Pages

Sabtu, 08 Januari 2011

1 = 1000?

Satu hari di dihadapan Tuhan sama dengan berapa hari? Umat Kristen pada umumnya akan menjawab 1000 tahun. Loh..dari mana tuh rumus? Ada yang dengan lugas berkata  “dari Alkitab lah”. Apabila ditanya lebih lanjut, “di kitab mana?” mungkin ada yang bisa menjawab dengan cepat, ada juga yang tidak tahu. Yang tahu, biasanya akan mengutip "………..dihadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari" (2 Petrus 3:8b) atau “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam” (Mzm 90:4).
Bahkan bukan cuma umat Kristen yang punya ayat satu hari sama dengan seribu tahun di hadapan Tuhan, umat muslim pun ada, yaitu  Surah As Sajdah 5
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya 
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) 
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(QS. 32:5)
 Bahkan ada juga ayat dalam Al-Qur’an yang mengatakan satu
hari kadarnya sama dengan 50.000 tahun, yaitu
تعرج الملائكة والروح إليه في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam 
sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Q.S. Al Ma'arij: 4)


Nah, jadi setujukah kamu bahwa satu hari sama dengan seribu tahun? Mungkin dari antara
kalian ada yang setuju tetapi saya tidak. Mengapa? Sabar...sebentar lagi saya akan
memberikan alasan mengapa saya tidak setuju. Alasan saya ini tidak harus menjadi
alasan mu juga. Kalian boleh berbeda pendapat dengan saya, karena itu kalian juga
harus memberikan saya ruang untuk berbeda pendapat dengan kalian.

Mari kita perhatikan kedua ayat tersebut yaitu 2 Petrus 3:8b dan Mzm 90:4. Lalu ayat-ayat
Al-Qur’an itu bagaimana? Waduh, maaf saya tidak mau mencampuri urusan
rumah tangga orang lain. Jadi saya hanya akan membahas rumah tangga saya saja.

Oke, mari saatnya kita perhatikan kedua ayat tersebut. Sebenarnya dua ayat itu dapat
dikatakan satu ayat karena 2 Petrus 3:8b mengutip dari Mzm 90:4. Peristiwa kutip mengutip
itu bukanlah hal aneh bagi para penulis kitab Perjanjian Baru mengingat mereka adalah
umat Yahudi, jadi pastilah mereka mengingat dengan baik kitab suci mereka
(yang kita sebut Perjanjian Lama) dan pasti juga mereka akan mengutipnya sama
seperti kita yang akan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk keperluan tertentu.
Oleh karena itu, kita akan memfokuskan pembicaraan kita pada Mzm 90:4.

Perlu kita ketahui bahwa Alkitab memiliki berbagai corak sastra yaitu hukum/peraturan,
sejarah, puisi/nyanyian, kata-kata hikmat/pepatah, apokaliptik dan corak-corak yang lainnya.
Setiap corak memiliki cara tersendiri dalam menafsirkannya, jadi tidak semua ayat di dalam
Alkitab dapat kita tafsirkan dengan cara yang sama. Mazmur termasuk dalam jenis
puisi/nyanyian. Mazmur biasa digunakan dalam ibadah dan doa. Kata-kata dalam Mazmur
semuanya bersifat puitis oleh karena itu cara menafsirkannya sama dengan kita menafsirkan puisi.
Perhatikan puisi karya Chairil Anwar berikut:

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO[1]

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang di
atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

Setelah membaca puisi tersebut, bagaimanakah kita menafsirkan kata-kata berikut
dipanggang di atas apimu, digarami lautmu” ? Apakah kita akan menafsirkan bahwa
si penyair benar-benar dipanggang di atas api atau digarami? Pasti tidak, bukan?
Lalu bagaimana kita menafsirkan “Aku sekarang api aku sekarang laut” ? Apakah kita
akan menafsirkan bahwa sang penyair telah menjadi api dan laut? Pasti juga tidak, bukan?
Lalu bagaimana kita menafsirkan “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam
” (Mzm 90:4).
Seharusnya juga tidak, bukan?
Dalam puisi, kita akan menemui banyak sekali penggunaan majas/gaya bahasa.
Masih ingat macam-macam majas/gaya bahasa apa saja yang ada? Jika sudah lupa
dapat membaca di http://ketozia.blogspot.com/2011/01/macam-macam-majas-gaya-bahasa.html
Nah, menurut rekan-rekan Mazmur 90:4 menggunakan majas/gaya bahasa yang mana?

Untuk yang masih menganggap secara harfiah bahwa 1 hari = 1000 tahun, mari kita
perhatikan hal-hal berikut:
1.      1 hari yang teman-teman maksud itu 1 hari = 24 jam atau yang lainnya? Pasti dengan cepat kita akan menjawab “yah 24 jam lah...” Sekarang perhatikan kembali Mazmur tersebut, “...seperti suatu giliran jaga di waktu malam.” Orang Ibrani membagikan waktu malam hari dalam tiga jaga, yaitu: waktu jaga yang pertama, waktu tengah malam, dan diterangkan sebagai berikut: (1) dari matahari turun sampai pukul 22.00 (2) dari pukul 22.00 sampai pukul 2.00 dan (3) dari pukul 2.00 sampai matahari terbit. Jadi total waktu jaga adalah 12 jam sedangkan waktu giliran jaga adalah masin-masing giliran jaga empat jam. Jadi satu hari yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah 24 jam melainkan 4 jam. Untuk mereka yang suka menafsirkan kisah penciptaan sebagai 6 hari x 1000 tahun = 6000 tahun maka cara mereka menafsirkan tidak tepat karena 1 hari yang dimaksud bukan 24 jam melainkan 4 jam seperti yang telah dijelaskan. Lalu apa yang dimaksud oleh pemazmur dengan mengatakan “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam” ?
Apabila kita membaca Mazmur pasal 73-89 kita akan mendapatkan gambaran bahwa umat Israel sedang menghadapi krisis berat. Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan pada tahun 586 SM. Banyak orang, termasuk garis keturunan terakhir dari keluarga Daud, dibawa ke pembuangan. Mazmur 90 – 106 merupakan tanggapan terhadap krisis tersebut. Umat Israel diberikan kekuatan melalui Mazmur-mazmur tersebut. Khusus pasal 90, isinya merupakan permohanan Musa agar Tuhan segera turun tangan membantu mereka. Dengan gaya yang puitis, doa itu khususnya ayat 4 ingin mengatakan “Tuhan, jika Engkau mau masa penderitaan ini bisa saja cepat berlalu karena waktu manusia di hadapan-Mu begitu cepat untuk dilalui.” Kita juga dapat membaca kata-kata puitis lainnya dari sang penyair yang ingin mengatakan bahwa bagi Tuhan manusia itu begitu cepatnya berlalu dalam ayat-ayat berikutnya “Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.” “seperti mimpi” dan “seperti rumput” merupakan gambaran tentang keadaan yang cepat berlalu. Jadi dalam pasal tersebut sang penyair menggambarkan tentang keadaan manusia yang cepat berlalu dengan 3 perumpamaan yaitu 1 hari = 1000 tahun, seperti mimpi dan seperti rumput. Jadi sekali lagi 1 hari = 1000 tahun bukan sungguh-sungguh 1 hari (24 jam) = 1000 tahun.
2.      Tuhan tidaklah berwaktu dan ber-ruang. Apabila Tuhan berwaktu dan ber-ruang maka sama seperti manusia yang berwaktu dan ber-ruang maka Tuhan juga bisa mengantuk, menua dan terbatas. Apabila begitu maka Allah sama saja dengan manusia. Jadi ketika berbicara tentang ‘waktu Tuhan’ maka hal tersebut tidak dapat kita tafsirkan secara harfiah. Kita hanya dapat menafsirkannya sebagai suatu perumpamaan.
3.      Ada yang berusaha untuk menjelaskan rumus 1 hari = 1000 tahun ini dengan rumus relativitas, berikut penjelasannya:[2]
Diduga orang Mesir kuno sudah mengenal matematika. Musa hidup di tengah-tengah zaman Mesir kuno. Waktu itu orang Mesir sudah biasa buat piramida-piramida. Piramida adalah sebuah bentuk matematika.  Di zaman Yunani kuno, matematika dikembangkan a.l. oleh seorang yang bernama Euclidius. Dalam matematika Euclidius garis lurus dapat lurus tak terhingga. Waktu mempunyai arti yang "jelas" dan "mutlak". Ruang dan waktu mempunyai arti yang mutlak dan kaku. Waktu berjalan terus tanpa dapat diganggu oleh siapapun dan dalam keadaan apapun. Cara berpikir demikian diterima orang sampai akhir abad ke-19. Newton tidak menyangsikan ini dan dalam mekanika klasik yang dikembangkan New ton, ruang dan waktu mempunyai arti yang mutlak dan kaku. Sampai akhir abad ke-19 para ilmuwan apalagi kaum awam menerima teori-teori Newton sebagai mutlak benar. Peringatan David Hume pada umumnya diabaikan orang. Pada tahun 1905 Albert Einstein mengeluarkan teori relativitas yang menggegerkan dunia ilmu pengetahuan alam. Ruang dan waktu tidak lagi mempunyai arti yang kaku dan mutlak.
Waktu tidak lagi punya arti yang kaku. Waktu tergantung pada posisi si
pengamat waktu. Waktu untuk seorang pengamat yang ada dibumi lain dengan waktu bagi pengamat lain yang ada dipesawat ruang angkasa. Kalau kecepatan pesawat ruang angkasa rendah terhadap bumi, maka beda waktu itu tidak begitu terasa. Tetapi kalau kecepatan ruang angkasa itu mendekati kecepatan cahaya, maka perbedaan itu makin besar. Makin mendekati kecepatan ruang angkasa perbedaan itu makin besar. Jam dipesawat ruang angkasa berjalan lebih lambat. Kecepatan cahaya kira-kira 300.000 km/detik. Kalau kecepatan pesawat ruang angkasa mencapai kecepatan cahaya (seumpama dapat) maka waktu di pesawat ruang angkasa itu berhenti.
Einstein bukan orang yang pertama yang mengeluarkan ide mengenai relatifnya ruang dan waktu. Sebelumnya sudah ada ilmuwan lain, tetapi Einstein yang pertama menguraikannya secara mendetail dan mendalam disertai rumus--rumus matematika. Konsekwensi dari teori ini kalau benar adalah luar biasa besarnya. Kalau seorang astronot pergi naik pesawat ruang angkasa yang mencapai kecepatan 0.999 kali kecepatan cahaya maka
10 bulan bagi sang astronot sama dengan 18 tahun bagi manusia dibumi. Kalau waktu berangkat istri sang astronot baru melahirkan anak perempuan, maka setelah sang astronot pulang dari perjalanannya selama 10 bulan, ia dapati anak perempuannya telah menjadi gadis remaja umur 18 tahun.
Fantastis? Tidak masuk akal? Dapatkah Anda buktikan bahwa Einstein Salah? Memang percobaan-percobaan sampai sekarang belum ada yang membuktikan teorinya benar atau salah untuk jangka waktu 18 tahun dan kecepatan 0.999 c. Tetapi percobaan-percobaan dengan kecepatan lebih rendah dan beda waktu beberapa nanodetik mendukung teori Einstein.
Apakah teori Einstein ini dapat dibuktikan benar atau dapat dibuktikan salah, apakah teori Einstein dapat diverifikasi atau falsifikasi? Sebuah percobaan diambil pada tahun 1971. Dua orang akhli fisika dari Amerika Serikat J.C. Hafele dan Richard Keating membuat percobaan dengan jam atom Ceasium. Jam ini sangat teliti. Diambil 12 jam Caesium dan semua nya distel sama precies. Empat buah jam Caesium ditaruh dipangkalan US Naval Observatory di-Washington D.C. Empat buah jam ditaruh dipe sawat jet dan diarahkan ke-Barat. Empat jam lain ditaruh dipesawat jet lainnya dan diarahkan ke-Timur. Kedua jet itu diberangkatkan pada saat yang bersamaan dan mengitari bumi selama tiga hari tiga malam. Setelah sampai kembali kepangkalan semua jam diperiksa dengan teliti. Ternyata yang ke-Timur semua terlambat 59 nanodetik dan yang ke-Barat terlambat 237 nanodetik dibandingkan dengan yang ada dipangkalan. 1 nanodetik = ______1____ detik.
                                                                1.000.000.000
Yang menuju ke-Timur melawan perputaran bumi dan yang ke-Barat se arah dengan perputaran bumi. Perhitungan matematis menurut teori Ein stein selisihnya seharusnya 40 dan 275 nanodetik. Selisih inipun mungkin karena salah observasi atau ketidak teletian ke-12 Caesium tersebut.
Bandingkan kedua pernyataan berikut dari Alkitab dan dari perhitungan teori Einstein:
"………..dihadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari". II Petrus 3:8b.
Bila kecepatan kapal ruang angkasa v = 0,999 999 999 996 c maka satu hari bagi manusia diruang angkasa sama seperti seribu tahun bagi manu sia dibumi.
Fantastis? Tidak dapat dipercaya? Dapatkah Anda buktikan bahwa perhi tungan diatas salah? Dapatkah Anda falsifikasi perhitungan diatas?
Sekarang timbul pertanyaan darimana Musa dan Petrus bisa tahu relati vitas waktu? Einstein baru mengemukakannya pada tahun 1905. Petrus telah tahu kira-kira 1900 tahun sebelumnya dan Musa kira-kira 3500 tahun sebelumnya. Darimana mereka tahu? Hanya ada satu keterangan ialah Allah telah memberi wahyu kepada mereka.

Satu pertanyaan sederhana untuk membahas artikel tersebut. Pertama, dia membuktikan bahwa 1 hari di bumi sama dengan 1000 tahun di luar angkasa, lalu apa hubungannya dengan Tuhan, apakah dia memahami bahwa Tuhan itu tinggalnya di ruang angkasa? Wah, jika seperti itu maka dia menghitung secara modern tapi cara berpikirnya masih kuno. Mengapa saya sebut demikian? Karena pemikiran bahwa Tuhan tinggalnya di angkasa/di langit adalah pola pikir masyarakat kuno.  Masyarakat Pejanjian Lama mempunyai pola pikir bahwa ‘langit’ itu bagaikan mangkuk yang terletak di atas bumi dan gunung-gunung tinggi menahan langit seperti tiang-tiang (Ayb 26:11). Untuk penjelasan lebih jauh dapat mengunjungi http://ketozia.blogspot.com/2011/01/kamen-rider-dan-alkitab.html Dalam pengertian mereka juga gunung-gunung adalah tempat Allah dan para ilah bersemayam, dalam perjanjian lama kita akan menemui frasa “gunung Allah” yang menggambarkan bahwa Allah bersemayam di gunung itu (Kel 3:1; 4:27; 18:5; 24:13; 1 Raj 19:8 dan Mzm 36:6). Langit juga disamakan dengan surga oleh mereka. Kata םימשׁ “shamayim” ditermahkan sebagai langit dan juga surga. Takhta Allah ada di surga (Yes 66:1), dan para malaikat mengelilingi-Nya (1Raj 22:19). Jadi bagi umat Perjanjian Lama Allah tinggal di surga, yaitu yang sekarang kita bilang langit. Begitu pula dalam Perjanjian Baru.
Dunia dalam Perjanjian Baru dibagi dalam 3 lapis, yaitu dunia atas (tempat para dewa-dewi, surga), dunia tengah (tempat manusia) dan dunia bawah (iblis, neraka). Bahkan untuk dunia para dewa-dewi hingga manusia ada piramidanya.

Allah yang Esa
Allah yang agung
Allah-allah lokal, daimonia
Demigods,immortals, heroes
Manusia
Jadi, baik masyarakat pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memahami bahwa Allah ada di langit/angkasa. Bagaimana dengan masa kini? Jelas Allah tidak dapat kita temui baik di langit maupun di angkasa. Sekali lagi, Allah itu tidak ber-ruang dan berwaktu, sedangkan langit dan ruang angkasa itu ber-ruang dan berwaktu.

Jadi, menurut kalian setelah membaca penjelasan ini, apakah 1 hari masih = 1000 tahun?

karya: Nuryanto, S.Si (Teol)

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar