PEMIMPI ATAU PEMIMPIN
Ezra 1:1-11
Pemimpin dan Pemimpi dari segi penulisan bahasa bedanya sedikit sekali, hanya satu huruf. Bukan hanya dari segi bahasa, bahkan dari segi praksis pun seringkali kita menganggap bedanya tipis sehingga seringkali kita tidak bisa membedakan antara pemimpi dan pemimpin. Sesungguhnya, antara pemimpi dan pemimpin bedanya besar sekali. Jika negeri ini dipimpin oleh para pemimpi dan bukan pemimpin, apa jadinya negeri ini?
Memang seorang pemimpin haruslah mempunyai mimpi, dan mungkin juga mereka adalah seorang pemimpi. Mereka mempunyai mimpi-mimpi besar. Namun mereka tidak hanya sekadar bermimpi, tapi mereka bergerak untuk mewujudkan mimpinya itu. Sedangkan pemimpi, hanya orang-orang yang suka bermimpi muluk dan tidak mau bangun untuk mewujudkannya.
Di negeri ini banyak calon pemimpin yang bukan pemimpin, mereka hanya para pemimpi. Kita bisa melihat pada saat kampanye menjelang pemilu. Mereka menggembar-gemborkan mimpi-mimpi mereka yang bombastis, tapi pada saat mereka terpilih jadi pemimpin, satu pun mimpi itu tidak ada yang terwujudkan. Yah, memang pemimpi hanyalah bisa bermimpi.
Kita juga mungkin adalah seorang pemimpin di keluarga, lingkungan rumah, gereja, perusahaan, dan organisasi lain. Jangan cuma jadi pemimpi yang bermimpi begini dan begitu, ke sini dan ke situ, yang ini dan yang itu, tapi bentuk perwujudan mimpi itu tidak ada sama sekali.
Bagaimana jika kita sudah berusaha mewujudkan mimpi kita? Apakah kita sudah disebut pemimpin? Iya sudah, tapi belum tentu pemimpin yang amanah.
Mengapa begitu? Karena, belum tentu mimpi kita pribadi adalah mimpi yang berguna bagi komunitas kita. Bisa jadi mimpi itu adalah mimpi yang penuh keegoisan diri kita. Banyak di negeri ini, pemimpin yang berusaha mewujudkan mimpi, tapi mimpinya sendiri, bukan mimpi rakyat.
Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang mengemban mimpi komunitasnya yang diamanahkan kepadanya untuk diwujudkan. Mimpi komunitas yang dimaksud bukanlah mimpi dari suara mayoritas, tapi mimpi yang berguna bagi kesejahteraan bersama. Banyak juga pemimpin di negeri ini yang hanya mementingkan mimpi mayoritas, akhirnya mimpi minoritas diabaikan.
Perhatikan kisah raja Koresh dari negeri Persia dalam Ezra 1:1-11. Bangsa Yehuda yang dibuang ke Babel oleh Nebukadnezar adalah kaum minoritas di sana. Koresh bisa saja mengabaikan kebutuhan mereka, bahkan menyiksanya pun bisa saja jika dia mau. Tapi, dalam kisah tersebut kita melihat bagaimana Koresh peduli dengan kebutuhan bangsa Yehuda, termasuk yang berkaitan dengan kegiatan peribadahan mereka.
Umat Yehuda akan mendirikan rumah Tuhan, Koresh mendukung itu. Bahkan Koresh memulangkan mereka ke Yerusalem untuk membangun rumah Tuhan. Tidak hanya itu, Koresh juga menggerakkan penduduk setempat untuk membantu mereka dengan perak, emas, harta benda dan ternak, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela. Selain itu, Koresh juga memerintahkan untuk mengeluarkan perlengkapan rumah Tuhan yang dulu diangkut oleh Nebukadnezar dari Yerusalem.
Sekarang, mari kita telaah calon pemimpin kita, apakah ada di antara mereka pemimpin yang amanah, yang tidak hanya mementingkan kepentingan mayoritas tetapi juga minoritas? Pemimpin yang mengusahakan kesejahteraan bersama. Ada kah?
Mari kita juga bercermin, apakah kita sudah jadi pemimpin amanah di keluarga, lingkungan rumah, gereja, perusahaan, dan organisasi lain?
Nuryanto Gracia