Yesusku dan Isamu
Karya: Nuryanto, S.Si (Teol)
1.
Pendahuluan
“Yesusku dan Isamu,” dari judul makalah ini telah
jelas terlihat bahwa tujuan Penulis bukanlah untuk menyamakan (memaksakan sama)
Yesus dalam Kekristenan dengan Isa dalam Al-Qur’an. Ada perbedaan yang memang
harus diterima dan tidak perlu dipaksakan menjadi sama atau menghakimi konsep
yang lain tentang Yesus adalah ‘sesat’. Dalam makalah ini, Penulis hendak
menelusuri persamaan dan perbedaan antara kristologi Islam (atau lebih tepatnya Al-Qur’an, karena
Penulis membatasi pengkajian pemahaman Kristologi Islam hanya yang terdapat
dalam Al-Qur’an) dengan kristologi Kristen.
2.Yesus di dalam Al-Qur’an
Sebagian besar studi tentang Kristus
di dalam Al-Qur’an memakai pendekatan tematik. Cerita Kristus tidaklah
diceritakan kembali di dalam Al-Qur’an namun hanya dirujuk. Sebagian besar
rujukan tentang Yesus ada di dalam Surat yang ketiga (Ali Imran) dan Surat yang
ke-19 (Maryam).
- Kelahirannya
Secara
tematik rujukan tentang kelahiran Yesus di dalam Al-Quran adalah sebagai
berikut: Allah meniupkan Roh-Nya ke dalam anak yang dikandung Maria ( QS.21:91, 66:12), Yesus berbicara dengan
Maria dekat pohon kurma dari dalam kandungan (QS. 19:24-26), Yesus lahir (QS.
19:22-25), Yesus mempermaklumkan dirinya di depan kaumnya (QS. 19:30-32)
kemudian ia bertutur tentang keajaiban-keajaiban yang akan ditampilkannya (QS.
3:49). Allah memerintahkan padanya untuk melakukan shalat, membayar zakat dan
berbuat baik pada ibunya selama ia hidup, dan Dia memberikan padanya rahmat dan
perdamaian sejak hari saat ia dilahirkan, saat kematiannya dan saat ia
dibangkitkan hidup kembali (QS.19:26-33).
- Ajaran-ajaran dan karya-karyanya
Ketika Yesus telah dewasa,
murid-muridnya menghendaki Yesus menyediakan makanan secara mukjizati. Mereka
menguji Yesus dengan mengatakan “dapatkah Tuhanmu menurunkan bagi kami dari
langit sebuah nampan yang penuh makanan?... Kami ingin makan dari nampan itu
sehingga kami dapat menenteramkan diri kami dan tahu bahwa apa yang engkau
katakan kepada kami adalah benar sehingga kami dapat menjadi saksi untuk itu.”
Yesus menjawab dengan doa ini, “Tuhan, turunkan bagi kami hidangan dari langit
sehingga hal itu bisa menjadi makan besar bagi kami dan menjadi tanda dari-Mu
untuk orang-orang yang datang setelah kami.” Allah menjawab dengan menurunkan
perbekalan dan dengan memperingatkan kalau tetap saja kafir, maka akibatnya
adalah hukuman yang pedih (QS. 5:112-115).
Cerita perumpamaan banyak menarik
perhatian para penulis Injil. Namun cerita seperti itu tidak diketahui oleh
Muhammad. Barangkali alasan kenapa di dalam Al-Qur’an hampir tidak ada
pembahasan tentang ajaran Yesus adalah pandangan bahwa isi ajaran Yesus tidak
beda dengan isi ajaran nabi-nabi lain.[1]
Injil dipahami sebagai sebuah kitab
yang diberikan pada Yesus, memuat petunjuk, keterangan dan nasihat, dan
mengiakan Taurat serta para Nabi (QS. 5:110; 5:46). Meskipun Yesus mengiakan
keebenaran Taurat, ia juga dikatakan telah menghalalkan beberapa hal yang
sebelumnya terlarang bagi bangsa Israel pada masa Yesus (QS. 3:50). Ajarannya
adalah hikmah, menjelaskan pada mereka beberapa hal yang tidak mereka setujui,
menunjukkan mereka pada jalan yang lurus, dan memerintahkan mereka untuk takut
kepada Allah dan patuh pada dirinya (QS. 43:63). Karena sebagai Muslim yang
sejati, risalah dasarnya adalah tentang keesaan Allah, ‘Tuhanku dan Tuhanmu’
(QS. 3:51, 19:36, 43:64), dan ia memperingatkan bangsa Israel bahwa surga akan
tertutup bagi mereka yang menyekutukan Allah (QS. 5:72).
Ia
melaknat orang-orang yang kafir (QS. 5:78), tetapi orang-orang yang beribadah
dengan benar diperbandingkan dengan sifat-sifat yang tertuang dalam Injil di
mana benih-benih tumbuh kuat, menyenangkan dan mengagumkan para penanamnya (QS.
48:29). Yesus diberitakan telah memanggil para murid dan meminta mereka untuk
menjadi ‘para pembantu’ Allah (QS. 3:52 dst., 5:111, 61:14). Terakhir dia
dikatakan juga telah meramalkan kedatangan seorang rasul sesudahnya yang
bernama Ahmad, ‘orang yang sangat terpuji’ (QS. 61:6).[2]
- Peranan Yesus
Menurut
Al-Qur’an, Yesus secara khusus “dekat dengan Allah” (QS. 3:45). Peranan Yesus
dijelaskan dalam ayat ini, “Isa Kristus, putra Maryam, hanyalah seorang rasul
Tuhan, dan Firman-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh-Nya” (QS.
4:171). Di sini, Isa disebut al-masih, yang
secara harfiah berarti “sang juru selamat”, namun Al-Quran tidak menunjukkan
maknanya sebagai sebuah gelar penguasa yang mendapat upacara peminyakan suci di
Israel. Namun kata ini mengandung arti Kristus bagi orang Kristiani pada zaman
Muhammad, yaitu sebuah sebutan bagi Isa. Jadi tidak ada konsep ketuhanan dari
ayat tersebut untuk Yesus (seperti yang biasa digunakan oleh umat Kristen untuk
membuktikan bahwa Islam juga mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, dari kata-kata
“Firman-Nya dan Ruh-Nya” yang disamakan dengan konsep pemahaman umat Kristen
mengenai Injil Yohanes 1).
Al-Qur’an
memuat sejumlah rujukan polemis terhadap kepercayaan Kristen tentang keputraan
Kristus dan Trinitas. Al-Qur’an menyatakan: Kristus dan Maria adalah makhluk
hidup yang memakan makanan. Kristus tidaklah lebih dari sekedar rasul, dan
banyak rasul yang mendahuluinya (QS. 5:75). Jika Allah hendak membinasakan
Kristus dan ibunya serta semua orang yang ada di dunia maka tidak ada yang
dapat menghalangi-Nya (QS. 5:17). Ditantang oleh Allah, Yesus membantah bahwa
ia memberitakan pada manusia untuk menyembah dirinya sendiri dan ibunya sebagai
Tuhan tambahan bagi Allah, dan menjawab bahwa Allah mengetahui apa yang ada
dalam pikiran Yesus tetapi Yesus tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran
Allah.
- Mukjizat-mukjizat Yesus
Tanda-tanda atau kemukjizatan Yesus
mendapat penekanan khusus di dalam Al-Qur’an. Kristus diperkuat oleh Roh Kudus
dan diberi bukti-bukti untuk mendukung ajarannya (QS. 2:87, 5:110, 43:63).
Suatu aspek mukjizat dari ucapannya adalah kemampuannya menebak untuk
mengetahui apa yang dimakan dan disimpan orang di rumahnya (QS. 3:49).
Kemampuannya untuk menyembuhkan ditekankan: ia menyembuhkan orang yang buta
sejak lahir dan orang yang sakit kusta, dan membangkitkan orang mati (QS. 3:49,
5:110).
Kemampuannya untuk menyembuhkan
dilihat dalam hubungan dengan kemampuannya untuk memberi hidup, bukan hanya
menghidupkan orang mati, tetapi memberi hidup pada burung yang tercipta dari
tanah liat dengan cara meniupnya (QS. 3:49, 5:110). Namun, bangsa Israel menuduhnya
melakukan sihir yang nyata (QS. 5:110, 61:6).
Seperti yang dapat dilihat dari
rujukan di atas, kemukjizatan-kemukjizatan Yesus diberitakan dalam dua tempat,
di surah 3 dan 5. Di dalam surah yang kelima itu, ada sebuah cerita mukjizat
tentang meja yang dikirim dari langit dengan penuh makanan sebagai bukti kepada
murid bahwa ia berbicara benar. Pengiriman meja itu disebut sebagai
‘pesta/festival’ dan tanda dari perlindungan Allah (QS. 5:112-115). Tidak
dibicarakan apakah pengiriman meja itu harus dipahami sebagai kiasan terhadap
ekaristi.
- Akhir Hidup Yesus dan Kedatangannya
kembali
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang bagaimana sebenarnya akhir krhidupan Yesus
di dunia terbuka bagi berbagai penafsiran, dan juga menimbulkan beberapa
masalah tata bahasa yang sulit. Hal itu berkaitan dengan penafsiran terhadap
ungkapan subbiha lahum dan arti dari
kata kerja tawaffa (QS. 55) di dalam
kata-kata tentang kematian Yesus (QS. 4:157, 3:55, 5:117) dan masalah sintaksis
di dalam kata-kata tentang kembalinya Yesus (QS. 4:159, 43:61).[3]
Saat berbicara di buaian, Yesus bayi
sebenarnya menunjuk pada ‘di hari aku meninggal, di hari aku dibangkitkan (kata
kerjanya; ba’tsa) hidup lagi’ (QS.
19:33). Namun, kedua bagian yang menunjuk pada akhir kehidupan Yesus tampaknya
membantah bahwa ia mengalami kematian yang normal, dan hanya menegaskan bahwa
ia diangkat ke langit. Dalam bagian pokok yang pertama (QS. 3:4 dst), dikatkan
bahwa orang-orang kafir membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka.
Dia mengatakan pada Yesus bahwa Ia akan menerimanya / membuatnya mati
(tergantung pada penerjemahan kata kerja tawaffa),
dan membersihkannya dari orang-orang kafir dengan mengangkatnya (kata kerja; rafa’a) kepada diri-Nya (bdk. QS.
5:117). Dalam bagian pokok yang kedua (QS. 4:156-159), kita diberitahu bahwa
meskipun para musuh hendak membunuh Yesus, mereka sebenarnya tidak membunuh
atau menyalibnya, tetapi ditampakkan pada mereka demikian (subbiha lahum).
Tentang peran Yesus di zaman akhir
yang akan datang, ada dua rujukan di dalam Al-Qur’an yang juga terbuka terhadap
berbagai penafsiran. Yang pertama (QS. 4:159) termasuk dalam bagian pokok yang kedua
tentang akhir kehidupan Yesus dan menunjuk pada Kristus yang meenjadi saksi
atas ahli Kitab pada Hari Kebangkitan. Yang kedua adalah QS. 43:61
“Sesungguhnya dia (Kristus ataukah Al-Qur’an?) adalah Tanda Zaman.” Kalimat itu
datang sekonyong-konyong dan sulit dimengerti konteksnya, dan tidak jelas
apakah Al-Qur’an sendiri yang sebenarnya menunjuk pada kembalinya Yesus.[4]
3.Yesus menurut Umat Kristen Zaman Muhammad
Penting bagi kita untuk mengetahui
pemikiran gereja tentang Yesus yang berkembang pada zaman Muhammad hidup,
karena hal itu sedikit-banyaknya pasti mempengaruhi pola pikir Muhammad tentang
Yesus. Apabila kita menelaah secara historis, maka akan ditemukan Muhammad
melakukan kontak dengan umat Kristen, seperti pendeta Kristen, Bahira, saudara
sepupu Khadijah, Waraqah ibn Nawfal, dan budak Kristen, Jabr (yang dianggap
telah berpengaruh kepada Muhammad oleh orang-orang Mekah). Istri Muhammad
lainnya yang berasal dari Koptik, Mariya, yang dibawa kepada Muhammad sebagai
budak dari Aleksandria bersama saudara-saudarinya.
Pada saat itu berkembang dua kaum
hasil perpecahan gereja Kristen akibat keputusan Konsili Chalcedon (451 M) yang
hanya memuaskan partai menengah (partai moderat) dalam gereja. Kaum tersebut
adalah kaum Monofisit (Cyrillus) dan kaum Nestorian (Nestorius).[5] Berikut ini adalah
pemahaman kedua kaum tersebut tentang Yesus.[6]
Monofisit
|
Nestorian
|
Menitikberatkan
tabiat ilahi Kristus
|
Menitikberatkan
kemanusiaan Kristus
|
Tabiat insani
Kristus hilang melebur dalam samudera keilahian-Nya
|
Dalam diri
Kristus diadakan pembagian: ada tabiat insani dan ilahi
|
Ditekankan
keesaan tabiat ilahi Kristus saja
|
Tidak ada
keesaan antara kedua tabiat Kristus, kecuali keesaan kehendak
|
4. Yesus Menurut Umat Kristen Masa Kini
Teologi
terus berkembang, demikian pula dengan Kristologi. Oleh karena itu, untuk
pemahaman mengenai Yesus masa kini, Penulis tidak berani mengeneralisasikan
pendapat semua aliran atau pemikiran yang sedang berkembang saat ini. Situasi
dan kondisi saat ini sangat kompleks, suatu pandangan/kebenaran tidak lagi
uniform tetapi pluriform. Ada kristologi menurut teologi feminis, pembebasan,
proses, kontekstual, religionum, teodise, Yesus sejarah, Yesus dan politik,
Yesus dan konflik, dsb. Oleh karena itu, Penulis hanya akan mengambil satu
contoh pandangan tentang Kristus yang sedang berkembang saat ini, yaitu Yesus
Sejarah.
Yesus Sejarah memusatkan kajiannya
pada Yesus yang manusia, bukan yang ‘ilahi’. Oleh karena “Sang Firman itu telah
menjadi manusia/daging dan diam diantara kita” (Yohanes 1:14), dan karena
kriterion iman yang benar itu ditumpukan pada suatu pengakuan mutlak bahwa ‘Sang Firman’ yang
adikodrati itu telah tampil dalam tubuh yang dapat ‘dilihat dan disaksikan
dengan mata’ dan dapat ‘didengar’ serta ‘diraba dengan tangan’, maka penolakan
atas pengakuan ini menjadikan seseorang itu ‘anti-Kristus’ dan ‘penyesat’ (1
Yohanes 4:2-3; 2 Yohanes 7).
Dengan melihat Yesus dari sisi
kemanusiaan-Nya, kita akan menemukan kembali kekayaan-kekayaan kearifan dan
spiritual dari ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus. Ucapan-ucapan dan
tindakan-tindakan Yesus semasa ia hidup (bukan hanya kematian dan
kebangkitannya, juga bukan hanya pra-eksistensinya) juga mampu membawa orang ke
dalam pengalaman-pengalaman keselamatan, pengalaman pertemuan dengan Allah.[7]
5. Analisa
Apabila kita memperhatikan
Kristologi Islam yang telah dipaparkan di atas maka ada beberapa kesamaan yang
tampak antara Kristologi Islam (Al-Quran) zaman muhammad hidup dengan
Kristologi Kristen. Berikut beberapa kesamaan yang ada antara Kristologi Islam
dan Kristen:
-
Kelahiran Yesus dari anak perawan
-
Yesus melakukan mukjizat-mukjizat
-
Yesus mengajarkan keesaan Allah
-
Yesus ditolak oleh bangsanya sendiri
-
Yesus akan datang kembali pada hari akhir
Selain
persamaan-persamaan, terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam Kristologi
Islam-Kristen, yang sering kali menjadi perdebatan sengit:
-
Yesus memanggil murid-muridnya (dalam Islam
mereka dipanggil untuk menjadi para pembantu Allah, dalam Kristen mereka
dipanggil menjadi penjala manusia)
-
Dalam Kristologi Islam, Yesus meramalkan
kedatangan Muhammad sedangkan dalam Kristen Yesus meramalkan kedatangan Roh
Kudus (walaupun ada umat Islam yang mengatakan bahwa Yesus dalam Injil Kristen
meramalkan tentang Muhammad juga)
-
Yesus dalam Alkitab mati tersalib lalu dibangkitkan
pada hari yang ketiga. Dalam Al-Qur’an tidak secara tersirat dijelaskan tentang
kematian Yesus, butuh penafsiran selanjutnya
-
Bagi Umat Kristen Yesus adalah Tuhan (dengan
berbagai macam penafsiran) sedangkan bagi Umat Islam Yesus hanyalah manusia
biasa, kristus dan rasul.
Menurut
Penulis adanya persamaan dan perbedaan antara Kristologi Islam dan Kristen
adalah suatu yang wajar, karena dua-duanya berasal dari rumpun agama semitik.
Persamaan yang ada antara Kristologi Islam-Kristen disebabkan adanya pengaruh
agama Kristen terhadap Muhammad. Dan perbedaan yang ada, terjadi akibat latar
sosial budaya yang berbeda cukup jauh antara waktu penulisan Injil (sekitar
abad kesatu, di Israel) dengan penulisan/diturunkannya Al-Qur’an( sekitar abad
keeenam di Arab). Antara keempat injil dalam Alkitab (Markus, Matius, Lukas)
yang hanya berbeda beberapa tahun saja memiliki banyak perbedaan, apalagi
dengan Al-Qur’an yang berbeda beberapa abad. Selain itu, seperti pemaparan di
atas, Kristologi umat Kristen zaman
Muhammad dengan Kristologi masa kini juga berubah. Hal itu karena Teologi,
termasuk juga Kristologi, terus berkembang. Oleh karena itu, seharusnya
perbedaan yang ada jangan dijadikan celah untuk ‘menyerang’. Keberagaman itu
indah bukan?
DAFTAR PUSTAKA
Becker, Dieter. Pedoman
Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
End, Th. Van den. Harta
dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Leirvik, Odbjorn. Yesus dalam Literatur
Islam: Lorong Baru Dialog Kristen Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002.
Phipps,William E. Muhammad
& Isa: Telaah Kritis atas Risalah dan Sosoknya. Bandung: Mizan, 2000.
Rakhmat, Ioanes. “Kajian
Yesus Sejarah dan Sumbangannya Bagi Kehidupan Kristen Masa Kini,” Berteologi
di tengah perubahan, ed. Natanael Setiadi dan Tim Kompilasi KPT GKI SW
Jabar. Jakarta, 2007.
[1]
William E. Phipps, Muhammad & Isa:
Telaah Kritis atas Risalah dan Sosoknya (Bandung: Mizan, 2000), hal. 125
[2]
Odbjorn Leirvik, Yesus dalam Literatur
Islam: Lorong Baru Dialog Kristen Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2002), hal. 31-32.
[3]
Ibid., hal. 39.
[4] Ibid., hal. 34.
[5]
Th. Van den End, Harta dalam Bejana:
Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hal. 72.
[6]
Dieter Becker, Pedoman Dogmatika: Suatu
Kompendium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), hal.116.
[7]
Ioanes Rakhmat, “Kajian Yesus Sejarah dan Sumbangannya Bagi Kehidupan Kristen
Masa Kini,” Berteologi di tengah
perubahan, ed. Natanael Setiadi dan Tim Kompilasi KPT GKI SW Jabar
(Jakarta, 2007), hal.1-2, 32.