ADVENT: MENANTI ALLAH YANG DISABILITAS
Umat Kristen percaya bahwa kelahiran Yesus adalah bukti Allah yang berinkarnasi. Tetapi umat Kristen lupa bahwa kelahiran Yesus bukan hanya bukti Allah yang berinkarnasi, tetapi juga Allah yang berinterkarnasi.
Allah yang berinkarnasi berarti Allah yang menubuh, sedang Allah yang berinterkarnasi berarti Allah yang berinteraksi dengan tubuh-tubuh yang lain. Bukan hanya Allah, manusia pun berinkarnasi dan berinterkarnasi. Kita berhubungan dengan tubuh-tubuh lain. Konsep tubuh kita menubuh pada tubuh orang lain, dan tubuh orang lain menubuh pada kita.
Misal, kita punya konsep tubuh yang sempurna itu memiliki kaki 2, tangan 2, mata 2, hidung satu, daun telinga 2, bibir 2, lidah 1 dan kulit putih. Kadang, kita memakai konsep "inkarnasi" kita itu kepada orang lain sehingga ketika kita melihat mereka yang tidak putih, maka kita merasa mereka tidak cantik. Mereka yang mendapatkan konsep menubuh kita itu, akhirnya membentuk tubuh mereka juga. Mereka berusaha memakai skincare, pemutih kulit dan beragam perawatan agar dianggap memiliki tubuh yang sempurna.
Mayra Rivera mengatakan tubuh seseorang terikat dan dibentuk oleh gambar- gambar eksterior tentangnya. Pengalaman tubuh seseorang selalu terjalin dengan gambar-gambar yang orang lain miliki. Oleh sebab itu, kita perlu melihat bahwa seseorang tidak hanya mempunyai pengalaman menubuh (inkarnasi) tetapi juga mempunyai pengalaman berinteraksi dengan tubuh-tubuh lainnya (interkarnasi).
Begitu juga Allah yang berinkarnasi dan berinterkarnasi pada tubuh Kristus. Timotius Verdino mengatakan, tubuh Kristus yang historis dan partikular bergantung pada tubuh yang lain, bergantung pada materi yang lain, bergantung pada sistem sosial semasa hidupnya. Ia bergantung sepenuhnya pada dunia.
Tidak hanya itu, Allah yang berinterkarnasi itu pun pada akhirnya menentukan bagaimana standard gereja melihat tubuh orang lain dan bagaimana manusia berinteraksi dengan tubuh yang lain. Oleh karena itu, di masa penantian ini, konsep Allah berinkarnasi ke tubuh seperti apakah yang hendak kita sampaikan? Allah seperti apakah yang kita nantikan? Allah yang sempurna menurut standard dunia atau Allah yang disabilitas karena manusia pun adalah makhluk disabilitas?
Allah seperti apakah yang kalian nantikan?
Selamat memasuki masa Advent.
*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara