Pages

Sabtu, 02 Desember 2023

ADVENT: MENANTI ALLAH YANG DISABILITAS

ADVENT: MENANTI ALLAH YANG DISABILITAS

Umat Kristen percaya bahwa kelahiran Yesus adalah bukti Allah yang berinkarnasi. Tetapi umat Kristen lupa bahwa kelahiran Yesus bukan hanya bukti Allah yang berinkarnasi, tetapi juga Allah yang berinterkarnasi.

Allah yang berinkarnasi berarti Allah yang menubuh, sedang Allah yang berinterkarnasi berarti Allah yang berinteraksi dengan tubuh-tubuh yang lain. Bukan hanya Allah, manusia pun berinkarnasi dan berinterkarnasi. Kita berhubungan dengan tubuh-tubuh lain. Konsep tubuh kita menubuh pada tubuh orang lain, dan tubuh orang lain menubuh pada kita. 

Misal, kita punya konsep tubuh yang sempurna itu memiliki kaki 2, tangan 2, mata 2, hidung satu, daun telinga 2, bibir 2, lidah 1 dan kulit putih. Kadang, kita memakai konsep "inkarnasi" kita itu kepada orang lain sehingga ketika kita melihat mereka yang tidak putih, maka kita merasa mereka tidak cantik. Mereka yang mendapatkan konsep menubuh kita itu, akhirnya membentuk tubuh mereka juga. Mereka berusaha memakai skincare, pemutih kulit dan beragam perawatan agar dianggap memiliki tubuh yang sempurna. 

Mayra Rivera mengatakan tubuh seseorang terikat dan dibentuk oleh gambar- gambar eksterior tentangnya. Pengalaman tubuh seseorang selalu terjalin dengan gambar-gambar yang orang lain miliki. Oleh sebab itu, kita perlu melihat bahwa seseorang tidak hanya mempunyai pengalaman menubuh (inkarnasi) tetapi juga mempunyai pengalaman berinteraksi dengan tubuh-tubuh lainnya (interkarnasi).

Begitu juga Allah yang berinkarnasi dan berinterkarnasi pada tubuh Kristus. Timotius Verdino mengatakan, tubuh Kristus yang historis dan partikular bergantung pada tubuh yang lain, bergantung pada materi yang lain, bergantung pada sistem sosial semasa hidupnya. Ia bergantung sepenuhnya pada dunia. 

Tidak hanya itu, Allah yang berinterkarnasi itu pun pada akhirnya menentukan bagaimana standard gereja melihat tubuh orang lain dan bagaimana manusia berinteraksi dengan tubuh yang lain. Oleh karena itu, di masa penantian ini, konsep Allah berinkarnasi ke tubuh seperti apakah yang hendak kita sampaikan? Allah seperti apakah yang kita nantikan? Allah yang sempurna menurut standard dunia atau Allah yang disabilitas karena manusia pun adalah makhluk disabilitas? 

Allah seperti apakah yang kalian nantikan? 

Selamat memasuki masa Advent.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Jumat, 01 Desember 2023

UNTUK ORANG KRISTEN YANG SENANG MENUNJUKKAN KESALAHAN AGAMA LAIN

UNTUK ORANG KRISTEN YANG SENANG MENUNJUKKAN KESALAHAN AGAMA LAIN

Kita sudah hidup di tahun 2023, tapi masih banyak orang Kristen yang seakan masih hidup dengan teologi abad ke-16. Selalu senang jika bisa menunjukkan keburukan agama lain. Atau tidak percaya jika ada kebaikan di agama lain. Agama lain pasti masuk neraka. Kitab suci agama lain salah. Dan hal-hal negatif lainnya. 

Padahal sejak Konsili Vatikan II gereja mulai beralih dari konsep "di luar gereja tidak ada keselamatan" (extra ecclesiam nulla salus) menjadi "ada keselamatan di luar gereja" walaupun pada saat itu sifatnya masih inklusivisme belum pluralisme. Tapi setidaknya, gereja sudah membuka dirinya pada karya keselamatan Allah di luar gereja. 

Kita bisa melihat hal itu khususnya dalam dokumen Lumen Gentium yang dihasilkan pada 21 November 1964 dan Nostra Aetate pada 28 Oktober 1965.

“….rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan Maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun juga dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis. 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim. 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” (Lumen Gentium 16)

“…Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang." (Nostra Aetate 2)

Paham ini, khususnya Kristen Anonimnya Karl Rahner yang sangat mempengaruhi teologi agama-agama konsili Vatikan II, dikritik di kemudian hari karena dianggap tidak adil dalam memandang agama lain. Akhirnya gereja terus-menerus berkembang ke arah yang lebih baik. Jika gereja terus berkembang, lalu kenapa kita masih bergeming di beberapa abad lalu?

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar