BUNUH DIRI DAN PARA ORANG HEBAT
Beberapa hari ini, timeline penuh dengan berita bunuh diri. Ada yang berkhotbah tentang orang-orang bunuh diri akan masuk neraka, ada yang memberikan kata-kata bijak agar orang lemah tidak bunuh diri dan ada yang kurang ajar karena membagikan foto jenazah yang bunuh diri tanpa disensor. Kenapa saya bilang kurang ajar? Yah, pikir aja sendiri.
Oke biarkan yang kurang ajar memikirkan apanya yang kurang ajar. Mari kita bicarakan yang lainnya.
Untuk kita yang merasa kuat dan tidak mungkin berharap mati atau sampai bunuh diri, mari kita lihat seberapa kuat kita.
Dalam kitab suci umat kristen setidaknya saya menemukan 2 kisah tentang betapa frustasinya nabi yang dipilih Tuhan. Saking frustasinya mereka memilih untuk mati daripada hidup.
Yang pertama adalah kisah Nabi Yunus.
Yunus 4:3
Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.
Yang kedua adalah kisah nabi Elia
1 Raja-raja 19:4
Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."
Mari kita fokus ke satu kisah saja yaitu Elia. Tahukah kita betapa hebatnya Elia? Bisa jadi jauh lebih hebat dari kita yang sekarang merasa tidak mungkin bunuh diri. Kenapa?
Elia seorang diri melawan 450 orang nabi baal. Kita melawan 10 orang saja mungkin sudah ketakutan.
1 Raja-raja 18:22 Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.
Tapi Elia yang luar biasa itu pun akhirnya terseok-seok. Dia terjatuh dalam depresi dan keinginan untuk mati. Tidak ada jaminan orang hebat akan selamanya hebat, dan orang kuat tidak selamanya tak kepikiran untuk mati. Mungkin saja saat ini kita belum tertimpa masalah seberat mereka yang memutuskan untuk bunuh diri. Berat dan kecil setiap masalah memang relatif. Ada yang diputusin pacar rasanya berat, ada yang diputusin strap CSM kamen ridernya udah terasa berat. Setiap orang punya badainya sendiri.
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mengalami depresi akut. Oleh karena itu, saat mendengar berita bunuh diri, tidak selayaknyalah kita menyombongkan diri bahwa kita hebat dan mereka yang bunuh diri bodoh. Atau jutaan kalimat penghakiman lainnya. Tapi juga bukan berarti tindakan bunuh diri itu dibenarkan.
Seringkali bunuh diri terjadi karena mereka merasa sudah tidak ada lagi yang mau mengerti mereka. Saat ada yang mengatakan mereka depresi dan ingin bunuh diri, kebanyakan dari kita langsung menceramahi atau memberikan kata-kata bijak. Padahal belum tentu itu yang mereka butuhkan.
Kisah Elia menarik sekali, saat tahu Elia begitu depresinya, Tuhan tidak lantas mengkhotbahinya. Tuhan menyediakannya makan.
1 Raja-raja 19:5
Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"
Tuhan menunjukkan kepeduliannya. 2 kali Tuhan mengingatkan Elia untuk makan. Ada kebutuhan yang lebih penting untuk disentuh sebelum kita menjadi penceramah untuk teman-teman kita yang mau bunuh diri. Tunjukkanlah bahwa kita peduli kepada mereka, bukan ingin menghakimi atau menceramahi mereka.