Kentut dan Alkitab
Kentut adalah sebuah kegiatan manusiawi yang sering tidak diperlakukan secara manusiawi. Kentut dianggap begitu tabu, memalukkan dan menjijikkan.
Mau kentut di jalan, ga berani karena kalo ada yang dengar bisa dipandang dengan tatapan sinis atau malah ditegur. Mau kentut di mobil apalagi, bisa dimaki-maki penumpang lainnya. Mau kentut di ruangan (ruang kerja, sekolah, pertemuan, dll) juga tidak mungkin karena bisa kena kutuk orang-orang di sekitar kita. Lalu kita mencoba kentut di toilet tapi itu pun masih banyak yang protes, "Jorok banget sih, kentut sembarang." Buset... kentut di toilet disebut kentut sembarang, terus harus kentut di mana? Jika merokok disediakan tempat khusus, lalu mengapa kentut tidak disediakan tempat khusus?
Kentut masih menjadi sesuatu yang sangat tabu. Kentut di mana pun akan tetap menjadi kegiatan yang salah apabila masih ada orang yang mendengarnya. Akhirnya banyak orang memilih untuk kentut tanpa suara. Mereka yang kentut tanpa suara mengira masalah akan selesai, padahal mereka menimbulkan masalah baru yaitu kentut yang lebih berbau dan tindakan saling tuduh siapa pelaku kentut sebenarnya.
Tabunya kentut ternyata dialami juga oleh para penerjemah Alkitab, khususnya dalam terjemahan LAI. Kita bisa cari kata "kentut" di Alkitab elektronik dan tidak akan menemukan satu kata pun. Padahal jika ditelusuri dalam bahasa aslinya, kita akan menemukan humor sindiran menggunakan kata kentut yang digunakan oleh para penulis kitab.
Nabi Yesaya membuat perbandingan tentang keselamatan yang dilakukan Allah dan yang diusahakan manusia dengan menggunakan bahasa perumpamaan antara seorang ibu yang mengerang saat melahirkan dan orang yang mengerang untuk kentut. Yesaya 26:17-18. LAI menerjamahkan kata kentut menjadi "melahirkan angin."
Dalam gaya humor nabi Yesaya menggunakan "kentut" (untuk mempermalukan) sebagai ungkapan kekesalan kepada Moab (Yes 16:11), tapi keliru diterjemahkan dalam hampir semua terjemahan modern: "hatiku menjerit" (TB-LAI), "my heart's cry" (KJV). Seharusnya, "...seperti dengkingan (suara tinggi agak kejepit) kecapi, demikianlah bunyi kentutku untuk Moab..."
Dan mungkin saja masih banyak penggunaan kata kentut di dalam Alkitab tetapi diterjemahkan secara berbeda. Mengapa begitu?
Semua terjemahan modern (berbahaya Inggris, misalnya) biasanya menggunakan terjemahan tertua (Latin) yang diterima luas oleh gereja pada abad pertengahan sebagai teks model (bukan teks sumber), sehingga rujukan bahasa terjemahan jelas harus tunduk juga pada prinsip dogmatis gereja yang tentu saja tidak akan mengizinkan penggunaan kata-kata vulgar, lucu dan kasar bila berhubungan dengan tindakan Allah.
Apakah sekarang kentut masih dianggap vulgar atau tabu? Padahal, saat kita sedang dalam masalah tidak akan ada yang memperhatikan kita tapi saat kita kentut semua orang memperhatikan kita. Mengharukan ga sih? Apa biar dapat perhatian, kita kentut aja? Daripada jadi nakal cuma biar dapat perhatian kan...
*Catatan kaki: Penjelasan teks Alkitab tentang kentut di status ini, saya dapat dari komentar pak Semuel Aitonam. Terimakasih atas ilmunya pak.