Pages

Rabu, 07 Februari 2024

REINKARNASI DALAM KEKRISTENAN

MENGGALI KEMBALI AJARAN REINKARNASI DALAM KEKRISTENAN 

Apakah kekristenan mengenal ajaran reinkarnasi? Pernah mengenal iya, tapi sekarang mungkin sudah ditinggalkan. 

Setidaknya ada beberapa hal yang saya temui sejauh ini:
1. Beberapa ayat dalam PL dan PB dapat ditafsirkan dalam bingkai reinkarnasi 
2. Yesus pernah ke India, jadi wajar saja jika dia pun memiliki pemahaman tentang reinkarnasi. 
3. Kitab PB, sedikit banyak terpengaruh oleh filsafat Plato, dan Plato memiliki konsep reinkarnasi. 
4. Ada sekte Kristen yang disebut Cathars, percaya pada reinkarnasi manusia dan hewan.
5. Tuhan akan menjadi sangat tidak adil jika hanya karena dosa 1 kali kehidupan, kita dihukum di neraka selamanya. Reinkarnasi memberikan kesempatan kita untuk memperbaiki dosa-dosa kita. Hal ini terdengar lebih masuk akal daripada purgatorium (api penyucian). 

Mari kita coba cek beberapa ayat yang ditafsir secara berbeda dalam bingkai reinkarnasi:

1. 2 Raja-raja 2:15 kita melihat bagaimana roh Elia diturunkan kepada Elisa, setelah Elia dibawa ke Surga dengan kereta api. Elia mewariskan dua bagian dari rohnya kepada murid/hamba/murid Elisa. Elisa dianggap sebagai reinkarnasi Elia. Namun hal ini sulit diterima karena Elia dan Elisa pernah hidup pada satu masa sedangkan dalam reinkarnasi, roh akan terlahir kembali menjadi bayi. Jadi tidak mungkin bisa hidup dalam satu masa dengan reinkarnasi dari diri kita di masa depan atau masa lalu. Tapi ayat ini banyak dipakai untuk menunjukkan reinkarnasi di dalam alkitab. 

2. Maleakhi 4:5, kita melihat di mana Allah bersabda, "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu."
Tuhan berkata Dia akan mengutus Elia sebelum kedatangan Tuhan, jadi di Matius 17 semua murid Yesus bertanya-tanya di mana Elia, apakah memang Yesus adalah Tuhan. Mereka bertanya kepada Yesus mengapa ahli-ahli Taurat mengatakan Elia harus datang lebih dulu (Mat 17:10). Dan dalam Matius 17 11-13 Yesus berkata Elia telah datang tetapi tidak ada yang mengenalinya. Dan para murid mengerti, mereka menyadari bahwa Dia sedang berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ayat ini  Elia dipakai untuk menjelaskan bahwa Elia  bereinkarnasi sebagai Yohanes Pembaptis. Dan Elisa bereinkarnasi sebagai Elisa. Jadi Elia bereinkarnasi sebagai Yohanes Pembaptis untuk menjadi saksi misi ilahi muridnya, Elisa, yang bereinkarnasi sebagai Yesus, peran yang telah ditentukan sebelumnya untuk ia penuhi seperti ketika Elia meninggal, dua bagian dari perapiannya jatuh ke atas Elisa. Dan meskipun Yesus kembali sebagai Mesias, dia tetap menghormati Yohanes Pembaptis sebagai gurunya di kehidupan sebelumnya ketika dia datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Mat 3:13-15. Namun Yohanes memberitahunya, karena melihat bahwa Yesus sekarang adalah Tuhan, berkata, “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu.” Yohanes sendiri bertanya-tanya mengapa Yesus bertanya. Yesus menjawab, "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya. 

Yohanes kemudian menyetujui dan membaptis Yesus. Jadi dengan berusaha dibaptis oleh Yohanes, yang merupakan gurunya yang dihormati, Elia, di kehidupan sebelumnya, dia menghormati gurunya sebagaimana mestinya dan dengan demikian menggenapi semua kebenaran.

3. Yohanes 1:21, para imam dan orang Lewi bertanya kepada Yohanes Pembaptis, "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?"  Bahwa Yohanes menyangkal dirinya sebagai Elia bukanlah masalah besar, karena dengan menyerahkan obor keagungan kepada Yesus, dalam kehidupan ini ia memiliki peran lahiriah yang lebih rendah dan seperti kita semua, tidak mengingat kehidupan terakhirnya. Yesus sangat bersikeras bahwa dia ADALAH Elia yang akan datang kembali. Yesus SUDAH mengingatnya dengan sangat jelas. Yang lebih penting lagi adalah mereka menanyakan pertanyaan yang terus terang, Apakah engkau Elia? Penjelasan lain apa yang realistis dan dapat diterima selain pada saat itu mereka mengenali reinkarnasi.

4. Matius 16:14, Matius 16:14 (TB)  Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 
Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep reinkarnasi yang diterima secara terbuka. Jika mereka tidak melakukan hal tersebut dan jika hal tersebut bukan sebuah doktrin yang diakui, maka secara realistis pertanyaan-pertanyaan tersebut akan SANGAT aneh untuk ditanyakan.

5. Roma 5:14: Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. 
1 Korintus 15:47: Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. 

Adam, sosok Dia yang akan datang, Yesus. Ya, Yesus adalah reinkarnasi Adam. 

Ayat-ayat di atas adalah contoh ayat-ayat yang ditafsirkan dengan sudut pandang reinkarnasi. Tentu saja kita tidak setuju karena biasanya kita tidak melihat teks tersebut sebagai teks reinkarnasi. Tapi bukankah teks-teks pendukung feminisme, LagiBete, pluralisme, dan yang lainnya, pada awalnya juga kita lihat tidak seperti itu. 

Saya tertarik mencari tahu topik ini lebih lanjut. Jadi anggap saja ini adalah sedikit tumpukan sampah yang saya kais-kais dari tong sampah lama. Yang seharusnya dibiarkan terkubur selamanya.

Selasa, 02 Januari 2024

DUNKI: UPAYA KELUAR DARI DESOLASI

DUNKI: Upaya Keluar dari Desolasi

DUNKI adalah film Shah Rukh Khan ketiga setelah dia vakum 5 tahun karena kegagalan di film-film sebelumnya, khususnya film terakhirnya Zero. Semua film dia di tahun 2023 (Pathaan, Jawan dan Dunki) meledak. Sebagai fans beratnya, saya merasa rasa kangen sangat terobati.

DUNKI berbeda dengan Pathaan dan Jawan, tidak ada spesial efek dan ledakan yang menggelegar. Ini adalah kisah hidup orang-orang India yang ingin mengubah nasib ke Inggris. Karena mereka miskin dan tidak bisa berbahasa Inggris, jadi mereka tidak bisa mendapatkan visa. Akhirnya mereka menggunakan jalur Dunki. 

Jalur Dunki adalah jalur ilegal yang tidak masuk akal. Saat menontonnya pun saya berpikir bahwa ceritanya terlalu mengada-ngada. Tapi di akhir film, ditunjukkan foto-foto orang India yang melalui jalur dunki, dan itu adalah kisah nyata. Luar biasa mengherankan dan menyedihkan. 

Mungkin refleksi saya tidak sama dengan rekan-rekan. Saya melihat film ini dari sudut desolasi. Desolasi belum masuk dalam KBBI namun sudah banyak orang yang menggunakannya saat berbicara tentang spiritualitas. Desolasi adalah kondisi di mana kita merasa kosong luar biasa, seakan ada lubang besar di dalam diri kita. Umat beragama sering menyebutnya kekosongan rohani karena tidak adanya Tuhan di hati. Padahal kekosongan diri, tidak hanya soal tidak adanya Tuhan di hati. 

Di dalam film ini setiap tokoh utama mengalami kekosongannya masing-masing. Coba kita lihat desolasi mereka masing-masing: 
1. Ada tokoh yang kekasihnya menikah dengan pria Inggris namun dianiaya di Inggris oleh suaminya dan dia berusaha apapun caranya agar bisa ke Inggris dan menyelamatkan kekasihnya. Namun saya, dia gagal mendapat visa dan kekasihnya di Inggris bunuh diri karena mendengar kabar itu. Dia yang mendengar kekasihnya bunuh diri, merasa kekosongan yang luar biasa besar di hidupnya yang tidak bisa diisi oleh apapun lagi. Akhirnya dia membakar dirinya hidup-hidup. 
2. Tiga tokoh lainnya merasakan kekosongan hidup yang terjadi karena kemiskinan yang teramat sangat. Mereka ingin ke Inggris mengubah nasib, walau harus melalui jalur Dunki dan akhirnya harus menjual negaranya sendiri. Mereka hidup selama 25 tahun di Inggris. Kehidupan mereka baik-baik saja dan mereka berhasil keluar dari kemiskinan. Apakah kekosongan mereka terisi? Ya dan sekaligus tidak, karena muncul kekosongan baru. Kali ini kekosongan yang tercipta bukan karena kemiskinan tetapi karena kesadaran bahwa mereka harus pulang. Rumah tetaplah rumah, tempat singgah tetaplah tempat singgah. Keduanya tidak bisa ditukar. 
3. Shah Rukh Khan mengalami desolasi selama 25 tahun karena terpisah dari kekasihnya selama 25 tahun. Dia juga mengatakan bahwa jalur Dunki terberat yang harus dia lewati adalah hidup tanpa orang yang dia cintai selama 25 tahun. Walau akhirnya dia dapat bertemu kekasihnya itu, tapi sayang hanya bisa bersama kurang dari sebulan. Kenapa? Nanti tonton saja sendiri yah. 

Desolasi bisa terjadi karena banyak alasan. Desolasi terkadang membuat kita tidak bisa melakukan apapun atau bisa juga membuat kita melakukan apapun demi bisa mengisi kekosongan tersebut. Saya tidak ingin memberikan kata-kata motivasi apapun, saya hanya ingin mengatakan, ada masa di mana kita akan mengalami desolasi. Persiapkan diri dan pikirkan cara agar bisa keluar darinya. Karena saya pun, sedang mengalaminya. 

Selamat menempuh jalur Dunki kita masing-masing. 






Sabtu, 02 Desember 2023

ADVENT: MENANTI ALLAH YANG DISABILITAS

ADVENT: MENANTI ALLAH YANG DISABILITAS

Umat Kristen percaya bahwa kelahiran Yesus adalah bukti Allah yang berinkarnasi. Tetapi umat Kristen lupa bahwa kelahiran Yesus bukan hanya bukti Allah yang berinkarnasi, tetapi juga Allah yang berinterkarnasi.

Allah yang berinkarnasi berarti Allah yang menubuh, sedang Allah yang berinterkarnasi berarti Allah yang berinteraksi dengan tubuh-tubuh yang lain. Bukan hanya Allah, manusia pun berinkarnasi dan berinterkarnasi. Kita berhubungan dengan tubuh-tubuh lain. Konsep tubuh kita menubuh pada tubuh orang lain, dan tubuh orang lain menubuh pada kita. 

Misal, kita punya konsep tubuh yang sempurna itu memiliki kaki 2, tangan 2, mata 2, hidung satu, daun telinga 2, bibir 2, lidah 1 dan kulit putih. Kadang, kita memakai konsep "inkarnasi" kita itu kepada orang lain sehingga ketika kita melihat mereka yang tidak putih, maka kita merasa mereka tidak cantik. Mereka yang mendapatkan konsep menubuh kita itu, akhirnya membentuk tubuh mereka juga. Mereka berusaha memakai skincare, pemutih kulit dan beragam perawatan agar dianggap memiliki tubuh yang sempurna. 

Mayra Rivera mengatakan tubuh seseorang terikat dan dibentuk oleh gambar- gambar eksterior tentangnya. Pengalaman tubuh seseorang selalu terjalin dengan gambar-gambar yang orang lain miliki. Oleh sebab itu, kita perlu melihat bahwa seseorang tidak hanya mempunyai pengalaman menubuh (inkarnasi) tetapi juga mempunyai pengalaman berinteraksi dengan tubuh-tubuh lainnya (interkarnasi).

Begitu juga Allah yang berinkarnasi dan berinterkarnasi pada tubuh Kristus. Timotius Verdino mengatakan, tubuh Kristus yang historis dan partikular bergantung pada tubuh yang lain, bergantung pada materi yang lain, bergantung pada sistem sosial semasa hidupnya. Ia bergantung sepenuhnya pada dunia. 

Tidak hanya itu, Allah yang berinterkarnasi itu pun pada akhirnya menentukan bagaimana standard gereja melihat tubuh orang lain dan bagaimana manusia berinteraksi dengan tubuh yang lain. Oleh karena itu, di masa penantian ini, konsep Allah berinkarnasi ke tubuh seperti apakah yang hendak kita sampaikan? Allah seperti apakah yang kita nantikan? Allah yang sempurna menurut standard dunia atau Allah yang disabilitas karena manusia pun adalah makhluk disabilitas? 

Allah seperti apakah yang kalian nantikan? 

Selamat memasuki masa Advent.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Jumat, 01 Desember 2023

UNTUK ORANG KRISTEN YANG SENANG MENUNJUKKAN KESALAHAN AGAMA LAIN

UNTUK ORANG KRISTEN YANG SENANG MENUNJUKKAN KESALAHAN AGAMA LAIN

Kita sudah hidup di tahun 2023, tapi masih banyak orang Kristen yang seakan masih hidup dengan teologi abad ke-16. Selalu senang jika bisa menunjukkan keburukan agama lain. Atau tidak percaya jika ada kebaikan di agama lain. Agama lain pasti masuk neraka. Kitab suci agama lain salah. Dan hal-hal negatif lainnya. 

Padahal sejak Konsili Vatikan II gereja mulai beralih dari konsep "di luar gereja tidak ada keselamatan" (extra ecclesiam nulla salus) menjadi "ada keselamatan di luar gereja" walaupun pada saat itu sifatnya masih inklusivisme belum pluralisme. Tapi setidaknya, gereja sudah membuka dirinya pada karya keselamatan Allah di luar gereja. 

Kita bisa melihat hal itu khususnya dalam dokumen Lumen Gentium yang dihasilkan pada 21 November 1964 dan Nostra Aetate pada 28 Oktober 1965.

“….rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan Maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun juga dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis. 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim. 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” (Lumen Gentium 16)

“…Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang." (Nostra Aetate 2)

Paham ini, khususnya Kristen Anonimnya Karl Rahner yang sangat mempengaruhi teologi agama-agama konsili Vatikan II, dikritik di kemudian hari karena dianggap tidak adil dalam memandang agama lain. Akhirnya gereja terus-menerus berkembang ke arah yang lebih baik. Jika gereja terus berkembang, lalu kenapa kita masih bergeming di beberapa abad lalu?

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Senin, 27 November 2023

PASTI ADA MAKNA DI BALIK SEMUA INI

 PASTI ADA MAKNA DI BALIK SEMUA INI


“Saya tahu kamu sangat menderita, saya tahu kamu kesakitan sepanjang waktu, tapi saya yakin ada banyak makna di dalamnya juga.”

Pernah mendengar kalimat serupa itu? Misalnya kita sedang menderita karena masalah fisik atau masalah non-fisik, lalu ada seseorang mengatakan, "Saya tahu itu pasti sangat berat, tapi pasti ada maksud Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi. Pasti ada maknanya."

Atau kalau dikaitkan dengan autisme adalah seringkali ketika ada orang tua yang memiliki anak dengan autisme, kita akan mengatakan "Pasti ada hal baik yang Tuhan sedang siapkan buat kamu dan keluarga," atau "Kamu sudah menjadi orang tua yang hebat, pasti ada makna dibalik semua ini."

Menurut Karen Kilby, ini bukanlah hal yang benar, "Bagi saya, berbicara kepada Anda tentang penderitaan Anda dan menganggapnya bermakna, pada dasarnya berarti saya telah melampaui batas. ... meskipun saya dapat melihat makna penderitaan Anda, saya harus bersabar, menutup mulut, dan membiarkan Anda mengerjakannya sendiri .... Mengartikan penderitaanmu, bahkan secara diam-diam, adalah sesuatu yang aku tidak punya hak untuk melakukannya."

Mungkin maksud kita baik, ingin menjadi penolong untuk mereka yang menderita, tapi kadang kita harus tahu batas, kapan kita harus diam dan menutup mulut.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Minggu, 26 November 2023

YUSUF SANG PEMERAS

YUSUF SANG PEMERAS

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar tokoh Yusuf?
Kebanyakan kita pasti akan mengatakan bahwa dia adalah sosok yang:
1. Pemaaf
2. Bijaksana
3. Baik
4. Tangguh
dan semua hal positif lainnya.

Mengapa? Karena itulah yang seringkali disampaikan di gereja-gereja oleh para pengkhotbah kita.
Pernah kah kita mengetahui bahwa Yusuf juga adalah seorang penjajah, penindas, pemeras rakyat sampai sekering-keringnya?

Bila kita membaca Kejadian 47:13-26 maka kita akan melihat proses pemerasan yang Yusuf lakukan. Mulai dari membayar jika ingin mendapat makanan. Jika sudah tidak ada uang, maka serahkan ternakmu. Jika ternak sudah habis, maka serahkan tanahmu. Jika tanah sudah tidak ada, serahkan dirimu sebagai budak. Lalu tanamlah benih, di tanahmu yang sudah menjadi tanah firaun. Jika sudah menghasilkan, 1/5 untuk firaun dan 4/5 untukmu makan.
 
Mungkin kita akan berkata, itu bukan penjajahan. Mereka hanya menyerahkan 1/5, tidak terlalu besar. Selain itu juga mereka menyerahkan seluruh yang mereka miliki agar bisa mendapatkan makanan.
Ya, bukankah itu memang yang terjadi di masa penjajahan? Apapun akan kita lakukan agar bisa dapat hidup dan makan. Tapi bukan berarti itu bukan penjajahan kan? Itu tetap penjajahan. Tetap pemerasan.
Mungkin kita akan mengatakan lagi, tapi semua rakyat memuji Yusuf, "Engkau telah memelihara hidup kami; asal kiranya kami mendapat kasih tuanku, biarlah kami menjadi hamba kepada Firaun."

Ya, bukankah itu juga yang terjadi pada zaman penjajahan? Kita rela menjadi hamba penjajah, asal dapat makan. Bahkan ada yang sampai menjadi kaki tangan penjajah, biar dapat fasilitas. Tapi yang namanya penjajahan, tetaplah penjajahan kan?

Salah satu cara berontak terhadap "Tuhan" atau tafsiran tentang Tuhan yang telah lama bercokol dipikiran kita, hasil dari indoktrinasi para pendeta, adalah dengan melakukan dekonstrusi penafsiran umum. Ada banyak metode penafsiran yang bisa kita lakukan untuk melakukan dekonstruksi, mulai dari feminisme, kritik dekonstrukstif, kritik post-kolonial dan lain sebagainya. Metode yang saya pakai untuk melihat kisah Yusuf di atas adalah kritik post-kolonial.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

YESUS YANG DISABILITAS (THE DISABLED CHRIST)



YESUS YANG DISABILITAS (THE DISABLED CHRIST)

Kita bisa menerima bahwa Allah menjadi manusia yang fana, lahir di tempat yang hina dan mati pun di tempat yang terhina.

Tapi kita tidak bisa menerima jika Allah itu disabilitas. Itu adalah sebuah kehinaan jika menganggap Allah disabilitas. Tanpa sadar kita sudah menganggap bahwa disabilitas adalah sebuah kehinaan. Selama ini kita memiliki konsep tubuh, mental atau intelektualitas yang sempurna, sehingga ketika melihat ada orang yang memiliki tubuh, mental atau intelektualitas yang cacat, kita akan langsung berpikir bahwa kehidupan mereka menyedihkan dan perlu dikasihani, perlu ditolong. Padahal hidup kita semua juga menyedihkan dan perlu ditolong.

Tapi kenapa Allah dipahami sebagai Allah disabilitas? Mengapa tidak cukup dengan pemahaman bahwa Allah peduli dan mengasihi orang-orang dengan disabilitas? Mungkin itu menjadi pertanyaan kita.
Bukankah saat memahami Allah yang menjadi manusia, kita juga bertanya "Mengapa Allah harus menjadi manusia? Tidak masuk akal Allah yang Mahakuasa menjadi sama seperti makhluk ciptaan-Nya? Tidak bisakah Allah hanya peduli dan mengasihi manusia? Tidak bisakah Allah hanya memberi petunjuk bagaimana manusia harus selamat tanpa harus menjadi manusia?"

Apakah kalian sudah mendapat jawaban atas pertanyaan tersebut? Jika sudah, maka terapkanlah jawaban itu juga untuk pertanyaan mengapa Allah harus menjadi Allah yang disabilitas.

Semoga sedikit teologi tentang Yesus yang disabilitas bisa menyisip di natal tahun ini karena di gereja kita pun pasti ada orang-orang dengan disabilitas. Mereka juga butuh lawatan Kristus yang telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang dengan disabilitas, dan menjadi sama dengan orang-orang dengan disabilitas (Bdk Flp 2:7). Yesus yang disamakan dengan saudara-saudara-Nya yang disabilitas, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan ..... untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa (Bdk Ibrani 2:17).

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara




Jumat, 17 November 2023

MEREKA YANG MEMBELA ALLAH DIMAKI


MEREKA YANG MEMBELA ALLAH DIMAKI
MEREKA YANG MEMBERONTAK MENEMUKAN ALLAH

Apa yang biasanya umat beragama lakukan jika ada orang yang mempertanyakan kebesaran Tuhan, keadilan dan ke-maha-anNya? Kita akan marah, kita akan menganggap mereka sebagai penghina Tuhan. Bahkan saat ada orang yang mencoba memahami Tuhan dengan logika, kita akan tidak menyukai mereka. Apalagi jika ada ORANG YANG MENCOBA BERONTAK dari Allah. Apalagi jika ada ORANG YANG MEMPERDEBATKAN rencana Allah. Wah bisa ngamuk kayak cacing kepanasan kita.

Tapi, dari kisah Ayub, kita mendapatkan bahwa, justru si pemberontak itu, menemukan Allah yang sejati, bukan yang kata orang, kata doktrin, kata pemuka agama, kata para pembela Allah. Ada satu kalimat menarik dari Ayub saat berbantah-bantahan dengan sahabatnya, "Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?"

Seringkali, kita mengalami masa dalam hidup yang sangat berat, yang membuat kita mempertanyakan segala hal tentang Allah, yang membuat kita meragukanNya. Tapi kemudian, karena kita takut dianggap sebagai "tersesat", maka kita menghentikan pemberontakan kita, lalu mendustai diri sendiri untuk Allah dan meyakinkan diri sendiri bahwa "Percaya saja, jangan banyak tanya. Rencana Tuhan pasti yang terbaik." Demi percaya saja kepada Allah, kita mengorbankan rasio kita. Ini yang Bultmann sebut dengan "sacrificium intellectus."

Namun yang menarik dari kisah Ayub, orang-orang yang menyerang Ayub karena Ayub dirasa kurang ajar kepada Allah, justru dimaki Allah, "Murkaku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub." 

"Kamu tidak berkata benar tentang Aku" Allah mengucapkan ini sampai dua kali, seakan Allah ingin mengatakan, "Apa yang Ayub katakan benar, kamu berbohong dan berdusta untuk Aku. Kamu tidak mengatakan yang benar tentang Aku."

Mereka yang membela Allah, justru dihardik Allah, karena mereka tidak jujur dengan diri sendiri. Jika kamu ingin mempertanyakan kebesaran Allah, tanyakanlah. Jika ingin berontak, berontaklah.
Pemberontakanmu mungkin akan membawamu pada penemuan tentang Allah yang bukan lagi kata orang, tapi Allah yang kamu alami sendiri.

Jangan takut tersesat saat memberontak, karena Allah pasti akan mencarimu seperti Dia mencari 1 domba yang tersesat dan meninggalkan 99 lainnya (di tempat yang aman tentu saja).
Jangan takut jadi pemberontak. Jangan takut tersesat.

Kaburlah, larilah, dari ajaran yang membuatmu tidak menemukan Allah.

Satu pokok pembahasan tentang eskapisme (lari dari sesuatu). Saya mencoba melihat eskapisme dari beragam perspektif. Biasanya kita melihat eskapisme sebagai cara pemuka agama meninabobokan umat agar kabur dari realita penuh penderitaan lalu menuju pada sebuah harapan eskatologis. Tentu saja saya akan membahas hal itu juga, tapi juga saya akan membahas hal lainnya yaitu mengajak kita kabur dari 'Tuhan', berontak dari 'Tuhan' untuk menemukan Tuhan.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Kamis, 16 November 2023

MELAWAN ALLAH? MANA BISA MENANG???

 MELAWAN ALLAH? MANA BISA MENANG??? BISA!!


"Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. .... sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Kejadian 32: 24-25, 28)

Yakub melawan Allah dan dia menang.

Banyak orang Kristen pasti akan menjawab, "Tidak, buktinya paha Yakub terpelecok." Daniel K. Listijabudi (Dosen PL), mengatakan bahwa tidak ada pemenang absolut antara Allah dan Yakub dalam cerita itu. Bahkan ada juga yang mengatakan (dan ini lucu menurut saya) bahwa Allah tidak kalah, di Alkitab hanya ditulis Yakub menang, tidak ditulis Allah kalah. Lucu karena jika ada pertarungan antara A dan B, A menang, lalu B disebut apa kalo ga mau disebut Kalah? Hahaha. Mengapa segitu tidak terimanya kita dengan kenyataan bahwa Allah kalah dari manusia sampai harus berjumpalitan mencari alasan yang membuktikan Allah tidak kalah?

Emanuel Gerrit Singgih (Dosen PL juga) mengatakan bahwa "Memang betul bahwa Yakub cedera dalam pergulatan ini, pahanya pincang gara-gara dipukul oleh si laki-laki itu sehingga cedera permanen, tetapi kalau Allah sendiri mengatakan bahwa “engkau menang”, maka bukannya Yakub tidak menang absolut atau tidak menang total, melainkan dia menang, meski pun cedera! Yakub menang, dan itu ada di teks! (“menang”, “prevail”; Ibr: wattokal)."

Walaupun dalam penjelasan selanjutnya Pak Gerrit menafsirkan bahwa Allah yang dimaksud adalah Esau, setidaknya Pak Gerrit setuju bahwa Allah telah kalah dalam pertarungan melawan manusia.

Dan mungkin orang Kristen akan lebih syok lagi, bahwa Allah kalah bukan oleh orang alim, saleh, jujur, kudus. Tapi oleh Yakub si licik, penipu ayah dan kakaknya.

Kisah Yakub menjadi sebuah tanda untuk kita bahwa manusia pun bisa melawan Allah dan menang. Tapi perlawanannya dan kemenangannya itu tidak membuatnya jumawa. Yakub masih sadar dia lemah dan butuh berkat Allah. "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku. .... Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"

Kadang ketika mendengar ada orang yang berusaha memberontak dari Allah, kita akan langsung berpikiran negatif bahwa mereka pasti ateis, sesat, dan lain sebagainya. Padahal bisa saja, para pemberontak itu adalah orang-orang yang benar-benar sedang bergumul dengan Allah, seperti Yakub yang juga sungguh bergumul dengan Allah dan menang.

Untuk yang belum tahu, bergumul tidak selalu diartikan bertarung secara fisik. Tapi juga bisa artinya kita mempertanyakan, menimbang, mencari tahu, mendalami, melibatkan diri secara aktif. Bukankah orang kristen sering memakai kata "bergumul dengan Allah", itu artinya kalian juga sedang melawan Allah. Hayoloh, kok berani banget melawan Allah? Kalian ateis yah? haha

Ditulisan saya berikutnya, saya akan menceritakan kisah orang yang melawan Allah dan yang membela Allah, tapi justru Allah marah sama orang-orang yang membelanya. Untuk hari ini, cukup sampai di sini.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Selasa, 14 November 2023

BERONTAK DARI TUHAN

BERONTAK DARI TUHAN

Jika Tuhan tahu seluruh jalan kehidupan kita termasuk masa depan kita, lalu apa alasannya akan mengabulkan doa kita ketika kita kesulitan? Bukankah dia tahu bahwa semua kesulitan yang sedang kita hadapi akan membentuk kita menjadi 'sosok' tertentu di masa depan.

Misal drakor yang sedang tayang "Twinkling Watermelon" menceritakan 2 orang anak yang kembali ke masa lalu untuk mengubah nasib orang tuanya. Mereka tahu apa yang akan terjadi pada orang tuanya di masa depan. Namun apa yang mereka lakukan di masa lalu akan mengubah banyak hal di masa depan, termasuk eksistensi mereka. Banyak series dan movie dengan ide seperti ini.

Jadi, sama seperti konsep di series tersebut, Tuhan juga pasti tahu apa yang akan terjadi dengan kita di masa depan. Masalah apa yang akan kita hadapi di masa kini dan efeknya bagi masa depan kita. Jika Tuhan campur tangan membantu kita, bukankah itu artinya Tuhan akan mengubah masa depan? Anggap saja timelinenya tunggal, tidak bercabang atau multiverse.

Dari sini, konsep deisme tampaknya cocok karena Tuhan hanya bertugas menciptakan dunia beserta sistemnya, lalu pergi meninggalkan dunia berjalan sesuai sistemnya tanpa perlu ikut campur lagi. Doa-doa yang kita ucapkan tampak seperti egoisme manusia untuk mengubah alam seperti yang mereka inginkan.
 
Tapi jika memang dunia hanya berjalan seperti itu, bukankah kita hanya seperti boneka yang diatur untuk bermain seperti program yang sudah disediakan? Kita harus berontak kan? Kita harus bertanggungjawab terhadap takdir kita sendiri kan?

Sama seperti seorang anak yang berontak terhadap orang tuanya yang diktator, "Ini hidupku, biar aku sendiri yang menentukan."

Sudah lama Tuhan bermain-main dengan takdir kita sambil menonton santai dari sudut yang tak dapat dikenali. Sudah lama juga para kaki tangan Tuhan (sebut saja rohaniawan), bermain-main dengan kutipan-kutipan ucapan Tuhan untuk mengendalikan kehidupan kita, kan? Atau hanya sekadar membawa kita kabur dari realitas dunia yang sedang kita hadapi (eskapisme).

Ide-ide perlawanan ini sebenarnya sudah banyak bisa kita temui dalam series, movie, komik mau pun novel. Namun sayangnya masih minor, karena pemberontakan ini dianggap sebagai kesesatan dan perlawanan terhadap agama.
 
Jadi, saya sudahi dulu tulisan saya sampai di sini, sebelum dianggap sebagai 'penyesat'.

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

KRISTEN TIDAK MAKAN BABI

 Percakapan antara 2 orang sahabat yang berbeda agama

Sahabat non kristen: Kalian orang Kristen aneh, kitab suci dilanggar, malah ngikutin Paulus. Paulus itu udah ngubah-ngubah ajaran Tuhan yang murni.
Sahabat Kristen: Misalnya apa yang ga kita ikuti karena Paulus?
Sahabat non Kristen: Misalnya kalian kan dilarang makan babi, di taurat kalian jelas dilarang loh. Tapi gara-gara ngikutin injil ciptaan paulus yang udh diubah-ubah sama pendeta kalian, malah jadi menghalalkan babi.
Sahabat Kristen: Jadi harusnya aku ngikutin taurat aja?
Sahabat non kristen: Iya dong, kitab itu sama dengan kitab di agamaku. Yah, kalo mau lebih benar lagi sih, ngikutin kitab agamaku.
Sahabat Kristen: jadi kamu mau aku masuk agamamu?
Sahabat non Kristen: Yah itu yang terbaik sih.
Sahabat Kristen: Berarti aku harus bunuh kamu.
Sahabat non Kristen: Loh kok gitu?
Sahabat Kristen: Karena kata taurat, yang menurut kamu ga ditulis oleh paulus dan diubah-ubah sama pendeta, mereka yang membujuk orang lain untuk pindah ke agamanya harus dibunuh. Begini bunyinya.
"Apabila sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, ....... maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, tetapi bunuhlah dia!" (Ul 13:6-9)
Sahabat Kristen: Aku harus ngikutin taurat itu kan? Sama seperti aku harus mengikuti perintah ga boleh makan babi kan? Kamu yakin kan?

YUDAS DAN OEDIPUS: USAHA MEMBERONTAK DARI TAKDIR ALLAH

 YUDAS DAN OEDIPUS: USAHA MEMBERONTAK DARI TAKDIR ALLAH


Dalam kekristenan, Yudas sangat dibenci karena dianggap sebagai pengkhianat yang menjual Tuhannya sendiri. Walaupun sebenarnya dia hanya menjalankan takdir yang sudah dituliskan untuknya, namun orang Kristen pasti akan menjawab dengan mengutip ayat, "Anak manusia memang akan pergi sesuai dengan ada yang tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." (Matius 26:24). Yudas yang hanya menjalankan takdirnya itu pun akhirnya dibenci hingga hari ini.
Di sisi lain, ada aliran kekristenan yang menganggap Yudas sebagai pahlawan karena membebaskan Yesus dari penjara tubuh. Aliran kekristenan ini dikenal sebagai kristen gnostik. Kita bisa melihat kepahlawanan Yudas di Injil Yudas, jangan cari di kitabmu, tentu saja tidak akan ada.
Jadi ada 2 kutub pendapat tentang Yudas, ada yang membenci dan mengutuknya tapi ada juga yang memujanya. Tapi saya menemukan satu tafsiran menarik dari Romo Yosef, dalam disertasinya tentang "Post colonialism Biblical Criticism in John's Passion Narrative."
Romo Yosef menafsirkan bahwa Yudas menyerahkan Yesus bukan karena berkhianat (seperti pandangan kristen tradisional) atau bukan juga karena ingin menjadi pahlawan (seperti pandangan kristen gnostik).

Romo Yosef menjelaskan bahwa Yudas menyerahkan Yesus karena takut Yesus akan melakukan pemberontakan di hari Paska. Yesus pernah ngamuk di bait Allah (Matius 21:12-13), hal itu membuat Yudas yakin bahwa Yesus juga akan memimpin pemberontakan pada hari Paska yang akan segera datang. Mengapa pemberontakan di hari paska menakutkan? Karena orang Yahudi datang dari seluruh penjuru dunia untuk merayakan paska. Jika Yesus melakukan pemberontakan, maka seluruh rakyat Israel akan bergerak dan ini jelas akan merugikan para imam.

Yudas tahu bahwa dia ditakdirkan untuk menyerahkan Yesus (Matius 26:17-25). Namun Yudas tidak mau mengikuti takdir itu, lalu apa yang harus dilakukan? Membuat rencana. Dalam rencananya, Yesus akan diserahkan kepada Imam-imam kepala (Mat 26:14-16), Yesus akan diadili dan dibebaskan karena tidak ditemui sama sekali kesalahan pada diri-Nya.

Rencana ini akan membuat Yesus ditangkap sementara, pemberontakan tidak akan terjadi dan Yudas terbebas dari takdir sebagai pengkhianat. Namun sayangnya, dia tidak mengira bahwa para imam akan bekerjasama dengan para penjajah. Hal yang sama sekali tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bangsa terjajah bekerjasama dengan para penjajah. Yesus dibawa ke Pilatus, diadili dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Yudas menyadari rencananya gagal dan membuat Yesus justru mendapatkan hukuman mati. Dia akhirnya menyesal, mengembalikan uang yang diberikan oleh para imam, lalu gantung diri sebagai bentuk penyesalan dan protes terhadap takdir yang ingin dia ubah namun tidak dapat diubah. (Mat 27:3-5).

Begitulah tafsiran Romo Yosef yang telah saya sesuaikan. Mengapa disesuaikan? Karena dalam tafsiran aslinya Romo Yosef melakukan harmonisasi antara beberapa kisah Yudas dalam injil-injil sinoptik untuk menguatkan tafsirannya dalam kitab Yohanes. Tapi karena saya dibesarkan dalam tradisi tafsir yang 'alergi' dengan harmonisasi injil, maka saya memilih untuk fokus pada kitab Matius saja.

Oke kembali lagi pada konsep pemberontakan Yudas, tafsiran ini menjadi menarik karena dilihat dari sudut pandang pemberontakan Yudas untuk keluar dari takdir yang tidak mau dia lakukan. Hal ini mirip dengan kisah Oedipus (yang menjadi cikal bakal istilah Oedipus Complex).

Ayah Oedipus, Raja Laius dari Thebes, mendapat ramalan bahwa anaknya, Oedipus, akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Untuk menghindar (berontak) dari takdir tersebut, Raja membuang Oedipus yang masih bayi. Namun sayang seribu kali sayang, ternyata Oedipus dewasa tetap membunuh ayahnya dan menikahi ibunya.

Oedipus akhirnya mengetahui bahwa yang dia bunuh adalah ayah kandungnya dan yang dia nikahi adalah ibunya sendiri. Oedipus merasa terpukul. Dia menusuk matanya sendiri sebagai tanda penyesalan dan menolak melihat kebenaran lagi. Oedipus diusir dari Thebes dan hidup sebagai pengemis yang buta.

Kisah Yudas dan Oedipus sebagai kisah pemberontakan terhadap takdir Tuhan. Walau berakhir dengan akhir yang mengenaskan (bunuh diri dan menusuk mata), setidaknya usaha itu menjadi catatan bahwa ada orang-orang yang dengan berani berontak terhadap takdir Tuhan. Ada orang-orang yang berusaha berteriak "Stop, aku tidak mau jadi boneka-Mu."

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Minggu, 13 Mei 2018

APAKAH TERORIS BERAGAMA?

APAKAH TERORIS BERAGAMA?

Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya sadar bahwa tulisan ini sensitif untuk beberapa orang. Oleh karena itu saya perlu menekankan beberapa hal:
1. Baca tulisan ini sampai habis, jangan setengah-setengah
2. Tulisan ini tidak bermaksud menyerang atau menyalahkan agama manapun tapi untuk mengajak kita memerangi terorisme bersama-sama. Kita punya kewajiban yang sama untuk menjaga kedamaian di Indonesia, jadi kita juga punya kewajiban yang sama untuk mencegah semakin berkembang biaknya teroris di bumi Indonesia
3. Sebisa mungkin saya tidak akan menyebut agama lain dalam tulisan ini, selain agama saya sendiri yaitu Kristen. Hal ini saya lakukan demi mengurangi kesalahpahaman yang bisa timbul.

Oke mari kita mulai.

Pertama, apakah kita setuju bahwa dalam setiap agama pasti ada umat yang melakukan tindakan kriminal? Misal di dalam Kristen pasti ada umatnya yang mencuri, membunuh, memperkosa, merampok dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Saya pernah melayani khotbah di rutan Kalimantan tengah selama 2 bulan dan beberapa kali melakukan pelayanan kesehatan di Nusa kambangan, di sana saya bertemu dengan banyak narapidana yang beragama, bahkan yang beragama Kristen juga banyak. Jadi, para kriminal itu tidak bisa kita menutup mata bahwa mereka beragama. Jika kita mengatakan bahwa teroris tidak punya agama, maka pembunuh, pencuri, pemerkosa, dan perampok juga harus kita katakan bahwa mereka tidak beragama. Karena terorisme dan perampokan sama-sama tindakan kriminal. Kita memang tidak menyalahkan agamanya karena agama tidak bisa salah (menurut para pengikutnya masing-masing) tapi umat beragama bisa salah. Yang kita kritik adalah umat beragama yang salah itu, bukan agamanya.

Kedua, berbeda dengan tindakan kriminal lainnya, terorisme ada yang lahir karena ajaran agama yang menyimpang. Kita juga tidak bisa menutup mata akan hal ini. Mereka lahir hasil dari cuci otak para pengkhotbah yang memiliki idealisme menyimpang dan penuh kebencian kepada orang lain yang berbeda. Memang, ada juga teroris yang lahir karena dibayar, tapi jika sampai siap mati dan meledakkan diri apalagi sampai satu keluarga, maka tidak mungkinlah ini karena uang. Pasti ada keyakinan yang diperjuangkannya sehingga dia siap untuk mati. Dalam sejarah, kita akan menemukan banyak umat beragama yang siap mati demi keyakinannya. Dari yang siap mati demi pemahaman yang positif hingga pemahaman negatif. Misal dalam kekristenan ada istilah martir, yaitu mereka yang rela mati demi mempertahankan imannya. Martir tidak bisa disamakan dengan teroris, tetapi saya hanya ingin menunjukkan bahwa keyakinan iman, bisa membuat kita siap mati. Hal ini, dipakai oleh para pengkhotbah teror untuk mencuci otak para pengikutnya.

Ketiga, teroris adalah pion yang siap dikorbankan untuk kepentingan sekuler bukan rohani. Teroris pastilah digerakkan oleh sesuatu yang sekuler untuk mencapai kepentingan mereka. Para teroris ini merasa bahwa mereka sedang memperjuangkan agama mereka padahal mereka diperalat oleh orang-orang jahat.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai umat beragama?
1. Membuka diri bahwa pemuka agama bukan Tuhan, mereka bisa salah. Itulah kenapa kita harus kritis dengan semua ajaran yang sifatnya menebarkan kebencian. Jangan ditelan bulat-bulat.
2. Cek kebenaran ajaran yang disampaikan pemuka agama yang tampaknya meragukan. Bagaimana cara ngeceknya? Tanyakan kepada pemuka agama kita yang lainnya apakah ayat yang dimaksud memang seperti itu. Baca buku-buku dari kalangan akademisi, bukan hanya buku renungan. Karena buku-buku akademis, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah yang kritis dan lebih bisa dipertanggungjawabkan
3. Jika ada pemuka agama yang menebarkan kebencian apalagi sampai menyuruh kita membunuh, maka tegurlah dia. Apabila masih tidak mempan, rekam video khotbahnya dan laporkan kepada yang berwajib.
4. Jangan mudah terprovokasi untuk langsung menyalahkan agama tertentu. Ingatlah bahwa yang salah adalah individu atau kelompok yang kebetulan agamanya sama dengan teman kita tapi bukan berarti semua penganut agama itu adalah teroris. Misal, ada perampok beragama Kristen maka bukan berarti agama Kristen adalah agama perampok.

Mari jaga Indonesia ini bersama-sama. Mari lawan teroris bersama-sama.

Sabtu, 07 April 2018

HATI-HATI SANDIWARA KAMPANYE

HATI-HATI SANDIWARA KAMPANYE

Korupsi, kesenjangan sosial, aset dikuasai asing dari dulu sudah begitu ga ada yang baru. Itu kan kampanye dari tahun ke tahun. Tapi setelah selesai, ga ada yang bisa menyelesaikan ini.
Apa masalahnya?
1. Tersandera kejahatan jabatan masa lalu (zaman orde baru, undang-undang bisa dipesan sesuai kebutuhan). Misalnya Freeport, mereka punya dokumen yang membuat mereka kuat secara hukum (undang-undang tahun 91). Setiap 10 tahun sekali mereka diperpanjang. Tidak ada satu pun presiden yang mampu menyelesaikan.
2. Moralitas kita bobrok. Setiap periode baru, muncul penjahat-penjahat baru.

Di atas adalah parafrase dari penjelasan Pak Mahfud MD.

Tanpa mengetahui semua ini, rakyat hanya jadi korban sandiwara kampanye. Setiap pendukung diberikan harapan setinggi-tingginya sehingga mengkultuskan tokoh politik tertentu, setelah itu mereka saling dibenturkan dengan pendukung lain. Alhasil, kampanye telah selesai, kebencian masih berlanjut. Padahal para elit politik sudah saling berpelukan dan berganti pasangan politik, tapi kita masih jotos-jotosan.

Mari cerdaslah melihat setiap kampanye yang akan datang. Apalagi yang sudah bawa-bawa agama. Jangan sampai kita jadi korban kebencian berikutnya.

Selasa, 27 Februari 2018

Beberapa Kekeliruan Pemahaman Tentang Doa

Beberapa Kekeliruan Pemahaman Tentang Doa

1. Doa bukanlah mantra pengabul keinginan melainkan sarana berkomunikasi dengan Tuhan sehingga kita tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam usaha menggapai yang kita inginkan.
2. Doa bukanlah mantra penyelesai masalah melainkan sarana berkomunikasi dengan Tuhan sehingga kita tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam menyelesaikan masalah kita.
3. Doa bukan hanya berisi daftar permintaan tetapi tetapi juga ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan
4. Doa bukanlah sesuatu yang tidak boleh diajarkan melainkan justru harus diajarkan. Bukankah murid-murid Yesus dan murid-murid Yohanes juga meminta gurunya mengajarkan mereka berdoa. Yesus dan Yohanes juga mengajarkan murid-murid mereka berdoa (Luk 11:1).
5. Berdoa dengan mata tertutup, kepala tertunduk dan tangan dilipat bukanlah satu-satunya cara berdoa. Ada banyak cara dalam berdoa. Ada yang sambil menangis tersedu-sedu (1 Sam 1:10; Ezr 10:1). Ada yang sambil menghadap dinding atau kiblat tertentu (1Raj 8:44; 2Raj 20:2). Ada yang sambil mengenakan kain kabung dan abu (Dan 9:3). Ada yang sambil menengadahkan tangannya ke langit ( Yes 1:15). Ada yang sambil berlutut dan sujud (Mat 26: 39; Luk 22:41; Kis 9:40, 20:36, 21:5; Kej 24:26,28). Ada yang sampai tersungkur atau merebahkan diri ke tanah (Kej 24:52; Mrk 14:35, Markus menggunakan kata πιπτω / pipto oleh LAI diterjemahkan dengan “merebahkan” padahal dalam arti sesungguhnya dapat juga diartikan sebagai tersungkur atau suduh/merebahkan diri sampai mencium tanah) dan masih ada yang lainnya.
6. Berdoa tidak selalu harus dalam keadaan diam (berhenti) dengan mata tertutup, dalam keadaan apapun (berjalan, menyeberang, di dalam bus atau yang lain) kita dapat tetap berdoa dengan mata tetap terbuka. Doa bukan soal mata tertutup atau terbuka tetapi soal fokus kepada siapa kita berbicara. Menutup mata hanyalah cara agar dapat fokus.

Kamis, 18 Januari 2018

MASIH BANYAK ORANG BAIK DI SOSMED

MASIH BANYAK ORANG BAIK DI SOSMED

Katanya orang baik mulai langka di negara ini. Sesungguhnya orang baik masih banyak kok. Apalagi di sosmed. Mereka hanya sembunyi. Mau tahu ga cara supaya mereka muncul?

Buatlah kesalahan, kebodohan atau hal-hal buruk lainnya maka mereka akan segera muncul. Entah mengkhotbahi kamu atau menghakimimu.

Kamu akan lihat bahwa orang baik itu tidak hanya ada 10 tapi ratusan. Apalagi jika kesalahan kamu dibagikan ke mana-mana maka puluhan ribu sampai jutaan orang baik akan segera muncul.

Tapi kalo kamu berbuat kebaikan, orang baik itu tidak akan muncul. Mereka tidak akan memujimu atau mendukungmu. Mereka akan bersembunyi sampai kamu melakukan kesalahan kembali.

KRITIK, PERLU KAH?

KRITIK, PERLU KAH?

Kata “kritik” sering disalahartikan sama seperti kata mitos dan mistis.
Mitos sering diartikan sebagai cerita bohong-bohongan, padahal mitos adalah cara suatu masyarakat untuk menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan. Mitos digunakan saat pendekatan rasio dan sains belum lumrah dipakai. Mitos digunakan untuk menjelaskan hal-hal adikodrati. Itulah kenapa di kitab suci banyak sekali mitos tapi bukan dalam arti cerita bohong-bohongan.
Kata mistis sering diterjemahkan sebagai hal menyeramkan yang berhubungan dengan dunia horor. Padahal mistis adalah usaha untuk menyatu dengan Tuhan. Itulah kenapa orang-orang yang melakukannya disebut mistikus.
Nah, kritik juga sering disalahartikan sebagai celaan, menjelek-jelekkan. Padahal kritik merupakan hal positif yang telah membawa banyak hal positif bagi dunia ini.
Apakah ada kritik yang membangun? Jelas saja kritik seharusnya membangun. Tanpa ada kritik feminisme maka perempuan akan terus berada di dapur, tidak ada wanita karir apalagi pendeta perempuan. Tanpa kritik humaniora maka perbudakan tetap ada. Tanpa banyaknya kritik dalam dunia sains, maka teknologi tidak akan berkembang seperti sekarang. Tanpa adanya kritik dalam dunia tafsir kitab suci, maka dengan mudahnya kita akan didoktrin oleh para pemuka agama agar percaya dengan semua ucapannya, yang penting ada ayatnya.

Saya sering ketemu dengan pendeta yang suka bilang begini, "Alkitab itu jangan dikritik-kritik. Apa yang tertulis di sana, cukup dipahami, ikuti dan imani."

Membaca kitab suci tanpa kritik adalah hal mustahil. Bahkan yang katanya baca dan ikuti saja seperti yang tertulis, sudah melakukan 3 kritik terhadap kitab suci, yaitu kritik tanggapan pembaca (reader-response), kritik naratif, dan kritik tatabahasa. Untuk mengenal ragam kritik terhadap kitab suci, bisa baca di sini http://ioanesrakhmat.blogspot.co.id/search?q=metode+kritik

Lalu sebenarnya, apa sih kritik itu?

Sebenarnya, akan panjang sekali pembahasan ini. Mereka yang sudah kuliah, biasanya pernah mendapatkan materi ini. Apalagi yang kuliah filsafat dan teologi seperti saya. Oleh karena itu biar tulisan ini tidak terlampau panjang, saya batasi saja pembahasan kritik ini menurut beberapa aliran filsafat.
1. Kritik dalam pengertian Kantian (Imanuel Kant dan para pengikutnya) berarti kegiatan menguji sahih tidaknya klaim-klaim pengetahuan tanpa prasangka dan kegiatan ini dlakukan oleh rasio belaka.
2. Kritik dalam pengertian Hegelian (Hegel dan para pengikutnya), berarti refleksi atau proses menjadi sadar atau refleksi atas asal-usul kesadaran. Secara singkat, kritik berarti negasi atau dialektika karena bagi Hegel kesadaran timbul melalui rintangan-rintangan, yaitu dengan cara menegasi atau mengingkari rintangan-rintangan itu.
3. Kritik dalam pengertian Marxian (Karl Marx dan para pengikutnya), berarti usaha-usaha mengemansipasi diri dari penindasan dan alienasi yang dihasilkan oleh hubungan-hubungan kekuasaan di dalam masyarakat.
4. Kritik dalam pengertian Freudian (Sigmund Freud dan para pengikutnya), berarti refleksi, baik dari pihak individu maupun masyarakat, atas konflik-konflik psikis yang menghasilkan represi dan ketidakbebasan internal sehingga dengan cara refleksi itu masyarakat dan individu dapat membebaskan diri dari kekuatan-kekuatan asing yang mengacaukan kesadarannya. Dengan singkat, kritik dapat diartikan sebagai pembebasan individu dari irrasionalitas menjadi rasional, dari ketidaksadaran menjadi sadar.

Kita bisa melihat bahwa dari 4 definisi di atas, kritik adalah suatu yang penting bagi perkembangan individu dan kelompok. Dengan kritik kita semakin sadar akan sesuatu yang belum kita sadari, entah itu kelebihan maupun kekurangan.

Lalu mengapa kritik seringkali dianggap buruk? Saya menemukan setidaknya beberapa alasan:
1. Sang pemberi kritik tidak berilmu. Alih-alih menyampaikan kritikan, dia malah justru menyampaikan hinaan. Seorang kritikus haruslah berilmu. Dia menguasai bidang yang akan dikritiknya. Di dalam kritikannya banyak ilmu yang bisa diambil, bukan malah kebencian. Itulah kenapa ga sembarang orang bisa memberi kritik. Jika membacot, semua orang bisa.
2. Banyaknya orang-orang anti kritik dan baperan. Kritik adalah musuh terberatnya kenyamanan. Mereka yang sudah nyaman akan sesuatu, tidak suka dikritik. Sehingga kritik yang datang dianggap hal buruk.
3. Orang ketiga, yang sok bijak, ga tahu permasalahan antara kritikus dan yang dikritik, tiba-tiba masuk dan berkhotbah, "Daripada mengkritik lebih baik saling memahami." Padahal jika dilihat dari 4 definisi di atas, kritik adalah juga usaha untuk memahami dan menggali kesadaran. Orang-orang sok bijak ini memang seringkali membuat kritik menjadi tampak buruk. Waktu masih aktif di gereja, saya seringkali ketemu dengan orang-orang semacam ini. Bukan hanya di gereja. di segala macam bidang, orang-orang seperti ini juga akan kita temui.

Nah demikian yang bisa saya bagikan. Akhir kata, kritik itu bukan soal seberapa kejam tapi seberapa tajam ulasan kita terhadap sesuatu yang sedang kita kritik. Itulah kenapa, butuh ilmu.

Jumat, 22 Desember 2017

SURGA ADALAH HUKUMAN

SURGA ADALAH HUKUMAN

Dalam film dan komik, hidup abadi ternyata bukanlah sebuah anugrah, tetapi hukuman. Ratusan tahun kita hidup tanpa mati. Satu persatu orang yang kita sayang menua dan pergi meninggalkan kita. Walau kita akan menemukan orang yang baru setiap abadnya, namun pasti akan ada orang yang benar-benar kita sayang dan tidak tergantikan. Hidup ratusan tahun tanpa orang yang kita cintai, ternyata akan menjadi hukuman paling menyakitkan.

Begitu juga saat kita masuk surga, namun tidak ada keluarga kita di sana. Kita lalui kehidupan penuh kebahagian di surga dalam waktu yang sangattttttt panjang tanpa orang-orang yang kita kasihi ada di sana. Menurut saya, itu bukanlah sebuah anugrah melainkan hukuman.

Kenapa keluarga kita bisa tidak ada di surga?
1. Karena mereka berbeda agama dengan kita. Setiap agama mengajarkan bahwa hanya agamanya yang bisa membawa ke surga, yang lain tidak. Akhirnya anggota keluarga yang satu berusaha mengajak anggota keluarganya yang lain untuk menjadi satu agama dengannya. Akhirnya terjadi tarik-tarikan. Jika ada anggota keluarga yang akhirnya tak seagama dengan kita biasanya kita akan disalahkan oleh teman atau saudara yang seagama dengan kita, "Kok kamu tega sih adik kamu masuk agama itu? Nanti dia ga masuk surga loh."
2. Dia seagama tapi tidak sealiran. Di kristen misalnya jika kita tidak dibaptis selam maka kita tidak masuk surga. Jika tidak berada dalam ajaran aliran tertentu maka kita tidak masuk surga. Aliran lain sesat dan hanya aliran kita yang benar.

Yah, mungkin kita akan kesepian di surga.

Rabu, 06 Desember 2017

Dalih, "Untuk mereka yang membutuhkan".

Dalih, "Untuk mereka yang membutuhkan".

Masih ingat kasus karangan bunga yang dikirimkan untuk Ahok? Yang jumlahnya luar biasa itu loh... Banyak yang mengkritik kiriman bunga tersebut sebagai pemborosan uang. Daripada uangnya untuk bunga yang jadi sampah, lebih baik "untuk mereka yang membutuhkan."

Mendengar kritikan itu, para pendukung Ahok pun membela dengan berbagai alasan.

Lalu saat reuni 212 kemarin, timbul lagi dalih yang sama. Daripada uangnya untuk kumpul-kumpul seperti itu, lebih baik "untuk mereka yang membutuhkan."

Dulu juga ada seorang perempuan yang meminyaki kaki seorang Guru yang sangat bijaksana dengan minyak yang sangat mahal. Lalu dia diprotes oleh murid-murid si Guru karena dianggap pemborosan. Seharusnya uang itu bisa "untuk mereka yang membutuhkan."

Dalih, "untuk mereka yang membutuhkan" seringkali lahir bukan karena rasa iba kepada mereka yang membutuhkan tapi untuk menyalahkan mereka yang berbeda dengan kita (yang mengganggu kenyamanan atau keinginan kita). Memang selain agama, barang dagangan yang paling laku adalah kemanusiaan.

Oleh karena itu, saya akan mengutip dua kalimat menarik dari dua tokoh terkenal ini.

"Hidup itu kompleks. Listrik di sini (di tempat acara debat) lebih baik dipadamkan untuk menyumbang korban kebanjiran." Sujiwo Tedjo dalam acara ILC.

"Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu." Sang Guru (Matius 26:11)

Senin, 04 Desember 2017

PINDAH AGAMA

PINDAH AGAMA

Banyak yang mengira bahwa orang yang pindah dari agama A ke agama B maka pastilah orang tersebut sangat mengerti Agama A. Bahkan semua yang diucapkan orang tersebut tentang agama A selalu dianggap sebagai kebenaran oleh agama B. Dan sayangnya, pesan yang selalu disampaikan tentang agama A selalu hal-hal yang buruk.

Menurut saya justru mereka yang pindah dari agama A ke B atau sebaliknya lalu menjelek-jelekkan agama sebelumnya, bukanlah orang yang sangat mengerti agamanya. Kenapa?

1. Ini seperti orang yang baru putus dengan pacarnya, lalu dapat pacar yang baru. Dia menceritakan semua keburukan mantannya, padahal dulu waktu pacaran semua tentang pacarnya pasti baik, tapi setelah putus maka semua hal tentang mantannya adalah buruk. Jadi, semua keburukan yang diungkapkan tentang mantannya apakah karena dia mengerti tentang mantannya atau karena sakit hatinya? Menurut saya karena sakit hatinya. Nah begitulah juga orang yang baru pindah agama lalu selalu menceritakan keburukan agama sebelumnya.

2. Saat seseorang mengerti pasangannya maka dia akan menerima segala kekurangan pasangannya dan berusaha memperbaikinya, bukan meninggalkannya lalu mengumbar keburukannya ke umum. Begitu juga saat beragama. Saat agama kita ada kekurangan maka lakukanlah seperti itu juga. Saat saya sekolah teologi, wah banyak sekali kekurangan yang saya temukan tentang agama dan ajaran agama saya. Tapi kenapa saya tidak meninggalkannya? Karena saya sayang agama saya.

3. Saat seseorang pindah dari satu hati ke hati yang lain, maka bisa jadi karena dia tidak mengerti pacarnya tapi bisa lebih mengerti yang lainnya. Jadi orang yang pindah agama juga bukanlah orang yang sungguh mengerti agamanya yang lama, tapi justru dia adalah orang yang mengerti agama barunya.

Pesan saya:

Jika kamu pindah ke agama tertentu, cintailah agama barumu tanpa menjelek-jelekkan agama lamamu. Jika kamu punya pacar baru, cintailah pacarmu tanpa menjelek-jelekkan mantanmu.

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar