MEREKA YANG MEMBELA ALLAH DIMAKI
MEREKA YANG MEMBERONTAK MENEMUKAN ALLAH
Apa yang biasanya umat beragama lakukan jika ada orang yang mempertanyakan kebesaran Tuhan, keadilan dan ke-maha-anNya? Kita akan marah, kita akan menganggap mereka sebagai penghina Tuhan. Bahkan saat ada orang yang mencoba memahami Tuhan dengan logika, kita akan tidak menyukai mereka. Apalagi jika ada ORANG YANG MENCOBA BERONTAK dari Allah. Apalagi jika ada ORANG YANG MEMPERDEBATKAN rencana Allah. Wah bisa ngamuk kayak cacing kepanasan kita.
Tapi, dari kisah Ayub, kita mendapatkan bahwa, justru si pemberontak itu, menemukan Allah yang sejati, bukan yang kata orang, kata doktrin, kata pemuka agama, kata para pembela Allah. Ada satu kalimat menarik dari Ayub saat berbantah-bantahan dengan sahabatnya, "Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?"
Seringkali, kita mengalami masa dalam hidup yang sangat berat, yang membuat kita mempertanyakan segala hal tentang Allah, yang membuat kita meragukanNya. Tapi kemudian, karena kita takut dianggap sebagai "tersesat", maka kita menghentikan pemberontakan kita, lalu mendustai diri sendiri untuk Allah dan meyakinkan diri sendiri bahwa "Percaya saja, jangan banyak tanya. Rencana Tuhan pasti yang terbaik." Demi percaya saja kepada Allah, kita mengorbankan rasio kita. Ini yang Bultmann sebut dengan "sacrificium intellectus."
Namun yang menarik dari kisah Ayub, orang-orang yang menyerang Ayub karena Ayub dirasa kurang ajar kepada Allah, justru dimaki Allah, "Murkaku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."
"Kamu tidak berkata benar tentang Aku" Allah mengucapkan ini sampai dua kali, seakan Allah ingin mengatakan, "Apa yang Ayub katakan benar, kamu berbohong dan berdusta untuk Aku. Kamu tidak mengatakan yang benar tentang Aku."
Mereka yang membela Allah, justru dihardik Allah, karena mereka tidak jujur dengan diri sendiri. Jika kamu ingin mempertanyakan kebesaran Allah, tanyakanlah. Jika ingin berontak, berontaklah.
Pemberontakanmu mungkin akan membawamu pada penemuan tentang Allah yang bukan lagi kata orang, tapi Allah yang kamu alami sendiri.
Jangan takut tersesat saat memberontak, karena Allah pasti akan mencarimu seperti Dia mencari 1 domba yang tersesat dan meninggalkan 99 lainnya (di tempat yang aman tentu saja).
Jangan takut jadi pemberontak. Jangan takut tersesat.
Kaburlah, larilah, dari ajaran yang membuatmu tidak menemukan Allah.
Satu pokok pembahasan tentang eskapisme (lari dari sesuatu). Saya mencoba melihat eskapisme dari beragam perspektif. Biasanya kita melihat eskapisme sebagai cara pemuka agama meninabobokan umat agar kabur dari realita penuh penderitaan lalu menuju pada sebuah harapan eskatologis. Tentu saja saya akan membahas hal itu juga, tapi juga saya akan membahas hal lainnya yaitu mengajak kita kabur dari 'Tuhan', berontak dari 'Tuhan' untuk menemukan Tuhan.
*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara