Pages

Minggu, 24 Juli 2016

Bagaimana memahami kitab suci umat Kristen?

Bagaimana memahami kitab suci umat Kristen?

Tulisan ini saya buat untuk:
1. Mereka dari agama lain yang bertanya dengan tulus karena ingin tahu tentang Alkitab, tapi bukan berarti mereka mau pindah agama. Apakah semua yang ingin tahu sama artinya ingin menjadi?
2. Mereka yang beragama Kristen tapi belum tahu bagaimana memahami kitab suci mereka. Termasuk juga mungkin saya di dalamnya, karena itu tulisan ini saya anggap sebagai pengingat pribadi untuk diri sendiri.
3. Mereka yang beragama lain tapi suka mengutip beberapa bagian Alkitab secara serampangan lalu dibuat untuk menyerang atau bahasa halusnya ‘mengingatkan’ umat Kristen bahwa ajaran mereka salah. Tulisan ini bukan untuk membuat mereka bertobat tetapi agar mereka dapat perbendaharaan baru untuk menyerang umat Kristen. Lah masa udah berpuluh-puluh tahun, setiap ngomongin Alkitab selalu argumen yang dipakai adalah kitab suci umat kristen sudah direvisi dan dipalsukan. Selain itu hal yang sering terjadi adalah penulis kitab suci seakan hanya ada dua yaitu Paulus dan Yesus sehingga selalu bilangnya “Itu ajaran Paulus (salah) dan itu ajaran Yesus (benar). Nah, perhatikan tulisan ini, kamu akan dapat banyak masukkan baru untuk menjatuhkan umat Kristen, ayo baca sampai selesai.

Sebelum saya menulis lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tulisan ini akan sangatttt panjang. Jika tidak berminat, jangan dilanjutkan membaca dan jangan lanjutkan juga kebodohanmu untuk menyebarkan ayat-ayat kitab suci agama lain yang kau ambil sepotong-sepotong. Kenapa saya bilang bodoh? Lah baca tulisan ini aja malas bagaimana baca kitab suci kami yang terdiri dari 31.171 ayat (LAI, TB). Lalu kalian sudah bangga dan merasa benar dengan hanya mengutip seratus ayat dari kitab suci kami?
2. Penulis dalam Alkitab bukan hanya ada dua orang tapi ratusan. Dan mungkin kamu akan sedikit kecewa dengan fakta ini tapi Yesus tidak pernah menulis Injil karena Injil adalah diri-Nya sendiri. Kita akan bahas tentang penulis Alkitab lebih jauh di dalam tulisan ini.
3. Tulisan ini akan bercabang ke link-link yang akan saya kasih. Jadi tulisan dalam link itu pun harus dibaca karena saya tidak mau menulis ulang dalam tulisan ini. Males? Kembali ke nomor 1.
Oke mari kita mulai pembahasannya, siapkan cemilan.
Pada abad 12-15, beredar anggapan bahwa semua sejarah dan cerita yang ada di dalam Alkitab tidak mengandung kesalahan sama sekali. Hal tersebut terjadi karena gereja menguasai seluruh kegiatan pendidikan. Tetapi ketika ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang dan maju, muncullah berbagai keraguan terhadap pendapat tersebut. Percayalah, bukan hanya di dalam kekristenan terjadi hal ini, tetapi juga di seluruh agama. Khususnya mereka yang mempelajari kitab suci dalam kaidah akademis. 

Pada akhir abad 18, mulai muncul sebuah prinsip, dalam hal apapun juga tidak hanya agama, yaitu segala sesuatu harus dimulai dengan keraguan, menuju kepemupukan pengetahuan berdasarkan dasar-dasar yang kokoh. Maka sejak itulah, muncul metode-metode kritis dalam menyelidiki dan memahami Alkitab.
Studi kritis tersebut membuat kami memahami bahwa Alkitab tidak pernah turun dari langit atau ayat-ayatnya didikte oleh suara Tuhan atau tangan penulisnya dipegangin sama Tuhan sehingga setiap huruf sampai tanda bacanya sama persis seperti apa yang Tuhan mau. Tuhan kami, sangat menghargai kemanusiaan sehingga Dia tidak menjadikan manusia sebagai robot. Setiap penulis kitab di dalam Alkitab menulis dalam segala keterbatasannya untuk memahami Tuhan dan menyaksikan kasih Tuhan kepada para pembaca yang hendak dituju oleh tulisannya. 

Alkitab juga tidak dipahami sebagai buku yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Alkitab juga tidak boleh diberhalakan. Mereka yang memberhalakan Alkitab biasa disebut bibliolatry.
Begini kira-kira proses pembentukkan Alkitab hingga akhirnya jadi seperti sekarang:
1. Tradisi oral. Kisah-kisah tentang kebaikan Tuhan dan perjalanan bangsa Israel ataupun perjalanan Yesus diceritakan dari mulut ke mulut. Cerita itu diingat dari generasi ke generasi hingga suatu waktu mereka merasa perlu untuk menuliskan kisah tersebut agar tidak terlupakan dan karena ada kebutuhan khusus juga untuk menuliskan kisah tersebut lalu mengirimkannya kepada pembaca.
2. Proses penulisan. Ada 66 kitab di dalam Alkitab dan setiap kitab ditulis oleh penulis yang berbeda bahkan ada kitab yang ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda. Jadi, Alkitab tidak hanya ditulis oleh 2 orang, Paulus dan Yesus. Yesus tidak pernah menulis satu kitab pun dalam Alkitab. Apakah itu artinya ada yang membuang tulisan Yesus yang asli? Oke, jika benar ada tulisan Yesus yang asli maka silakan temukanlah, dan itu artinya tulisan tersebut harus ditulis sekitar tahun 30an Masehi. Bagaimana cara mengetahuinya? Dengan uji carbon 14. Tapi jika kamu punya kitab injil, yang kamu anggap kitab Injil yang asli tapi ternyata malah ditulis pada abad ke-2 Masehi, maka mari lanjutkan membaca tulisan ini. 
Setiap tulisan ditulis dalam konteks tertentu, dan sesuai dengan kebutuhan pada zamannya sehingga cara membacanya pun tidak bisa disamakan seperti membaca tulisan yang ditulis pada masa kini. Tulisan-tulisan dalam Alkitab ditulis dengan berbagai macam gaya bahasa, ada puisi, cerita, perumpamaan, apokaliptik dan lain sebagainya. Sehingga untuk memahami ayat-ayat dalam Alkitab perlu beberapa pendekatan, tidak bisa hanya dengan satu pendekatan. Misalnya tentang 1 hari di hadapan Tuhan sama dengan 1000 tahun. Saya pernah menulis pembahasannya di sini, silakan dibaca http://ketozia.blogspot.co.id/search?q=1000%5C.
3. Proses penyuntingan. Nah, jangan-jangan proses inilah yang teman-teman sebut sebagai proses revisi, amandemen dan pemalsuan Alkitab. Jadi perhatikan baik-baik bagian ini. Kitab-kitab yang sudah ditulis dan dikirimkan kepada pembacanya, pada bagian ini dikumpulkan kembali lalu dilakukan proses penyuntingan. Apa yang terjadi dengan proses penyuntingan? Beberapa tulisan dari berbagai sumber dikumpulkan untuk disusun menjadi sebuah kitab baru, misalnya kitab Kejadian dan Yesaya. Apa lagi yang terjadi dalam proses penyuntingan? Penyalinan tulisan huruf demi huruf dengan tulisan tangan. Apakah ada kemungkinan terjadi kesalahan penyalinan, ya mungkin saja. Tidak mungkin juga disaling secara digital karena huruf cetak baru ditemukan pada abad 15 Masehi. Oleh karena itu, dalam kekristenan ada studi kritis tentang hal ini. Jadi sebelum kamu bilang, “Ada tulisan yang diubah, direvisi dan diganti” kami sudah mempelajarinya terlebih dahulu. Tapi itu bukan berarti revisi ini dilakukan berkali-kali apalagi setiap tahun, bagian itu mungkin ada di poin berikutnya. Proses penyuntingan dilakukan oleh ahli kitab kuno. Pada saat itu jelas belum ada pendeta ataupun pastor. Jadi jika ada yang bilang Alkitab direvisi oleh para pendeta, mungkin kamu perlu membaca sejarah kapan jabatan pendeta baru muncul. Tujuan penyuntingan adalah menyusun sebuah kitab untuk dijadikan pegangan pengajaran bagi umat yang sedang dalam masalah tertentu. Setiap kitab yang ditulis dan disusun mempunyai konteks pembaca masing-masing.
4. Kanonisasi. Setelah proses penyuntingan selesai, kitab beredar di kalangan umat untuk dijadikan pengajaran. Tidak semua yang ada di dalam Alkitab bentuknya kitab, ada juga yang bentuknya surat-surat, khususnya di bagian Perjanjian Baru. Kitab-kitab yang beredar ada banyak sekali. Oleh karena itu, perlu adanya tolak ukur, kitab mana yang mau dijadikan pegangan iman bersama, maka dilakukanlah kanonisasi. Silakan baca tengang proses kanonisasi di sini http://ketozia.blogspot.co.id/…/proses-terbentuknya-alkitab…. Di dalam link tersebut dituliskan beberapa syarat mengenai kitab yang dinyatakan layak untuk dimasukkan dalam Alkitab. Mengapa ada Injil-Injil dan kitab-kitab lain yang tidak dimasukkan di dalam Alkitab? Silakan baca di dalam link tersebut.
5. Proses penerjemahan. Alkitab ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani Koine. Tidak semua orang bisa ketiga bahasa tersebut. Oleh karena itu butuh penerjemahan. Bahkan umat Israel yang dikirimkan kitab tersebut pada masa Perjanjian Lama saja tidak bisa membaca kitab yang berbahasa Ibrani karena mereka sudah terbiasa bahasa Aram, itulah kenapa dalam Nehemia Pasal 8 kita akan mendapatkan proses penerjamahan Alkitab secara lisan oleh Nehemia.
Penerjemahan itu penting karena setiap negara dan masa memiliki bahasanya sendiri yang terbatas untuk mengungkapkan sesuatu. Misal di Indonesia ada nasi, menir, dan beras tapi di Inggris cuma ada kata Rice. Nah mungkin, inilah yang dimaksud oleh beberapa orang sebagai Alkitab direvisi dan diganti-ganti. Terjemahan jelas perlu terus direvisi sesuai perkembangan bahasa. Lah, bahasa Indonesianya saja terus berkembang masa terjemahan masih terus mengikuti terjemah tahun 50an.
Nah begitulah kira-kira 5 proses singkat yang terjadi sampai akhirnya Alkitab menjadi seperti sekarang. Sebenarnya ada banyak proses lainnya, tapi nanti baca-baca sendiri saja.
Setelah mengetahui 5 proses di atas, maka kita juga perlu tahu bahwa untuk membaca Alkitab tidak bisa hanya dengan mengutip lalu mengatakan “Inilah maksud sebenarnya.” Perlu proses hermeneutik (penafsiran). Tapi saya tidak akan jelaskan di sini. Saya kasih beberapa bahan bacaan saja untuk dicari dan dibaca yah. Di toko buku BPK Gunung Mulia, Kwitang, buku-buku ini (mungkin) masih bisa didapatkan. Nanti saya tulis judul-judul bukunya di akhir.

Lalu bagaimana Kekristenan memahami Alkitabnya:
1. Alkitab tidak pernah turun dari langit. Alkitab ditulis dan disusun, melalui 5 proses yang disebutkan di atas, oleh manusia dengan hikmat dan bimbingan Tuhan yang tentunya tidak secara mekanis.
2. Jelas bahwa Alkitab terbatas dan tidak cukup menampung Allah yang terlampau besar. Tapi, Alkitab cukup untuk dijadikan dasar iman untuk mengenal kehendak Tuhan.
3. Walaupun ditulis oleh manusia, Alkitab tetap firman Allah karena kesaksian tentang kebaikan Tuhan kepada manusialah yang diceritakan dalam setiap tulisan di dalam Alkitab. Kehendak Tuhan juga senantiasa disampaikan dalam setiap tulisan-tulisan yang ada.
4. Ada yang diskontinyu (perintah yang tidak lagi dijalankan saat ini) dan ada yang kontinyu (perintah yang berlanjut dan tetap dijalankan sampai saat ini) di dalam Alkitab, silakan baca tulisan saya di sinihttp://ketozia.blogspot.co.id/…/kamen-rider-dan-alkitab.html

Demikian yang bisa saya sampaikan. Tapi tulisan ini bukanlah pemikiran seluruh umat Kristen. Bisa saja berbeda. Anggap saja ini pendapat pribadi saya sebagai umat Kristen yang diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk belajar teologi di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.
Berikut ini beberapa buku yang bisa dijadikan bahan bacaan lebih lanjut:
1. Di Sini Kutemukan. Disusun oleh Prof. S. Wismoady Wahono. Diterbikan oleh BPK Gunung Mulia
2. Pedoman Penafsiran Alkitab. John H. Hayes dan Carl R. Holladay. Diterbikan oleh BPK Gunung Mulia
3. Alkitab Berbahaya. Nuryanto Gracia. Diterbitkan oleh Penerbit Kosong. Kalo yang ini, pesang langsung sama saya.

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar