SI LUMPUH YANG CEPU DAN TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH
Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."
"Tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam" dan "sementara aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kalimat ini menjadi landasan bahwa orang itu lumpuh. Walaupun tidak harus penyakit lumpuh yang membuat seseorang tidak dapat berjalan dengan baik dan cepat. "Sementara aku menuju kolam itu" menandakan bahwa tubuhnya bisa bergerak, namun tidak cepat.
Namun lumpuh sendiri bisa banyak jenisnya (menurut https://www.spinalcord.com/types-of-paralysis)
1. Monoplegia: kelumpuhan pada satu area tubuh, biasanya satu anggota tubuh.
2. Hemiplegia memengaruhi lengan dan tungkai di sisi tubuh yang sama.
3. Paraplegia: mengacu pada kelumpuhan di bawah pinggang, dan biasanya memengaruhi kedua kaki, pinggul, dan fungsi lainnya. Jadi bisa jadi kakinya yang tidak bisa bergerak sehingga dia hanya menyeret tubuh dengan tangannya.
4. Quadriplegia: kelumpuhan di bawah leher. Keempat anggota badan, serta batang tubuh, biasanya terpengaruh.
Jadi, dari 4 jenis lumpuh tersebut, tafsiran yang mengatakan orang ini lumpuh tidak bisa dianggap salah 100%.
Namun pernahkah kita bertanya-tanya mengapa selama 38 tahun dia sakit, namun tidak ada yang membantunya ke kolam Betesda? Apakah orang-orang Yahudi tidak memiliki rasa kemanusiaan? Padahal di Injil Sinoptik kita mendapatkan kisah orang lumpuh yang dibantu oleh beberapa orang untuk bertemu Yesus dengan cara menurunkan orang lumpuh itu dari atap beserta tilamnya (Mrk 2:1-12; Luk 5:17-26). Menurunkan tilam dan orang lumpuh dari atap yang sulit itu aja banyak yang mau bantu, kenapa hanya menurunkan ke kolam Betesda yang lebih mudah, tidak ada yang membantu?
Ada beberapa kemungkinan alasan:
1. Orang-orang sekitar telah tahu karakter orang itu. Dia adalah orang yang tidak tahu terima kasih. Hal ini terlihat saat Yesus berhasil menyembuhkannya. Apakah dia berterima kasih kepada Yesus? Tidak. Bersukacita? Tidak. Berbeda dengan orang lumpuh yang disembuhkan pada Kis 3:8 "Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah." Bukankah orang ini mengingatkan kita kepada Luk 17:11-19. Satu dari 9 orang yang tidak kembali dan bersyukur kepada Yesus. Bahkan saat Yesus menemuinya kembali dia tidak mengatakan apapun, malah mengadukan Yesus kembali kepada orang-orang Yahudi (Yoh 5:15).
2. Orang-orang sekitar tahu bahwa dia adalah orang yang membalas air susu dengan air tuba. Bukan hanya tidak berterima kasih, dia justru mengadukan Yesus sebagai orang yang membuat dia melanggar hari sabat.
3. Dia adalah orang yang lebih suka menyalahkan orang lain daripada bercermin diri. Sewaktu Yesus bertanya maukah engkau sembuh? Dia tidak menjawab. Dia justru menyalahkan orang lain yang tidak membantunya. Setelah Yesus membantunya, dia justru menyalahkan Yesus. Dalam hidup, kita sering ketemu orang seperti ini yah? Banyak? Banyak. Mungkin kita salah satunya.
4. Dia mengingatkan kita pada tindakan Hawa di Kejadian 3:3. Menambahkan dan mengurangi firman Tuhan dalam Kej 2:16-17. "Semua .... dengan bebas" yang menunjukkan bahwa tidak hanya soal larangan yang mengikat, tapi Allah memberikan kebebasan yang bertanggung jawab. Tapi hal itu dia hapuskan. Bahkan dia menambahkan "ataupun raba buah itu". Membuat peraturan Allah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Begitu juga dengan orang yang sakit ini, dia menghilangkan pertanyaan Yesus "Maukah engkau sembuh?" Sebagai tanda bahwa kesembuhan bukanlah paksaan, tetapi pilihan. Jika dia mau disembuhkan, maka aktivitas selanjutnya adalah atas kesadaran dan kemauannya. Dia juga menghilangkan kata "bangunlah". Terdengar sepele namun ini penting.
Matius 9:6 (TB) lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu — : "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Kisah Para Rasul 9:34 (TB) Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu.
Mengapa Yesus menyembuhkannya? Apakah Yesus tidak mengenal isi hatinya?
Coba kita cek:
1. Orang ini tidak memohon kesembuhan pada Yesus atau memiliki iman kepada-Nya. Yesus juga tidak mengatakan dosamu sudah diampuni seperti kisah orang lumpuh lainnya pada injil Sinoptik. Tapi Yesus masih ingin menyembuhkan-Nya. Kenapa? Karena belas kasihan-Nya.
2. Yesus juga tahu bahwa dia menyalahkan-Nya, oleh karena itu Yesus mengingatkannya, "Jangan berbuat dosa lagi" (Yoh 5:14). Tapi bukannya bertobat, justru dia melaporkan Yesus lagi, kali ini lengkap dengan nama-Nya (Yoh 5:15). Hal ini berbeda jauh dengan perempuan Samaria pada pasal sebelumnya yang menceritakan tentang Yesus, bukan mengadukan Yesus. Yoh 4:29, 39. Kisah perempuan ini membuat banyak orang datang dan beriman kepada Yesus tapi perkataan orang sakit ini membuat banyak orang Yahudi datang untuk membunuhnya (Yoh 5:18). Penulis injil seakan ingin mengatakan dua kisah yang sangat kontras.
Dalam hidup, kita bisa seperti orang sakit tersebut. Tuhan tawarkan kesembuhan atas luka-luka kita, kita malah justru fokus menyalahkan orang lain. Saat Allah berhasil menyelesaikan masalah kita yang satu, lalu muncul masalah yang lain, kita bukannya mengoreksi diri, malah menyalahkan Tuhan, "Tuhan sih yang bikin aku jadi gini. Kalo aku ga ikut firman Tuhan, mungkin hidupku akan jauh lebih baik."
Bukankah hal ini mengingatkan kita pada orang Israel yang bersungut-sungut pada Musa yang telah membebaskan mereka dari Mesir? Keluaran 14:11-12 (TB) dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?
Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."
Jika kita masih seperti orang di dalam renungan hari ini, Yesus tahu seperti apa kita, dia tahu kedalaman hati kita, tapi dia tetap mengasihi kita, oleh karena itu biarlah seruan Yesus ini bergema dalam kehidupan kita "Jangan berbuat dosa lagi".
Catatan: Ini hanyalah salah satu tafsiran dari sekian banyak tafsiran mengenai Yohanes 5:1-18. Jadi, bisa saja kamu tidak setuju dengan tafsiran ini. Dan bisa saja saya juga tidak setuju dengan tafsiranmu.
*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian
Di STF Driyarkara