Pages

Kamis, 24 Maret 2011

Hutang budi.

Hutang budi.
 
Syukur bagi kebanyakan orang mudah sekali untuk diucapkan. Mudah untuk dilaksanakan. Tetapi apakah syukur itu benar-benar pernyataan dari hati kita yang paling dalam untuk Tuhan ? Setelah kira-kira sebulan tak berjumpa , saya berpapasan jalan dengan tetangga yang satu ini . Dia mengundang saya dan berpesan untuk datang menghadiri pengucapan syukur di rumahnya. Saya tanya syukuran dalam hal apa ? Dia sangat rajin sekali mengadakan komsel di rumahnya. Lalu dia menjawab syukuran karena sudah bisa bayar rumah kontrakan & bersyukur karena anaknya sudah menikah/kawin (?) kembali. Tetangga ini kita sebut saya bu Syukur.
Padahal 2 bulan sebelumnya ketika saya membayar untuk melunasi barang produk yang saya pesan , dia mengeluh bahwa dia lagi pusing memikirkan uang untuk kontrakan rumah. Lagu ini adalah lagu lama bu Syukur. Saya minta dia jangan meneruskan kembali pembicaraan tentang "Tidak punya uang". Akhirnya kami bicara tentang pesanan barang saya. Tak lama kemudian sayapun pamit. Jujur saya "malas" mendengar keluhannya tentang uang selama 3 tahun nonstop. Memang susah sekali kita untuk berubah. Tidak bisa seperti membalikkan tangan.
Tibalah hari "H", Komsel dimulai dengan nyanyian , pujian, doa . Begitu banyak pujian untuk bu Syukur ini . Dan yang paling ditunggu-tunggu adalah acara makan bersama. Ehemmm ehemmm Wah, banyak sekali makanan yang terhidang dari makanan pembuka, makanan utama hingga makanan penutup. Ada ayam goreng , perkedel , bakwan , asinan pengantin, hunkwe , cocktail dll. Dia mengerjakan masakan itu tanpa pembantu , tapi ada dibantu tetangga seberang rumah . Entah dibayar jasa masaknya atau makanannya . Salut pada bu Syukur karena tangannya sebenarnya lagi sakit, susah diangkat. Alkisah pesta usai dengan memuaskan. Sebelum pulang kami dibagikan suvenir pernikahan anaknya beberapa waktu yang lalu (kira2 2 minggu). Ada beberapa tetangga saja yang menghadiri pernikahan tersebut.
Salah satu tetangga yang hadir ke pernikahan, sebut saja bu Mumpung. Dia menyuruh cucunya ambil kue 3 potong padahal dia sendiri sedang makan kue itu. Ditambah lagi suvenir yang sebelumnya sudah dia dapatkan waktu pesta , dirasakan masih kurang. Dia menyuruh cucunya untuk mengambil 2 buah. Alamak !!!!  Akhirnya Bu Syukur menegur bu Mumpung, lagi itu bu Mumpung sudah terima 2 buah, kok sekarang mau 2 buah lagi ? Bu Mumpung jawab bahwa lagi itu memang dia minta 2 buah, tapi hanya ambil satu saja. Akhirnya Bu Mumpung diberi 2 buah lagi .
Setelah beberapa hari acara syukuran itu , saya belanja ayam di pasar. Penjual ayam ini adalah langganan temapat bu Syukur belanja. Penjual ayam bercerita bahwa bu Syukur ambil ayam . biasanya hutang seminggu lalu dibayar. Kali ini sudah hampir 2 minggu belum bayar. Alasannya dompetnya ketinggalan atau lagi tidak bawa dompet. Hutang belum dibayar, bu Syukur berhutang ayam lagi buat acara syukuran ! 3 ekor ayam ! Hutangnya menjadi Rp. 300 ribuan. Suatu hari bu Syukur melintas di depan penjual ayam. Bu Syukur sengaja tidak mampir, anak buah penjual ayam menghampirinya. Katanya lagi tidak bawa uang.
Yang tak habis pikir , syukuran kok pakai hutang sih ? Malu banget saya mendengar cerita ini. Masalahnya waktu acara syukuran , saya makan 2 potong kecil ayam goreng. Bagaimana makanan lainnya , apakah hutangan atau bagaimana ya ? Bu Syukur setahu saya kalau hutang sayur pagi hari bayarnya sore hari. Saya tidak berani cerita pada penjual ayam bahwa saya datang ke acara syukuran tersebut dan memakan ayam goreng.
Kalau kita diijinkan berhutang , seharusnya kita menepati janji. Kalau ada suatu hal, lebih baik memberitahu apa alasan kita menunda pembayaran. Kita bisa saja "lupa" membayar kewajiban kita. Tetapi ketika kita ditegur , secepat mungkin kita melunasinya.
Tuhan Yesus telah membayar hutang-hutang kita. Dosa-dosa kita telah dihapusnya. Tak cukup kita hanya berterimakasih atas penebusanNYA. Tak cukup hanya bersyukur. Kita berhutang budi kepada Tuhan. Hutang budi takkan dapat dibalaskan. Hutang uang dapat kita bayar. Hutang budi dibawa mati.
Masalahnya kita merasa "berhutang " atau tidak ? Kalau tahu kita "berhutang" apakah kita mau membayarnya atau menganggap seakan-akan tak ada hutang , jadi apa yang mau dibayar ?
 
Merry 081584410765

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar