Pages

Kamis, 21 November 2024

IBLIS PUN DISELAMATKAN

IBLIS PUN DISELAMATKAN

Ada dua tokoh menarik, satu dari Islam, dan satu lagi dari Kristen, yang berpendapat bahwa Iblis pun akan masuk surga. Tokoh itu adalah Ibn. Arabi dan Origenes. Dua tokoh ini tentu saja dianggap sesat dalam agamanya masing-masing.

Ibn Arabi dengan konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud) menyinggung kemungkinan rahmat Allah yang begitu luas sehingga bisa mencakup semua makhluk, bahkan iblis. 

Origenes dengan konsep apokatastasis berkeyakinan bahwa pada akhirnya, semua makhluk akan dipulihkan ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Ini termasuk manusia, malaikat, bahkan iblis.

Sebenarnya, 2 tokoh tersebut tidak secara eksplisit menyebut bahwa iblis akan masuk surga. Tafsiran di kemudian hari lah yang membuatnya tampak seperti itu. 

Walau memiliki konsep serupa tentang keselamatan bagi segala makhluk, namun 2 tokoh ini memiliki perbedaan dalam memandang keselamatan bagi agama lain. 

Dalam Fushush al-Hikam, Ibn Arabi menyatakan:

"Hatiku dapat menerima segala bentuk: menjadi padang rumput bagi rusa, biara bagi rahib, kuil bagi berhala, Ka'bah bagi peziarah... Aku memeluk agama cinta, ke mana pun untanya pergi."

Pernyataan ini sering dipahami sebagai sikap keterbukaan Ibn Arabi terhadap keberagaman agama, bahwa semua jalan, jika benar-benar tulus, bisa mengarah pada Tuhan.

Origenes memiliki pandangan berbeda, dia sangat percaya bahwa keselamatan hanya dapat dicapai melalui Kristus. Namun, ia mengajarkan bahwa rahmat Kristus tidak dibatasi hanya kepada mereka yang secara formal menjadi Kristen dalam kehidupan ini. Dia menyatakan bahwa bahkan mereka yang belum mengenal Kristus di dunia ini mungkin memiliki kesempatan untuk mengenal-Nya setelah kematian.

Origenes percaya bahwa hukuman di akhirat bersifat korektif, bukan kekal, sehingga memberikan peluang bagi semua makhluk untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Dalam konteks agama lain, ini berarti bahwa semua orang, terlepas dari keyakinan mereka, dapat akhirnya diselamatkan melalui kasih Tuhan.

Origenes mengakui bahwa ada unsur kebenaran dalam agama-agama lain, tetapi ia percaya bahwa kebenaran tersebut tidak sempurna atau lengkap. Baginya, agama-agama lain mungkin mengandung pencarian Tuhan yang tulus, tetapi hanya dalam Kristus kebenaran penuh dapat ditemukan.

Walaupun berbeda dalam memandang keselamatan dalam agama lain, namun setidaknya mereka tidak membenci agama lain. Mereka percaya bahwa agama lain pun memiliki kesempatan untuk diselamatkan Tuhan. Jangankan agama lain, iblis pun memiliki kesempatan diselamatkan. 

Pandangan ini setidaknya, tidak membawa umat kepada kompetisi negatif yang pada akhirnya membuat umat berbeda saling mencurigai, menuduh dan pada akhirnya saling membunuh. 

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Kelahiran 
STF Driyarkara

Senin, 18 November 2024

HUMOR YESUS

Mungkin saat umat Kristen telah meninggal dan bertemu Yesus, kita bisa melakukan pendalaman PA (Pendalaman Alkitab) bersama Dia. Dan jangan-jangan, percakapan yang terjadi akan seperti ini (cuma jangan-jangan loh ini):

Anak: Tuhan, aku mau bertanya banyak hal mengenai Engkau yang ditulis di dalam kitab suci. Boleh?
Yesus: Tentu saja.
Anak: Mengapa Engkau mengatakan kalimat ini? (Sambil menunjuk salah satu ayat)
Yesus: Seingatku, aku tidak pernah mengatakan kalimat tersebut.

Anak: Kalo yang ini gimana? Apakah benar maknanya seperti ini? 
Yesus: Wah, terlalu jauh sekali jika kalimatku itu ditafsirkan sampai ke sana. Bahkan aku tidak pernah kepikiran sampai ke sana.

Anak: Yang ini gimana, Tuhan? Apakah memang artinya seserius itu?
Yesus: Aku sedang bercanda loh ini. Masa kalian ga bisa menangkap humor yang kumaksud? Apa kalian selalu seserius itu saat memaknai kalimat-kalimatku?

Rujukan untuk mengenal humor Yesus bisa membaca 2 buku ini:
1. Douglas Adams. The Prostitute in the Family Tree: Discovering Humor and Irony in the Bible.
2. Terri Bednarz. Humor in the Gospels: A Sourcebook for the Study of Humor in the New Testament.

Kamis, 14 November 2024

ANJINGKU MATI MASUK SURGA?

Jika anjingku mati, masuk surga ga?

Eko-teologi seringkali dianggap sebagai usaha untuk keluar dari antroposentrisme. Namun kenyataannya di lapangan, diskusi-diskusi eko-teologi yang berkembang justru masih berkutat pada antroposentrisme, entah sadar atau tidak. 

Mari kita lihat:
1. "Jangan buang sampah sembarang, nanti banjir." Kalo banjir emang kenapa? Manusia akan menderita, kan? Masih manusia fokusnya, kan?
2. "Kalo alam rusak, anak cucu kita nanti makan apa?" Masih manusia fokusnya, kan?
3. "Kalo flora dan fauna punah, anak cucu ga bisa kenal dan tahu flora dan fauna yang punah itu." Manusia lagi, kan?
4. Bahkan ada yang mengutip pepatah kuno untuk menjelaskan mengapa kita harus merawat alam, "Ketika pohon terakhir ditebang, ikan terakhir telah ditangkap dan sungai terakhir telah kering Saat itulah manusia baru sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan." Tapi isi  kutipannya masih fokus pada manusia, kan?
5. "Alam dilibatkan dalam karya keselamatan Allah." Karya keselamatan yang mana? Yang Yesus mati untuk umat manusia? Manusia lagi kan fokusnya?
6. "Kita harus merawat bumi ini, karena bumi adalah rumah bersama." Rumah bersama untuk siapa? Manusia yang berbeda-beda, kan? Hewan dan tumbuhan hanya menjadi penyokong kebutuhan manusia. 
7. "Eko-teologi mengajak kita menafsirkan kembali teks-teks yang eksploitatif terhadap alam agar alam tidak rusak dan habis." Memang kalo rusak dan habis kenapa? Manusia akan kehabisan sumber energi dan akan terjadi bencana alam yang merugikan manusia. Manusia lagi kan?

Jika mau jujur, eko-teologi kita masih berputar-putar di antroposentrisme. Kita bahkan tertawa saat mendengar seorang anak kecil bertanya, "Kalo anjingku mati, dia masuk surga ga?" 
Apalagi jika ada yang bertanya, "Jika tanaman hiasku mati, dia masuk surga ga?" Mungkin kita akan tertawa terbahak-bahak. 

Setidaknya ekoteolog sejati adalah anak-anak tersebut yang memikirkan kebaikan hewan dan tumbuhan pada dirinya, bahkan memikirkan juga bahwa karya keselamatan Allah juga berlaku untuk para tumbuhan dan hewan tersebut.

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Kelahiran
STF Driyarkara 
Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar