Pages

Minggu, 22 Mei 2011

MENGISI LIBURAN DENGAN TETAP MELIBATKAN ALLAH


MENGISI LIBURAN DENGAN TETAP MELIBATKAN ALLAH

Suatu hari, remaja satu dan remaja dua dari suatu gereja sedang terlibat dalam pembicaraan akrab.

“Kau terlihat seperti monyet liar,” kata remaja satu sambil tertawa.
“Dan kau seperti Kristus,” jawab remaja dua.
“Kenapa kau bilang begitu,” Tanya remaja satu mulai serius.
“Seekor monyet liar mengira setiap orang seperti monyet liar sementara sang Kristus selalu mengira bahwa setiap orang seperti Dia.”

Pertama kali saya membaca cerita ini, saya tertawa terbahak-bahak.  Remaja dua secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa remaja satu adalah monyet liar karena  remaja satu telah mengatai remaja dua monyet liar. Sedangkan remaja dua ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah Kristus karena dia telah mengatakan bahwa remaja satu seperti Kristus. Namun saya tidak tahu apakah teman-teman yang membaca cerita tersebut juga tertawa terbahak-bahak seperti saya, atau setidaknya tersenyum simpul sedikit. Okelah…apabila teman-teman tidak tertawa tidak apa-apa, toh ada maksud lain yang hendak saya sampaikan melalui cerita tersebut daripada sekadar membuat teman-teman tertawa. 

Cerita tersebut akan membantu kita untuk berbicara mengenai “Mengisi liburan dengan melibatkan Allah. “ 

Loh????? 

Saya merasakan adanya rasa penasaran yang saat ini sedang hinggap dalam pikiran teman-teman. Mungkin teman-teman saat ini sedang bertanya-tanya apa hubungannya cerita tersebut dengan topik pembicaran kita kali ini? Bagus…teman-teman masih mempunyai rasa penasaran, tapi jangan terburu-buru…Sebelum kita membahas cerita tersebut, ada baiknya kita membahas dulu apa yang dimaksud dengan Liburan tetapi tetap melibatkan Allah?
Apakah dengan berdoa setiap bangun dan sebelum tidur, berdoa sebelum dan sesudah makan, berdoa sebelum pergi ke suatu tempat serta bersaat teduh setiap pagi dan malam itu sudah berarti melibatkan Allah?

Berapa lama sih teman-teman paling lama berdoa? Oke, hitunglah berdoa 10 menit. Kalo sehari 6 kali berdoa jadi 6 x 10 menit = 1 jam. Kemudian berapa lama teman-teman bersaat teduh? Hitunglah sekali saat teduh satu jam. Kalo teman-teman saat teduhnya padi dan malam itu berarti 2 x 1 jam = 2 jam. Total doa dan saat teduh adalah 3 jam. Kalo kita memahami bahwa melibatkan Tuhan hanya dengan cara berdoa dan bersaat teduh maka itu berarti kita hanya melibatkan Tuhan 3 jam dalam sehari. Lalu 21 jam selebihnya, Tuhan kita taruh di mana?
Yang namanya melibatkan Tuhan itu bukanlah hanya satu atau dua jam, melainkan sepanjang satu hari perjalanan hidup kita. Loh? Kalo begitu, itu berarti kita harus berdoa dan baca Alkitab terus dari pagi sampai malam dong? Lalu kapan mainnya? Kapan jalan-jalannya? Kapan nge-date-nya? Kapan hang-out nya?

Melibatkan Tuhan bukan hanya berdoa dan baca Alkitab saja. Sesungguhnya melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita merupakan bagian dari kehidupan spiritualitas. Kehidupan spiritualitas bukanlah hanya berdoa dan baca Alkitab saja. Ketika kita buang air besar, hal itu juga merupakan bagian dari kehidupan spiritualitas. Loh? Apa maksudnya?

 Nah ini saatnya kita kembali pada cerita remaja satu dan dua di atas. Apabila kita adalah seorang pengikut Kristus maka kita akan memandang diri kita sebagai Kristus dan sesama kita juga sebagai Kristus. Apa yang akan kita lakukan apabila bertemu Kristus? Pastinya kita akan melakukan yang terbaik. Nah pada liburan ini, kita akan bertemu lebih sering dengan “Kristus.” Mulai dari rumah, pada liburan ini mungkin ada yang akan menghabiskan banyak waktu di rumah. Di rumah ada mami, papi, adik, kakak dan pembantu. Lakukan lah yang terbaik untuk mereka. Atau mungkin ada yang menghabiskan waktu di luar dengan teman-teman, perbuatlah yang terbaik untuk teman-temanmu dan orang-orang yang akan kau temui nanti. 

Apakah jika kita sudah melakukan hal tersebut, itu sudah berarti kita melibatkan Tuhan? Belum, masih ada lagi yaitu bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya apabila kita adalah seorang pengikut Kristus maka kita akan memandang diri kita sebagai Kristus. Apabila kita memandang diri kita sebagai Kristus maka dalam setiap tindakan kita, kita akan senantiasa mengikuti teladan Kristus. Kristus adalah seorang pribadi yang bertanggung jawab maka kita pun harus hidup dengan penuh tanggung jawab dalam setiap hal yang kita jalani. Apabila kita sedang buang air besar atau air kecil kita akan bertanggung jawab untuk menyiramnya sampai bersih. Apabila kita sedang bermain facebook/twitter, kita akan memanfaatkan waktu dengan bertanggungjawab, tahu kapan harus berhenti ketika bermain facebook/twitter. Atau bertanggung jawab terhadap setiap status/tweet yang akan ditulis di FB/twitter. Banyak kasus telah menunjukkan bahwa status FB/ tweet dapat menjadi malapetaka apabila tidak digunakan secara bertanggungjawab. 

Apabila pada saat liburan nanti kita sedang shopping bersama teman-teman, kita harus bertanggungjawab dalam menggunakan uang yang diberikan oleh orang tua kita. Tahu mana yang memang butuh untuk dibeli dan tahu mana yang bukan merupakan kebutuhan jadi tidak perlu dibeli sehingga kita tidak menjadi konsumerisme.

Sebenarnya masih banyak contoh lain yang dapat diberikan untuk menunjukkan kehidupan yang melibatkan Allah, namun sayangnya ga muat jika harus ditulis semua di sini. Pada intinya, apa yang akan kita lakukan baik sekarang maupun nanti pada saat liburan ingatlah bahwa “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3: 23). Itulah yang dimaksud dengan hidup yang melibatkan Allah.
Mulai dari bangun tidur hingga nanti pergi tidur, lakukan semua kegiatan kita secara bertanggungjawab seperti kita melakukannya untuk Tuhan.

Ada baiknya apabila teman-teman membawa kaca kecil ke mana-mana. Jadi apabila saat liburan ada bujukan dari teman untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, maka segera buka kacanya dan lihat di kaca tersebut ada siapa? Ada Kristus yang tercermin dalam dirimu. Kristus selalu melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab, maka apabila kita melihat diri kita sebagai Kristus maka kita pun harus seperti itu. Lain lagi halnya apabila kita menganggap diri kita sebagai monyet liar, maka ketika kita membuka kaca kecil yang kita bawa maka yang akan kita lihat adalah seekor monyet liar, yang suka melakukan segala sesuatu semaunya sendiri. Jadi teman-teman mau jadi seperti Kristus atau monyet liar? Kita lihat saja nanti waktu liburan.

Karya: Nuryanto, S.Si (Teol). Tulisan ini pernah dimuat di majalah Shining Star Gunsa (Majalah Remaja GKI Gunung Sahari).


0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar