Pages

Selasa, 14 November 2023

YUDAS DAN OEDIPUS: USAHA MEMBERONTAK DARI TAKDIR ALLAH

 YUDAS DAN OEDIPUS: USAHA MEMBERONTAK DARI TAKDIR ALLAH


Dalam kekristenan, Yudas sangat dibenci karena dianggap sebagai pengkhianat yang menjual Tuhannya sendiri. Walaupun sebenarnya dia hanya menjalankan takdir yang sudah dituliskan untuknya, namun orang Kristen pasti akan menjawab dengan mengutip ayat, "Anak manusia memang akan pergi sesuai dengan ada yang tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." (Matius 26:24). Yudas yang hanya menjalankan takdirnya itu pun akhirnya dibenci hingga hari ini.
Di sisi lain, ada aliran kekristenan yang menganggap Yudas sebagai pahlawan karena membebaskan Yesus dari penjara tubuh. Aliran kekristenan ini dikenal sebagai kristen gnostik. Kita bisa melihat kepahlawanan Yudas di Injil Yudas, jangan cari di kitabmu, tentu saja tidak akan ada.
Jadi ada 2 kutub pendapat tentang Yudas, ada yang membenci dan mengutuknya tapi ada juga yang memujanya. Tapi saya menemukan satu tafsiran menarik dari Romo Yosef, dalam disertasinya tentang "Post colonialism Biblical Criticism in John's Passion Narrative."
Romo Yosef menafsirkan bahwa Yudas menyerahkan Yesus bukan karena berkhianat (seperti pandangan kristen tradisional) atau bukan juga karena ingin menjadi pahlawan (seperti pandangan kristen gnostik).

Romo Yosef menjelaskan bahwa Yudas menyerahkan Yesus karena takut Yesus akan melakukan pemberontakan di hari Paska. Yesus pernah ngamuk di bait Allah (Matius 21:12-13), hal itu membuat Yudas yakin bahwa Yesus juga akan memimpin pemberontakan pada hari Paska yang akan segera datang. Mengapa pemberontakan di hari paska menakutkan? Karena orang Yahudi datang dari seluruh penjuru dunia untuk merayakan paska. Jika Yesus melakukan pemberontakan, maka seluruh rakyat Israel akan bergerak dan ini jelas akan merugikan para imam.

Yudas tahu bahwa dia ditakdirkan untuk menyerahkan Yesus (Matius 26:17-25). Namun Yudas tidak mau mengikuti takdir itu, lalu apa yang harus dilakukan? Membuat rencana. Dalam rencananya, Yesus akan diserahkan kepada Imam-imam kepala (Mat 26:14-16), Yesus akan diadili dan dibebaskan karena tidak ditemui sama sekali kesalahan pada diri-Nya.

Rencana ini akan membuat Yesus ditangkap sementara, pemberontakan tidak akan terjadi dan Yudas terbebas dari takdir sebagai pengkhianat. Namun sayangnya, dia tidak mengira bahwa para imam akan bekerjasama dengan para penjajah. Hal yang sama sekali tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bangsa terjajah bekerjasama dengan para penjajah. Yesus dibawa ke Pilatus, diadili dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Yudas menyadari rencananya gagal dan membuat Yesus justru mendapatkan hukuman mati. Dia akhirnya menyesal, mengembalikan uang yang diberikan oleh para imam, lalu gantung diri sebagai bentuk penyesalan dan protes terhadap takdir yang ingin dia ubah namun tidak dapat diubah. (Mat 27:3-5).

Begitulah tafsiran Romo Yosef yang telah saya sesuaikan. Mengapa disesuaikan? Karena dalam tafsiran aslinya Romo Yosef melakukan harmonisasi antara beberapa kisah Yudas dalam injil-injil sinoptik untuk menguatkan tafsirannya dalam kitab Yohanes. Tapi karena saya dibesarkan dalam tradisi tafsir yang 'alergi' dengan harmonisasi injil, maka saya memilih untuk fokus pada kitab Matius saja.

Oke kembali lagi pada konsep pemberontakan Yudas, tafsiran ini menjadi menarik karena dilihat dari sudut pandang pemberontakan Yudas untuk keluar dari takdir yang tidak mau dia lakukan. Hal ini mirip dengan kisah Oedipus (yang menjadi cikal bakal istilah Oedipus Complex).

Ayah Oedipus, Raja Laius dari Thebes, mendapat ramalan bahwa anaknya, Oedipus, akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Untuk menghindar (berontak) dari takdir tersebut, Raja membuang Oedipus yang masih bayi. Namun sayang seribu kali sayang, ternyata Oedipus dewasa tetap membunuh ayahnya dan menikahi ibunya.

Oedipus akhirnya mengetahui bahwa yang dia bunuh adalah ayah kandungnya dan yang dia nikahi adalah ibunya sendiri. Oedipus merasa terpukul. Dia menusuk matanya sendiri sebagai tanda penyesalan dan menolak melihat kebenaran lagi. Oedipus diusir dari Thebes dan hidup sebagai pengemis yang buta.

Kisah Yudas dan Oedipus sebagai kisah pemberontakan terhadap takdir Tuhan. Walau berakhir dengan akhir yang mengenaskan (bunuh diri dan menusuk mata), setidaknya usaha itu menjadi catatan bahwa ada orang-orang yang dengan berani berontak terhadap takdir Tuhan. Ada orang-orang yang berusaha berteriak "Stop, aku tidak mau jadi boneka-Mu."

*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar