HARI KARTINI, PEREMPUAN DAN ALKITAB
Perempuan seringkali menjadi objek diskriminasi kaum pria, bahkan ayat-ayat suci dijadikan alat pembenarannya. Alkitab, sebagai kitab suci umat Kristen pun menjadi salah satu pembenaran yang sering dipakai. Mari kita simak lebih teliti apakah benar Alkitab memandang perempuan serendah itu.
1. Saat Allah menciptakan manusia, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambarNya (Kejadian 1:27). Tidak hanya lelaki yang segambar dengan Allah, tetapi perempuan juga. Jadi laki-laki dan perempuan sederajat.
2. Pada saat Tuhan membentuk perempuan dari tulang rusuk Adam, banyak di antara kita yang menganggap perempuan itu lemah sehingga perempuan dianggap makhluk lemah. Padahal, kata yang dipakai dalam bahasa Ibraninya adalah bana (Kejadian 2:22). Kata bana sering dipakai untuk membuat sesuatu yang keras dan kuat seperti kota, menara, mezbah atau benteng. Jadi, Tuhan ingin mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang kuat.
3. Perempuan disebutkan sebagai penolong yang sepadan (ezer kenegdo, Kejadian 2:18, 20). Seringkali kita mengartikannya bahwa perempuan adalah pembantu laki-laki, yang kedudukannya lebih rendah dari laki-laki. Padahal kata ezer (penolong) dalam perjanjian lama sering dipakai untuk Allah sebagai penolong, dan juga dipakai untuk pertolongan Israel. Jadi sekali lagi, ayat tersebut ingin mengingatkan bahwa perempuan kuat. Penolong juga bukan berarti lemah. Justru seseorang dapat menolong karena dia memiliki kelebihan dari yang ditolongnya.
4. Dalam Perjanjian Lama, kata laki-laki dan perempuan dalam hubungannya sebagai suami-istri, menggunakan permainan kata yang menarik yaitu is (laki-laki) dan issa (perempuan). Saat suami memanggil istrinya, issa, maka dia juga memanggil dirinya sendiri. Saat dia mengingat istrinya, maka dia mengingat dirinya sendiri. Saat dia mengasihi istrinya, dia mengasihi dirinya juga. Saat dia menyakiti istrinya, dia menyakiti dirinya juga. Bahkan permainan kata ini semakin menarik, jika kita membaca Kejadian 2:24, yaitu saat is bersatu dengan issa, maka terciptalah kehidupan yang baru. Sedangkan saat adam (manusia) bersatu dengan adama (tanah) terciptalah kematian (Kejadian 3:19). Jadi, perempuan bukanlah pembawa kematian, dia adalah pembawa kehidupan. Dia adalah bagian dari diri kita. Ingat, saat kita menyakitinya, itu artinya kita menyakiti diri sendiri.
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang bercerita tentang perempuan
yang luar biasa. Tapi itu bukan berarti bahwa perempuan bisa kembali
mendiskrimanasi laki-laki karena merasa dirinya lebih kuat. Yang perlu
kita ingat adalah laki-laki dan perempuan setara.
Selamat Hari Kartini.
Laki-laki, mari menghargai kaum perempuan.
Perempuan, mari hargai diri sendiri.
Salam,
Nuryanto Gracia
Selamat Hari Kartini.
Laki-laki, mari menghargai kaum perempuan.
Perempuan, mari hargai diri sendiri.
Salam,
Nuryanto Gracia