Pages

Kamis, 24 Maret 2011

Dasar Penyakitan

Dear,
 
Setelah saya lulus dari SMA tahun 1985, saya berencana melanjutkan kuliah. Ayah saya baik sekali mau mengantarkan saya ke tempat tujuan kuliah walau tempatnya jauh & kondisi ayah agak lemah. Sejak SMA ayah saya sudah langganan keluar masuk Rumah Sakit karena komplikasi diabetes mellitus...Karena kasihan dan sudah waktunya saya harus belajar mandiri saya belajar naik bis.  Saya coba pergi ke tempat SMA saya di Jalan Gunung Sahari dari halte Pasar Baru . Seperti kita ketahui bila kita memberhentikan bis, bisnya tetap jalan, bukan ?. Saya sudah diingatkan oleh teman kalau mau turun dari bis pakai kaki kiri. Sudah ingat turun pakai kaki kiri tetapi bisnya tidak berhenti hanya berjalan agak lambat aduuuhhh bagaimana turunnya ? Akhirnya saya beranikan diri turun. GUBRAK ! Saya jatuh ! Kaki kanan yang turun lebih dahulu. Bisnya berhenti total. Saya bangun & berhubung saya bisa bangun kembali , saya tidak minta bantuan dari kernet bis. Cuma menyayangkan saja mengapa bis di Jakarta kok seperti begitu cara berhentinya. Rok span sebelah kanan pinggang kotor . Saya masuk ke SMA saya & meminta obat karena ada rasa perih & lecet dibagian paha kanan. Obati dengan mercurochrom/ Betadine entahlah bagi saya bereslah hanya luka kecil. Berbulan-bulan kemudian saya merasa ada keanehan dengan cara jalan saya. Saya tidak bisa berlari dengan "biasa"nya. Kaki kanan terasa seperti baling-baling mutar. Tante saya bilang kaki kamu mengapa jalannya seperti itu ? Saya bilang memang mengapa karena saya hanya merasa ada keanehan tapi saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Belakangan kaki seperti bentuk O rasanya. Telapak kaki kanan jalan tanpa bisa dikontrol. Jalan sebentar lekas lelah. Pergi ke Dokter tulang, disuruh rontgent dari lutut kanan ke bawah. Tidak ditemukan kelainan. Sarannya jalankan renang saja. Saran itu tidak saya turuti, saya tidak puas dengan hasil penelitian yang begitu saja. Keadaan kaki mulai terasa jingjit sebelah. Terkadang kaki kanan terkadang kaki kiri. Apakah syarafnya yang tidak benar ? Pergi ke dokter syaraf , tidak ditemukan juga penyakit atau penyebabnya. Makin lama, panggul naik seperti pantat bebek ( kata adik saya ) , pinggul kiri agak mutar ke depan . Macam-macam cara saya coba untuk mengurangi penyakit ini. Pergi ke Cimande , panggil tukang pijit yang buta , pijat refleksi ( jalani sampai setahun katanya penyakit ini bisa sembuh cuma perlu "kesabaran" saja ). akupuntur, ke sinshe dll. Gawat-gawatnya saya tidak bisa duduk di bangku seperti biasanya. Saya harus menghempaskan pantat saya ke sofa yang sangat empuk , tidak kuat jalan walau hanya 5 menit , mau berdiri dari posisi duduk harus mengerahkan seluruh kekuatan badan saya .  Walau begitu saya tetap kuliah sambil mencari nafkah dengan membuka toko . Penyakit ini saya derita 7 tahun. Terkadang saya bilang " Tuhan, saya tidak kuat lagi ". Tahun 1988 setelah papa saya meninggal & toko keluarga kebakar , saya yang merintis usaha . Membiayai biaya kuliah sendiri. Satu tekad saya bahwa saya harus jadi " SARJANA" . Biar lambat asal selamat. Agak susah Bisnis maju, kuliah sukses bersamaan . Daripada kuliah sukses uang tak ada tak bisa lanjutkan kuliah tanpa uang. 
Saya juga mencoba berobat ke Dokter tulang & dokter syaraf di Luar negeri. Dokter tulang menanyakan apakah saya punya TBC tulang ? Saya bilang "Tidak ada". Dokter bertanya lagi " Keluarga ada yang TBC tulang ?". Jujur saya kecewa dengan dokter ini mengapa tidak mengadakan pemeriksaan saja terlebih dahulu. Akhirnya saya minta dokter tersebut "mencari tahu penyakit saya ". Saya harus menjalani Biopsi, sakitnyaaaa minta ampiuuuunnn ketika disedot tulang sumsum kita di pangkal paha. Saya diijinkan pulang setelah saya kuat untuk berjalan kembali. Setelah menjalankan biopsi, dokter yang sebelumnya berjanji akan mengontrol keadaan saya sama sekali tidak nongol. Saya diijinkan pulang oleh suster setelah 4x pengajuan saya mau pulang. Pergi ke dokter syarafpun di luar negeri tak ditemukan penyakitnya hingga katanya kembali saja tahun depan. Nanti kita rontgent bagian kepala. Lha apa hubungannya penyakit dikaki dengan kepala ya ?
Suatu hari kakak kelas saya datang ke toko & mengajak saya pergi ke rumah tetangganya. Tetangga ini sedang ada saudaranya dari China hendak jalan-jalan ke Indonesia. Dia seorang dokter ahli tulang belakang. Niat baik kakak kelas saya turuti. Dia menotok beberapa tempat. Tak lupa saya berikan seluruh hasil rontgent , MRI , CT Scan & semua data yang saya punya untuk dilihat. Hari pertama dia tidak menemukan penyakit saya & meminta saya datang lain hari. Ketika kedatangan saya ke-3, dia memberitahu bahwa ada bagian tubuh saya yang belum dideteksi & saya dianjurkan ke dokter tulang.
Seluruh hasil data-data saya dipelajari & dipinjam sementara oleh dokter tulang. Katanya saya adalah pasien termuda & kasus ini baru terjadi sekali. Dokter itu mengadakan penelitian-penelitian & membahas dengan teamnya. Salah satu teamnya adalah professor di Luar negeri. Saya minta ijin pada dokter tersebut & rekomendasi menemui professor tersebut. Dokter yang baik tersebut juga memberitahu bahwa beberapa bulan lagi ahli dari USA datang. Saya berangkat menemui Professor , sarannya tulang saya harus dibersihkan/ dikerok karena engsel tidak pada tempatnya * sudah nongol penyakit lainnya. Saya bilang saya mau kembali dahulu ke Jakarta untuk menemui ahli dari USA. Kata si professor, dia lulusan USA juga. Cara yang akan dilakukan ahli dari USA juga akan sama dengan yang dilakukannya. Karena saya pikir kembali ke Jakarta juga tanggung karena operasi bisa dijalankan secepat mungkin & resikonya tidak seberat yang dikatakan dokter tulang di Jakarta.  Syukur kepada Tuhan , saya bisa berjalan lebih baik walau saya tidak bisa "sempurna" kembali. Kaki kananku sudah kemakan / lebih pendek 2,5 cm. Tetapi mudah-mudahan karena umur saya saat itu masih "muda" harapan tulang muda itu masih bisa "bertumbuh". Saya bisa jalan jauh , saya bisa duduk "normal" walau kekurangan tetap ada. Kaki saya tidak tahan kalau harus mengantri makanan lama-lama karena saya harus "menyeret" sedikit demi sedikit kaki saya & saya tidak bisa langsung balik posisi setelah membungkukkan badan.
Saya bersyukur kepada Tuhan yang memberikan jodoh pada saya. Sempat terlintas siapa yang mau dengan cewek cacad seperti saya ? Ketika sedang parah-parahnya kaki, ibu saya bilang nenek kamu menanyakan "Sudah punya pacar belum ? " .Pertanyaan itu sebenarnya sangat menyakitkan & menyedihkan sekali. Saya jawab asal " Mau berapa juga ada ". Saya cuma bisa curhat kesedihan saya pada Tuhan. Orang normal saja tidak mudah dapat jodoh, apalagi saya ?
Tuhan Maha Baik, Sangat Baik. Janji Nikah dimana dalam suka & duka , telah saya alami lebih dahulu bahwa dalam duka pacar saya mau mendampingi saya & memilih saya menjadi isterinya. Itu semua karena Anugerah Tuhan.  Keluarganya menerima sayapun apa adanya . Setiap permasalahan hidup yang Tuhan ijinkan terjadi mempunyai maksud yang indah & semua indah pada waktuNYA.
 
Bersandarlah pada Tuhan !
 
Merry.

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar