yang dahulu memiliki banyak kesalahan. Dia menulis kesalahan-kesalahan agamanya yang dahulu di dalam sebuah buku. Di dalam buku itu, dia tuliskan juga bahwa dalam kitab agamanya yang dahulu sebenarnya membenarkan ajaran Kristen. Di dalam buku tersebut, dia mengutip ayat-ayat Al-Quran. Dia mengatakan, dia keliling gereja dan juga pesantren untuk menunjukkan kebenaran bahwa agamanya yang dahulu salah, Kristenlah yang benar.

Mungkin banyak orang Kristen yang akan senang dan bersorak-sorai, tapi saya tidak. Saya juga menyadari teman-teman sekelas saya pun tidak terlalu senang apalagi heboh karena ada umat Islam yang masuk Kristen lalu menjelek-jelekkan agama sebelumnya. Bagi saya, silakan saja jika memang seseorang ingin berpindah agama, tapi setelah berpindah agama bukan berarti harus menjelek-jelekkan agama sebelumnya. Ceritakanlah kebaikan dari agama yang dipeluk sekarang, bukan menceritakan keburukan agama yang telah ditinggalkan. Bukankah kita seharusnya menceritakan kebaikan, bukan keburukan? Jika mau dicari-cari keburukannya, tiap agama pasti ada saja keburukannya. Selain itu, yang lama pasti akan nampak lebih buruk, sedangkan yang baru akan tampak lebih baik.

Jika ada umat Kristen yang berpindah agama, saya juga tidak akan marah-marah apalagi mencaci-maki mereka yang berpindah agama, karena itu adalah pilihan hidupnya. Tapi sebelumnya coba diklarifikasi juga apakah cerita itu benar? Apakah tokoh itu ada, atau jangan-jangan hanya tokoh fiktif?
Seperti berita ini misalnya,
http://www.pkspiyungan.org/…/saya-masuk-islam-pengakuan-men… (Berita tentang Theresia Cindy yang masuk Islam)
http://www.pkspiyungan.org/…/usai-theresia-cindy-tan-masuk-… (Berita tentang gereja yang mengamuk karena cindy masuk Islam)
http://m.kompasiana.com/…/fairy-tale-theresia-cindy-tan.html
(Telaah lebih lanjut tentang berita di atas)
https://joycelynaralar.wordpress.com/…/lions-club-at-manil…/
(Foto asli theresia ternyata diambil dari foto orang Filipina)

Lalu keluar klarifikasi bahwa fotonya sengaja tidak memakai foto asli untuk melindungi Cindy dari amukan. Yah kalo gitu tinggal cek nama Theresia Cindy di UKI saja karena katanya dia dosen di sana. Mungkin nanti setelah namanya tidak terdaftar di UKI, akan ada klarifikasi lagi bahwa namanya pun sengaja disamarkan agar aman.

Saya tidak terlalu peduli dengan klarifikasi berikut-berikutnya, karena bukan itu masalahnya. Saya hanya ingin mengingatkan, klarifikasi setiap berita yang kita dapat. Jangan sampai karena ada berita umat agama lain masuk agama kita, kita langsung begitu senangnya. Apalagi ditambah bumbu dia dari pesantren atau mahasiswa teologi, dia dulu ustadz atau pendeta, dia dulu rajin di mesjid atau gereja. Klarifikasi terlebih dahulu, jangan langsung terima ceritanya mentah-mentah.

Seandainya pun ceritanya benar, sekali lagi saya tidak terlalu tertarik dengan mereka yang berpindah ke agama yang baru dengan menjelek-jelekkan agama sebelumnya. Bagi saya itu sama saja seperti orang yang baru menemukan rumah makan yang lebih enak, lalu menjelek-jelekkan rumah makan sebelumnya. Aneh, kan? Kenapa tidak menceritakan keenakan makanan atau kelebihan pelayanan di tempat makan yang baru. Jika memang tempat yang baru sesuai dengan seleranya, maka dia akan pergi juga ke tempat tersebut.

Salam,
Nuryanto Gracia
Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar