NATAL
YANG NAKAL
Nakal menurut KBBI
tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Berbicara tentang norma, maka setiap komunitas jelas memiliki
normanya masing-masing. Bisa jadi yang menurut masyarakat kita lazim, ternyata
tidak lazim menurut masyarakat di tempat lain.
Lalu apa hubungannya
natal dengan nakal? Apanya yang nakal dari sebuah natal?
Saat natal tiba, banyak
kenakalan yang sering kita lakukan. Tanpa melihat konteks masyarakat ketika
Yesus lahir, kita sembarangan memahami peristiwa natal. Ada beberapa kenakalan
yang sering kita lakukan:
1.
Kita sering
mencampuradukkan cerita antara gembala dengan orang-orang majus. Kita
menggabungkan kedua cerita yang sebenarnya diceritakan oleh kedua kitab Injil
yang berbeda, waktu yang berbeda dan maksud yang berbeda. Cerita orang majus
ada di kitab Matius. Di Matius orang Majus diberi tanda Bintang jika ingin
bertemu Yesus karena memang orang majus hidup sehari-harinya berhubungan dengan
bintang, mereka adalah ahli perbintangan dari timur. Jadi memang pas jika orang
majus diberi tanda bintang dan tidak pas jika gembala diberi tanda bintang. Di
Lukas, para gembala diberi tanda palungan jika ingin bertemu Yesus karena
setiap hari mereka menggembalakan domba dan pasti tidak asing lagi dengan
palungan. Jadi memang pas jika gembala yang diberi tanda palungan dan tidak pas
jika orang majus diberi tanda palungan. Namun seringkali kita dengan seenaknya menggabungkan
kedua cerita tersebut. Orang majus dan para gembala melihat bintang yang
mengantar mereka ke sebuah kandang, lalu orang majus dan para gembala bertemu
dengan Maria, Yusuf dan bayi Yesus di palungan secara bersamaan. Perlu kita
ketahui, gembala dan orang-orang majus tidak bertemu Yesus pada waktu bersamaan,
namun pada waktu yang berbeda. Orang-orang majus bertemu Yesus ketika Yesus
sudah berumur kurang dari dua tahun (Lukas 2:16). Perhatikan Matius 2:11, yang
ditemui orang-orang majus adalah Anak (παιδιον/paidion)
bukan Bayi (βρεφος: brephos) seperti
yang ditemui oleh para gembala dalam Luk 2:16.
2.
Kita juga
sering seenaknya menggambarkan bahwa Yesus lahir di kandang. Yesus tidak lahir
di kandang. di Alkitab hanya dikatakan di palungan (Lukas 2:16). Palungan bisa
ditaruh di mana pun, tidak selalu di kandang. Bisa jadi di gudang/ruang bawah.
3.
Kita sering
menggambarkan Maria dan Yusuf mencari rumah penginapan namun tidak dapat
sehingga harus tinggal di kandang. Perlu kita ketahui, orangtua Yesus tidak
mencari penginapan tetapi ke rumah saudaranya sendiri namun tidak mendapat
kamar tamu atas, dalam Lukas 2:7 ditulisnya rumah penginapan (καταλυμα/kataluma
dalam bahasa Yunani artinya kamar tamu atas). Untuk penginapan bahasa yunaninya
pandoceion seperti dipakai dalam Lukas 10:34). Kemungkinan besar, Yesus beserta kedua orangtuanya diberi tempat di
gudang/ ruang bawah. Pdt. Joas Adiprasetya pernah menulis di sini http://www.facebook.com/notes/joas-adiprasetya/natal-perdana-ruang-keramahtamahan/10151172666821964
, walau dengan kesimpulan kisah yang berbeda dengan saya. Bagi saya dan juga
Pak Andar Ismail, justru Yesus berada di ruang bawah karena tertolak, bukan
karena keramahtamahan pemilik rumah. Tapi yang jelas, Maria dan Yusuf tidak di
penginapan.
4.
Banyak pendeta
yang pada saat kelahiran Yesus, justru mengkhotbahkan tentang kematianNya. Coba
kita bayangkan saat ulangtahun kita, kita ngundang pendeta untuk ibadah syukur
eh pendetanya malah khotbah soal kematian kita, bagaimana perasaan kita? Bisa
saja sih mengingatkan tentang betapa singkatnya hidup kita, atau kita semua
pasti akan mati jadi harus menggunakan waktu dengan baik. Tapi bagaimana jika
yang dikhotbahkan bukan soal itu melainkan betapa tragisnya nanti kita akan
mati? Ada yang mau ketika ulangtahun dikhotbahi tentang kematian kita yang
tragis? Itu artinya tidak sesuai konteks. Mungkin akan ada yang berkata,
kelahiran Yesus selalu berhubungan dengan kematian Yesus. Jadi kelahiran Yesus
selalu sepaket dengan kematianNya. Apakah dari kisah kelahiran Yesus tidak ada
nilai-nilai lain yang dapat disampaikan? Apakah hanya kisah kematianNya saja
yang begitu bermakna sehingga harus terus-menerus dikhotbahkan bahkan di hari
kelahiranNya? Menurut saya, banyak sekali nilai-nilai ataupun hal-hal lain yang
dapat disampaikan saat kelahiran Yesus. Bahkan dari daftar silsilah Yesus saja,
kita bisa mengkhotbahkan bagaimana kelahiran Yesus merangkul yang tertolak. Ada
berapa banyak orang-orang yang dianggap hina pada zaman itu justru masuk
menjadi nenek moyang Yesus. Bahkan dari kisah Yesus lahir di “rumah penginapan”
saja, kita bisa mendapatkan dua pesan berbeda. Pesan seperti yang disampaikan
Pdt. Joas yaitu tentang keramahtamahan dan pesan seperti yang disampaikan Andar
Ismail tentang ketertolakan. Masih banyak pesan lainnya yang harus disampaikan
pada saat natal, tidak melulu soal kematian Yesus di kayu salib.
Demikianlah beberapa
kenakalan yang seringkali kita lakukan pada saat natal. Mungkin masih banyak
kenalan-kenakalan lainnya yang sering kita lakukan. Atau mungkin juga tulisan
saya saat ini adalah sebuah kenakalan bagi beberapa komunitas gereja karena
tidak sesuai norma atau doktrin mereka?
Nuryanto Gracia, S.Si (teol)