Pages

Kamis, 21 November 2024

IBLIS PUN DISELAMATKAN

IBLIS PUN DISELAMATKAN

Ada dua tokoh menarik, satu dari Islam, dan satu lagi dari Kristen, yang berpendapat bahwa Iblis pun akan masuk surga. Tokoh itu adalah Ibn. Arabi dan Origenes. Dua tokoh ini tentu saja dianggap sesat dalam agamanya masing-masing.

Ibn Arabi dengan konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud) menyinggung kemungkinan rahmat Allah yang begitu luas sehingga bisa mencakup semua makhluk, bahkan iblis. 

Origenes dengan konsep apokatastasis berkeyakinan bahwa pada akhirnya, semua makhluk akan dipulihkan ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Ini termasuk manusia, malaikat, bahkan iblis.

Sebenarnya, 2 tokoh tersebut tidak secara eksplisit menyebut bahwa iblis akan masuk surga. Tafsiran di kemudian hari lah yang membuatnya tampak seperti itu. 

Walau memiliki konsep serupa tentang keselamatan bagi segala makhluk, namun 2 tokoh ini memiliki perbedaan dalam memandang keselamatan bagi agama lain. 

Dalam Fushush al-Hikam, Ibn Arabi menyatakan:

"Hatiku dapat menerima segala bentuk: menjadi padang rumput bagi rusa, biara bagi rahib, kuil bagi berhala, Ka'bah bagi peziarah... Aku memeluk agama cinta, ke mana pun untanya pergi."

Pernyataan ini sering dipahami sebagai sikap keterbukaan Ibn Arabi terhadap keberagaman agama, bahwa semua jalan, jika benar-benar tulus, bisa mengarah pada Tuhan.

Origenes memiliki pandangan berbeda, dia sangat percaya bahwa keselamatan hanya dapat dicapai melalui Kristus. Namun, ia mengajarkan bahwa rahmat Kristus tidak dibatasi hanya kepada mereka yang secara formal menjadi Kristen dalam kehidupan ini. Dia menyatakan bahwa bahkan mereka yang belum mengenal Kristus di dunia ini mungkin memiliki kesempatan untuk mengenal-Nya setelah kematian.

Origenes percaya bahwa hukuman di akhirat bersifat korektif, bukan kekal, sehingga memberikan peluang bagi semua makhluk untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Dalam konteks agama lain, ini berarti bahwa semua orang, terlepas dari keyakinan mereka, dapat akhirnya diselamatkan melalui kasih Tuhan.

Origenes mengakui bahwa ada unsur kebenaran dalam agama-agama lain, tetapi ia percaya bahwa kebenaran tersebut tidak sempurna atau lengkap. Baginya, agama-agama lain mungkin mengandung pencarian Tuhan yang tulus, tetapi hanya dalam Kristus kebenaran penuh dapat ditemukan.

Walaupun berbeda dalam memandang keselamatan dalam agama lain, namun setidaknya mereka tidak membenci agama lain. Mereka percaya bahwa agama lain pun memiliki kesempatan untuk diselamatkan Tuhan. Jangankan agama lain, iblis pun memiliki kesempatan diselamatkan. 

Pandangan ini setidaknya, tidak membawa umat kepada kompetisi negatif yang pada akhirnya membuat umat berbeda saling mencurigai, menuduh dan pada akhirnya saling membunuh. 

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Kelahiran 
STF Driyarkara

Senin, 18 November 2024

HUMOR YESUS

Mungkin saat umat Kristen telah meninggal dan bertemu Yesus, kita bisa melakukan pendalaman PA (Pendalaman Alkitab) bersama Dia. Dan jangan-jangan, percakapan yang terjadi akan seperti ini (cuma jangan-jangan loh ini):

Anak: Tuhan, aku mau bertanya banyak hal mengenai Engkau yang ditulis di dalam kitab suci. Boleh?
Yesus: Tentu saja.
Anak: Mengapa Engkau mengatakan kalimat ini? (Sambil menunjuk salah satu ayat)
Yesus: Seingatku, aku tidak pernah mengatakan kalimat tersebut.

Anak: Kalo yang ini gimana? Apakah benar maknanya seperti ini? 
Yesus: Wah, terlalu jauh sekali jika kalimatku itu ditafsirkan sampai ke sana. Bahkan aku tidak pernah kepikiran sampai ke sana.

Anak: Yang ini gimana, Tuhan? Apakah memang artinya seserius itu?
Yesus: Aku sedang bercanda loh ini. Masa kalian ga bisa menangkap humor yang kumaksud? Apa kalian selalu seserius itu saat memaknai kalimat-kalimatku?

Rujukan untuk mengenal humor Yesus bisa membaca 2 buku ini:
1. Douglas Adams. The Prostitute in the Family Tree: Discovering Humor and Irony in the Bible.
2. Terri Bednarz. Humor in the Gospels: A Sourcebook for the Study of Humor in the New Testament.

Kamis, 14 November 2024

ANJINGKU MATI MASUK SURGA?

Jika anjingku mati, masuk surga ga?

Eko-teologi seringkali dianggap sebagai usaha untuk keluar dari antroposentrisme. Namun kenyataannya di lapangan, diskusi-diskusi eko-teologi yang berkembang justru masih berkutat pada antroposentrisme, entah sadar atau tidak. 

Mari kita lihat:
1. "Jangan buang sampah sembarang, nanti banjir." Kalo banjir emang kenapa? Manusia akan menderita, kan? Masih manusia fokusnya, kan?
2. "Kalo alam rusak, anak cucu kita nanti makan apa?" Masih manusia fokusnya, kan?
3. "Kalo flora dan fauna punah, anak cucu ga bisa kenal dan tahu flora dan fauna yang punah itu." Manusia lagi, kan?
4. Bahkan ada yang mengutip pepatah kuno untuk menjelaskan mengapa kita harus merawat alam, "Ketika pohon terakhir ditebang, ikan terakhir telah ditangkap dan sungai terakhir telah kering Saat itulah manusia baru sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan." Tapi isi  kutipannya masih fokus pada manusia, kan?
5. "Alam dilibatkan dalam karya keselamatan Allah." Karya keselamatan yang mana? Yang Yesus mati untuk umat manusia? Manusia lagi kan fokusnya?
6. "Kita harus merawat bumi ini, karena bumi adalah rumah bersama." Rumah bersama untuk siapa? Manusia yang berbeda-beda, kan? Hewan dan tumbuhan hanya menjadi penyokong kebutuhan manusia. 
7. "Eko-teologi mengajak kita menafsirkan kembali teks-teks yang eksploitatif terhadap alam agar alam tidak rusak dan habis." Memang kalo rusak dan habis kenapa? Manusia akan kehabisan sumber energi dan akan terjadi bencana alam yang merugikan manusia. Manusia lagi kan?

Jika mau jujur, eko-teologi kita masih berputar-putar di antroposentrisme. Kita bahkan tertawa saat mendengar seorang anak kecil bertanya, "Kalo anjingku mati, dia masuk surga ga?" 
Apalagi jika ada yang bertanya, "Jika tanaman hiasku mati, dia masuk surga ga?" Mungkin kita akan tertawa terbahak-bahak. 

Setidaknya ekoteolog sejati adalah anak-anak tersebut yang memikirkan kebaikan hewan dan tumbuhan pada dirinya, bahkan memikirkan juga bahwa karya keselamatan Allah juga berlaku untuk para tumbuhan dan hewan tersebut.

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Kelahiran
STF Driyarkara 

Sabtu, 17 Agustus 2024

SI LUMPUH YANG CEPU DAN TIDAK TAHU TERIMA KASIH

SI LUMPUH YANG CEPU DAN TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH

Dalam Yohanes 5:1-18 kita mendapatkan ada seseorang yang sudah sakit selama 38 tahun. Banyak tafsir yang mengatakan dia lumpuh, padahal di teks hanya dituliskan bahwa dia sakit. Tidak ada yang mengatakan dia lumpuh. Namun tafsiran ini berangkat dari ayat 7, 
Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."

"Tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam" dan "sementara aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kalimat ini menjadi landasan bahwa orang itu lumpuh. Walaupun tidak harus penyakit lumpuh yang membuat seseorang tidak dapat berjalan dengan baik dan cepat. "Sementara aku menuju kolam itu" menandakan bahwa tubuhnya bisa bergerak, namun tidak cepat.

Namun lumpuh sendiri bisa banyak jenisnya (menurut https://www.spinalcord.com/types-of-paralysis)
1. Monoplegia: kelumpuhan pada satu area tubuh, biasanya satu anggota tubuh. 
2. Hemiplegia memengaruhi lengan dan tungkai di sisi tubuh yang sama.
3. Paraplegia: mengacu pada kelumpuhan di bawah pinggang, dan biasanya memengaruhi kedua kaki, pinggul, dan fungsi lainnya. Jadi bisa jadi kakinya yang tidak bisa bergerak sehingga dia hanya menyeret tubuh dengan tangannya.
4. Quadriplegia: kelumpuhan di bawah leher. Keempat anggota badan, serta batang tubuh, biasanya terpengaruh. 

Jadi, dari 4 jenis lumpuh tersebut, tafsiran yang mengatakan orang ini lumpuh tidak bisa dianggap salah 100%.

Namun pernahkah kita bertanya-tanya mengapa selama 38 tahun dia sakit, namun tidak ada yang membantunya ke kolam Betesda? Apakah orang-orang Yahudi tidak memiliki rasa kemanusiaan? Padahal di Injil Sinoptik kita mendapatkan kisah orang lumpuh yang dibantu oleh beberapa orang untuk bertemu Yesus dengan cara menurunkan orang lumpuh itu dari atap beserta tilamnya (Mrk 2:1-12; Luk 5:17-26). Menurunkan tilam dan orang lumpuh dari atap yang sulit itu aja banyak yang mau bantu, kenapa hanya menurunkan ke kolam Betesda yang lebih mudah, tidak ada yang membantu? 

Ada beberapa kemungkinan alasan:
1. Orang-orang sekitar telah tahu karakter orang itu. Dia adalah orang yang tidak tahu terima kasih. Hal ini terlihat saat Yesus berhasil menyembuhkannya. Apakah dia berterima kasih kepada Yesus? Tidak. Bersukacita? Tidak. Berbeda dengan orang lumpuh yang disembuhkan pada Kis 3:8 "Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah." Bukankah orang ini mengingatkan kita kepada Luk 17:11-19. Satu dari 9 orang yang tidak kembali dan bersyukur kepada Yesus. Bahkan saat Yesus menemuinya kembali dia tidak mengatakan apapun, malah mengadukan Yesus kembali kepada orang-orang Yahudi (Yoh 5:15).

2. Orang-orang sekitar tahu bahwa dia adalah orang yang membalas air susu dengan air tuba. Bukan hanya tidak berterima kasih, dia justru mengadukan Yesus sebagai orang yang membuat dia melanggar hari sabat. 

3. Dia adalah orang yang lebih suka menyalahkan orang lain daripada bercermin diri. Sewaktu Yesus bertanya maukah engkau sembuh? Dia tidak menjawab. Dia justru menyalahkan orang lain yang tidak membantunya. Setelah Yesus membantunya, dia justru menyalahkan Yesus. Dalam hidup, kita sering ketemu orang seperti ini yah? Banyak? Banyak. Mungkin kita salah satunya. 

4. Dia mengingatkan kita pada tindakan Hawa di Kejadian 3:3. Menambahkan dan mengurangi firman Tuhan dalam Kej 2:16-17. "Semua .... dengan bebas" yang menunjukkan bahwa tidak hanya soal larangan yang mengikat, tapi Allah memberikan kebebasan yang bertanggung jawab. Tapi hal itu dia hapuskan. Bahkan dia menambahkan "ataupun raba buah itu". Membuat peraturan Allah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Begitu juga dengan orang yang sakit ini, dia menghilangkan pertanyaan Yesus "Maukah engkau sembuh?" Sebagai tanda bahwa kesembuhan bukanlah paksaan, tetapi pilihan. Jika dia mau disembuhkan, maka aktivitas selanjutnya adalah atas kesadaran dan kemauannya. Dia juga menghilangkan kata "bangunlah". Terdengar sepele namun ini penting. 
Matius 9:6 (TB) lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu — : "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"

Kisah Para Rasul 9:34 (TB) Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu.

Mengapa Yesus menyembuhkannya? Apakah Yesus tidak mengenal isi hatinya?
Coba kita cek:
1. Orang ini tidak memohon kesembuhan pada Yesus atau memiliki iman kepada-Nya. Yesus juga tidak mengatakan dosamu sudah diampuni seperti kisah orang lumpuh lainnya pada injil Sinoptik. Tapi Yesus masih ingin menyembuhkan-Nya. Kenapa? Karena belas kasihan-Nya. 
2. Yesus juga tahu bahwa dia menyalahkan-Nya, oleh karena itu Yesus mengingatkannya, "Jangan berbuat dosa lagi" (Yoh 5:14). Tapi bukannya bertobat, justru dia melaporkan Yesus lagi, kali ini lengkap dengan nama-Nya (Yoh 5:15). Hal ini berbeda jauh dengan perempuan Samaria pada pasal sebelumnya yang menceritakan tentang Yesus, bukan mengadukan Yesus. Yoh 4:29, 39. Kisah perempuan ini membuat banyak orang datang dan beriman kepada Yesus tapi perkataan orang sakit ini membuat banyak orang Yahudi datang untuk membunuhnya (Yoh 5:18). Penulis injil seakan ingin mengatakan dua kisah yang sangat kontras. 

Dalam hidup, kita bisa seperti orang sakit tersebut. Tuhan tawarkan kesembuhan atas luka-luka kita, kita malah justru fokus menyalahkan orang lain. Saat Allah berhasil menyelesaikan masalah kita yang satu, lalu muncul masalah yang lain, kita bukannya mengoreksi diri, malah menyalahkan Tuhan, "Tuhan sih yang bikin aku jadi gini. Kalo aku ga ikut firman Tuhan, mungkin hidupku akan jauh lebih baik."
Bukankah hal ini mengingatkan kita pada orang Israel yang bersungut-sungut pada Musa yang telah membebaskan mereka dari Mesir? Keluaran 14:11-12 (TB) dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? 
Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." 

Jika kita masih seperti orang di dalam renungan hari ini, Yesus tahu seperti apa kita, dia tahu kedalaman hati kita, tapi dia tetap mengasihi kita, oleh karena itu biarlah seruan Yesus ini bergema dalam kehidupan kita "Jangan berbuat dosa lagi".

Catatan: Ini hanyalah salah satu tafsiran dari sekian banyak tafsiran mengenai Yohanes 5:1-18. Jadi, bisa saja kamu tidak setuju dengan tafsiran ini. Dan bisa saja saya juga tidak setuju dengan tafsiranmu. 


*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian
Di STF Driyarkara

Sabtu, 20 Juli 2024

PENDETA BERPURA-PURA "MANTAN" PENDOSA?

PENDETA BERPURA-PURA "MANTAN" PENDOSA?

Beberapa (jika tidak mau disebut banyak) pendeta dalam kesaksiannya sering mengatakan bahwa dulu mereka adalah pendosa. Hampir semua dosa besar pernah mereka lakukan seperti narkoba, berzinah, dll. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengukuhkan bahwa mereka mengalami pertobatan dan pengampunan besar. Beberapa pendeta yang tidak pernah melakukan dosa "besar" jadi seakan pendeta "biasa-biasa saja."

Padahal saat pendeta mengatakan bahwa mereka pernah melakukan semua dosa "besar" di masa lalu, seharusnya alarm diri kita menyala. Mulailah bertanya secara kritis:
1. Dia sungguh sudah berubah? Atau hanya "bertobat" versi dirinya? Kadang, walau tidak selalu, kebiasaan apalagi sampai sudah jadi karakter itu susah diubah. 
2. Semua dosa "besar" ini apa saja? Apakah pelecehan seksual juga? Jika iya, maka harusnya "big no". 
3. Apakah dia penipu dan koruptor di tempat sebelumnya? Pendeta akan memegang utama keuangan di gereja-gereja tertentu, jadi dosa masa lalunya ini bisa jadi first warning. 

Manusia memang bisa berubah. Gereja memang tempat kumpulnya orang berdosa. Tapi apa jadinya jika pendeta berpura-pura menjadi "mantan" pendosa dan menglorifikasi dirinya sudah bertobat dan menjadi manusia baru?

Saat pendeta kesaksian bahwa dulu dia pernah melakukan hampir semua dosa "besar" dan sekarang sudah bertobat, ada baiknya kita bukan cepat-cepat mengatakan "Haleluya, Amin" tapi cek profilnya. Ada baiknya berjaga-jaga daripada polos seperti domba yang siap diterkam oleh serigala yang berbulu domba.

Matius 7:15 (TB)  "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Matius 10:16 (TB)  "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat
Di STF Driyarkara 

Selasa, 09 Juli 2024

BUNGKAM DENGAN PRESTASI?

BUNGKAM DENGAN PRESTASI?

Ada yang mengatakan bungkamlah cacian orang yang tidak menyukai kita dengan prestasimu. Benarkah mereka akan bungkam? Tidak. Arthur Schopenhauer, seorang filsuf, mengatakan bahwa manusia didorong oleh keinginan yang tak pernah puas, yang menyebabkan penderitaan terus-menerus. Manusia yang tidak menyukaimu, tidak akan pernah puas dengan prestasimu. Dia akan tetap mencacimu, kamu berprestasi maupun tidak. Berprestasilah untuk dirimu sendiri, bukan untuk mereka.

Banyak yang mengatakan bahwa semakin banyak orang yang tidak menyukai kita, maka artinya diri kita "salah." Kenyataannya, jumlah orang yang tidak menyukai kita tidak bisa menentukan kita benar atau salah. Kalian tahu bahwa jumlah orang yang membenci Yesus jauh lebih banyak dari yang menyukainya? Dan pada kenyataannya, kita memiliki lebih banyak orang yang tidak menyukai kita daripada yang menyukai kita. Itulah kenapa Ichiro Kishimi mengatakan "kita harus berani tidak disukai."

Toxic positivity membuat kita merasa bahwa disukai banyak orang adalah kebenaran, tidak disukai banyak orang adalah kejahatan. Ingatlah bahwa kita hidup bersama orang lain, namun bukan untuk orang lain. Kita hidup membutuhkan orang lain, tapi tidak bergantung pada pendapat orang lain.

Jadi, tidak perlu berlelah-lelah berprestasi hanya untuk membungkam mulut orang yang membenci kita, karena mereka tetap akan membenci kita. Berprestasilah karena kamu memerlukannya untuk dirimu sendiri.

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat
Di STF Driyarkara 

Sabtu, 06 Juli 2024

2 KORINTUS 12:2-10

2 KORINTUS 12:2-10
ANTARA CUKUP DAN KUASA IBLIS

Sering kita mendengar bahwa jawaban doa adalah:
1. Ya
2. Tidak
3. Tunggu

Tapi dari perikop ini, kita mendapatkan jawaban lain, yaitu:
4. Cukup

Jawaban ini bisa menjadi alternatif jawaban lain bagi kita yang merasa bahwa Tuhan sedang menjawab doa kita dengan "tidak" atau "tunggu". 

"Cukup" artinya apa yang kita doakan, tidak ditolak atau disuruh menunggu, tetapi apa yang sedang kita alami sekarang harus kita terima sebagai sesuatu yang "cukup" untuk kita tanggung. "Cukup" juga bisa berarti bahwa kasih Tuhan sudah bekerja cukup besar di dalam diri kita. Jadi, kita harus bersyukur dan menerimanya. 

Selain mengenai jawaban doa, 2 KORINTUS 12 tersebut bisa juga membawa kita melihat bahwa di dalam Alkitab, iblis juga diberikan kuasa oleh Tuhan untuk menguasai manusia. Bahkan bisa dikatakan, Tuhan bekerjasama dengan iblis untuk menguji dan membentuk iman manusia. 

Kita bisa menemukan jejak-jejak tentang hal tersebut di alkitab:
1. Ayub 1:12 (TB) Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu". Ayub 2:6 (TB) "Maka firman TUHAN kepada Iblis: 'Nah, ia ada dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.'"
2. Lukas 22:31-32 (TB) "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
3. 1 Korintus 5:5 (TB) "orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan."
4. 2 Korintus 12:7 (TB) "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis yang terus menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri."
5.  1 Raja-Raja 22:21-22 (TB) "Kemudian tampillah seorang roh dan berdiri di hadapan TUHAN serta berkata: Aku ini akan membujuk dia. Maka TUHAN berkata kepadanya: Dengan apa? Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Engkau akan berhasil membujuk dia. Pergilah dan perbuatlah demikian!"
6. Yohanes 13:27 (TB) "Dan sesudah menerima suapan itu, Iblis masuk ke dalam Yudas. Maka Yesus berkata kepadanya: Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."
7. Wahyu 13:5-7 (TB) "Dan kepada binatang itu diberikan mulut yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga. Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka, dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa."

Dari jejak-jejak tersebut kita bisa melihat kemungkinan adanya jawaban kelima atas doa kita. Saat kita berdoa maka kemungkinan jawabannya adalah:
1. Ya
2. Tidak
3. Tunggu
4. Cukup
5. Bertobatlah/Bertahanlah

Kenapa bertobatlah? Iblis menguasa kita kemungkinan pertama karena kita berdosa. Dari ayat-ayat di atas kita melihat adanya penyerahan ke iblis karena manusia berdosa. 

Kenapa bertahanlah? Kemungkinan kedua iblis menguasa kita adalah karena Tuhan ingin melihat sekuat apa iman kita. Padahal Tuhan Mahatahu yah? Biar para apologet yang menjawab pertanyaan ini. Bahkan dalam kasus Ayub, Allah seperti sosialita yang ingin 'pamer' kepad iblis bahwa dia memiliki pengikut yang sangat setia. 

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat
STF Driyarkara 

Sabtu, 08 Juni 2024

KE GEREJA KOK CUMA BUAT CARI MAKAN

KE GEREJA KOK CUMA BUAT CARI MAKAN

Beberapa tahun lalu saya ingat ada yang bertanya, "Pak, apa kita ga usah sediakan makanan setelah ibadah aja kali yah? Ada beberapa ibu yang datang ibadah cuma buat makan. Habis itu makanannya dia masukkan ke plastik terus dibawa pulang. Jadi ibadahnya ga murni karena Tuhan."

Saya belum lama ini melihat video dari Masjid Sejuta Pemuda yang memberikan fasilitas untuk tamu Allah yang tertidur di Masjid. Saya tahu bahwa di dalam islam sendiri ada yang tidak mengizinkan tidur di masjid dengan beragam alasan. Lalu muncul banyak gerakan pemuda islam yang menunjukkan bahwa masjid harus menjamu para tamu Allah. Satu kalimat yang menyentuh saya adalah "Karena masjid tempat kembali yang aman dan nyaman".

Harusnya manusia butuh rumah untuk kembali. Rumah itu bisa rumah kita bersama keluarga dan rumah Allah. Ketika kita berada di rumah Allah, maka kita adalah tamu Allah. Gereja juga adalah rumah Allah (ada juga yang mengatakan gereja adalah rumah kita, tapi kali ini kita fokus ke konsep gereja adalah Rumah Allah) di mana kita adalah tamu di dalamnya. Umat yang beribadah ke gereja adalah para tamu Allah. Sudah selayaknya kita menjamu mereka. Tidak hanya jamuan rohani, tapi juga jasmani.

Tidak semua umat yang ke gereja adalah orang kaya, yang bisa dituntut untuk memberikan persembahan yang besar. Ada juga yang miskin, yang untuk makan keluarganya hari ini saja mereka bingung mau makan apa. Saat dia ke gereja dan melihat gereja menyediakan makanan, mungkin di sanalah dia merasa bahwa Allah memberkati mereka. Bahkan jika gereja memiliki program diakonia, umat seperti ini bisa ditolong lebih lanjut.

Biarlah setiap orang datang ke gereja dengan alasan apapun. Murni atau pun tidak, jahat mau pun baik. Karena gereja adalah tempat terbuka di mana setiap orang bebas disapa Allah dengan cara yang berbeda. 

Tidakkah kalian ingat bahwa perjumpaan Yesus dengan murid juga banyak yang dilakukan dalam bentuk makan-makan? Makan jasmani, bukan rohani. Bahkan setelah Dia bangkit dan menemui murid-muridNya, yang disediakin pertama kali adalah ikan bakar. 

Kisah ini bisa kita temui dalam Yohanes 21:1-14. Para murid mencari ikan semalaman tapi tidak mendapat apapun. Sapaan Yesus pertama kali saat mereka tiba di pantai adalah, "Adakah kamu mempunyai lauk pauk?" Setelah itu terjadi beberapa hal yang mengingatkan mereka pada Yesus, kalian bisa baca sendiri. Yang menarik adalah Yesus menyediakan roti dan ikan bakar untuk mereka laku berkata, "Marilah dan sarapanlah."

Saya rindu gereja bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk makan bersama, baik makanan rohani mau pun jasmani. 

Saya tahu ada beberapa gereja yang menyiapkan makan siang setelah kebaktian. Ada juga menyediakan kudapan atau tea time. Biarlah tradisi baik ini terus berlanjut. Mari jamu para tamu Allah. 

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara 

Minggu, 26 Mei 2024

YESUS BUKAN KRISTEN

YESUS BUKAN KRISTEN

Karena algoritma YouTube saya lagi rame sama mualaf yang nyerang kekristenan, saya jadi mau bahas sesuatu nih. Tapi ini ga ada maksud nyerang agama apapun yah, hanya membahas logika bahasa dari si penyerang. Sekali lagi, logika bahasa dari penyerang, bukan agamanya. Kata "kalian" yang dipakai juga bukan untuk teman-teman muslim secara keseluruhan, tetapi hanya kepada si penyerang yang dimaksud dalam tulisan di atas.

Ada yang bilang gini:
Yesus itu bukan Kristen, tapi Islam, kenapa? Karena Yesus:
1. Berdoa sujud (Mat 26:39)
2. Disunat (Luk 2:21)
3. Tidak makan babi (tidak ada ayat jelas yang menulis tentang ini)
4. Berdoa kepada Allah (Mark 1:35)
5. Yesus mengajarkan bersyahadat (Yoh 17:3)
6. Yesus puasa (Mat 4)
7. Yesus mati dipakaikan kafan (Mat 27:59)
8. Yesus tidak ke gereja tetapi ke bait Allah dan Sinagoge (Luk 2:46; Mat 4:23)

Betul, Yesus melakukan semua itu. Tapi, karena Yesus melakukan itu, bukan berarti Yesus adalah seorang muslim, melainkan Yesus adalah seorang Yahudi yang beragama Yahudi. Semua ritual di atas adalah ritual Yahudi. Ga percaya? Cek kitab-kitab Yahudi.

Selain 8 hal di atas, sebagai orang Yahudi, Yesus juga dibaptis. Yesus mengikuti hari raya Yahudi. Yesus berdoa bukan kepada Allah dalam konsep Islam tetapi kepada YHWH. Yesus beribadah pada hari Sabat. Hal-hal ini tidak diajarkan di Islam kan? Lalu apa yang membuat Yesus menjadi Islam jika semua yang Dia lakukan adalah bentuk kewajiban-Nya sebagai orang Yahudi?

Selain itu, logika berikutnya yang tidak pas adalah kalian mengatakan kitab suci orang Kristen sudah diedit, tapi kalian mengutip ayat-ayat yang sudah diedit itu untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah orang Islam. Bagaimana mungkin kalian menggunakan sesuatu yang menurut kalian tidak valid sebagai dasar argumen kalian?

Kalo kalian nanya, "Yesus kan Tuhan, kok Dia beragama dan berdoa kepada Tuhan? Masa Tuhan berdoa kepada Tuhan?" "Kalo Yesus agamanya Yahudi, harusnya pengikut Yesus juga beragama Yahudi dong, masa beragama Kristen, katanya pengikut Yesus." Itu beda topik lagi yah. Topik yang saya bahas adalah sesuai dengan paragraf pertama tulisan ini.

Sekali lagi, tidak menyerang agama tertentu tetapi menjawab logika yang dipakai oleh mereka yang mengatakan Yesus adalah orang Islam.

*Nuryanto Gracia, mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara

EKSORSISME DALAM KATOLIK

EKSORSISME DALAM KATOLIK
Kita sering menonton film-film horor barat yang melibatkan eksorsisme oleh Pastor. Apakah memang hal itu ajaran resmi di dalam ajaran Katolik? Apakah Gereja Katolik Percaya kerasukan?
 
Mari kita lihat mengenai eksorsisme dalam ajaran Katolik dibantu oleh KGK, KHK, DESQ.

1. Eksorsime ada dalam ajaran gereja dan resmi (Katekismus Gereja Katolik/KGK artikel 1673).
2. Ritual eksorsisme hanya boleh dilakukan oleh Romo yang sudah mendapatkan izin dari uskup. 
3. Seorang eksorsis tidak bergerak sendiri namun di belakangnya ada doa seluruh gereja. Gereja yang dimaksud adalah gereja universal. Tidak hanya gereja di dunia ini, tetapi juga gereja di api penyucian dan di surga. 
4. Doa dalam ritual eksorsisme itu resmi, otoritatif, tidak spontan. Oleh karena itu dalam ritual, diawali dengan litani para Kudus. Seorang eksorsis melawan roh jahat dengan doa para Kudus yang ada di surga juga. 
5. Doa eksorsis dilakukan dalam Nama Yesus.
6. Mengapa gereja melakukan eksorsisme? Karena Yesus juga melakukannya. 
7. Mengapa tidak semua Romo (apalagi umat awam) boleh melakukan eksorsisme? Karena tidak semua murid Yesus diberi kuasa melakukan eksorsisme. 
8. Ada 2 jenis eksorsisme. Eksorsisme minor dan major. Eksorsime minor dilakukan saat sakramen pembaptisan (masih dari KGK artikel 1673).  Eksorsime minor ini dilakukan saat pembaruan janji baptis. Sebelum pembaruan janji baptis, kita ditanya "Apakah saudara bersedia menolak setan?" "Ya, saya bersedia"."Setan dengan segala pekerjaannya?" "Ya, saya bersedia". "Dalam masyarakat, dalam diri kita?" "Ya saya bersedia". Sedangkan eksorsisme mayor hanya dilakukan oleh Romo yang diutus oleh uskup. Kenapa disebut eksorsime mayor (dalam KGK disebut eksorsime resmi/besar)? Karena terlepas dari sakramen baptis. 
9. Sakramen baptis adalah kesempatan pertama untuk ritual eksorsisme. Karena dalam pembaptisan citra Allah dalam diri kita dipulihkan dan kita diangkat jadi anak Allah maka setan tidak lagi memiliki kuasa di dalam diri kita. Dalam sakramen baptis, benda-benda didoakan. Salah satunya adalah minyak katekumen. Minyak katekumen sebenarnya adalah minyak untuk eksorsisme. 
10. Tidak lantas semua yang kerasukan bisa mendapatkan eksorsisme. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah dia benar kerasukan setan dan bukan karena penyakit-penyakit, terutama yang bersifat psikis. 
11. Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1172 bagian 1, "Tak seorang pun dapat dengan legitim melakukan eksorsisme terhadap orang yang kerasukan, kecuali telah memperoleh izin khusus dengan jelas dari Ordinaris wilayah. Bagian 2, "Izin itu oleh Ordinaris wilayah hendaknya diberikan hanya kepada imam yang unggul dalam kesalehan, pengetahuan, kebijaksanaan dan integritas hidup." Dari sini jelas, bahwa yang bisa melakukan eksorsisme hanyalah seorang imam, bukan awam. Dan tidak semua imam, hanya imam yang ditunjuk dan sesuai kriteria yang disebut di atas. 
12. Proses eksorsime tidak boleh diekspos. Maka tidak boleh ada imam yang mengupload eksorsisme ke sosial media. 
13. Eksorsisme di dalam De Exorcismis Et Supplicationibus Quibusdam (DESQ). Dokumen tentang eksorsime dan doa-doa tertentu. Dikeluarkan 26 Januari 1999. Masih dalam bahasa latin dan tidak ada terjemahan bahasa Indonesianya. Dokumen ini bisa dibeli di vaticanum.com seharga € 30.
14. Di dalam pengantar dokumen DESQ dituliskan, "Melalui misteri Paskah, wafat dan kebangkitan-Nya, Kristus telah membebaskan kita dari perbudakan iblis dan dosa, melemparkan kuasa mereka dan membebaskan segalanya dari jerat kejahatan. Ketika aksi iblis yang berbahaya memengaruhi seseorang, benda-benda, tempat dan nampak dalam beragam cara, Gereja ... telah berdoa dan tetap berdoa agar manusia dilepaskan dari tipu daya iblis." Dari tulisan ini jelas bahwa yang bisa dirasuki iblis bukan hanya manusia tapi juga benda. Oleh karena itu, gereja harus tetap berdoa.
15. Dokumen DESQ memberikan ciri-ciri orang yang benar kerasukan setan: mampu memahami bahasa-bahasa asing yang sebelumnya tidak pernah dipelajari, mengetahui rahasia-rahasia atau hal-hal yang terjadi di tempat jauh, memiliki kekuatan yang tidak alami dan sikap permusuhan terhadap hal-hal suci. Jadi, jika ada yang merasa bisa bahasa asing karena kepenuhan Roh Kudus, punya indra keenam, atau bisa melihat masa depan, hati-hati, jangan-jangan kita sedang kerasukan. Karena tidak semua hal itu berasal dari Si Baik. 
16. Dokumen DESQ dengan tegas meminta agar dalam eksorsisme, imam yang bersangkutan melibatkan tim medis dan psikiatris yang punya kepekaan rohani. Mengapa? Karena ciri-ciri kerasukan poin 15, bisa terjadi juga karena masalah fisik dan psikis, karena itu perlu ada tim medis dan psikiatris yang bisa menganalisanya. 
17. Dokumen DESQ secara tegas melarang publikasi sebelum mau pun sesudah eksorsisme. 
18. Ritual eksorsisme dalam DESQ:
a. Ritual dimulai dengan celaan kepada si jahat.
b. Percikan air suci. Sebagai pengingat bahwa kita sudah dibaptis dan kuasa Roh sudah berkarya dalam diri kita.
c. Dilanjutkan dengan litani Para Kudus. Sebagai lambang bahwa Imam berdoa bersama Para Kudus di surga.
d. Dilanjutkan dengan doa menekankan belas kasih Allah dan pendarasan Mzm 91 dan bacaan Injil dari Yohanes 1:1-14.
e. Dilanjutkan dengan pendarasan Kredo Nikea-Konstantinopel atau rumusan pembaruan janji baptis dalam bentuk dialog. Mengapa pakai Kredo ini? Karena di dalam kredo ini ditulis "Allah Yang Maha Kuasa Pencipta langit dan bumi dan segala yang kelihatan dan tak kelihatan." Setan adalah ciptaan Allah maka dia tidak berkuasa di hadapan Allah. 
f. Lalu imam akan mengucapkan 4 rumusan pengusiran: aku perintahkan kau pergi ular tua; aku perintahkan pergi bukan dari kelemahanku; aku perintahkan pergi kau naga rendah; pergilah dari manusia ... Atas nama Dia yang menjadikannya; Tuhan langit dan bumi. 
g. Ditutup dengan Kidung Maria. Mengapa? Ada patung Maria menginjak ular.

Kamis, 16 Mei 2024

REINKARNASI DAN DOSA ASAL

REINKARNASI DAN DOSA ASAL

Dalam kekristenan, kita mengenal dosa asal yang diformulasikan oleh Agustinus dari Hippo. Walau Agustinus sendiri mengatakan bahwa dosa asal bukan dia yang rumuskan karena sudah ada di alkitab dan ajaran gereja sebelumnya. Tapi saya tertarik melihat Dosa asal versi Agustinus. 

Teologi Agustinus dipengaruhi oleh Manikheisme (karena sebelum menjadi Kristen, dia adalah seorang penganut Manikheisme) dan Neoplatonisme. Di dalam Manikheisme dan Neoplatonisme ada ajaran tentang reinkarnasi atau transmigrasi jiwa. Agustinus menolak ajaran reinkarnasi di dalam bukunya De Civitate Dei, "Mereka yang percaya akan reinkarnasi, mengingkari kebangkitan tubuh dan penghakiman terakhir yang dinyatakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus ".

Jadi secara tegas, Agustinus menolak ajaran reinkarnasi. Namun saya melihat ajarannya tentang dosa asal adalah evolusi dari transmigrasi jiwa. Jika reinkarnasi adalah transmigrasi jiwa, maka dosa asal adalah transmigrasi dosa (atau transmisi dosa). 

Kita juga bisa melihat kontinuitas dari transmigrasi jiwa ke transmigrasi dosa dalam beberapa ajaran Manikheisme dan Agustinus. Dalam Manikheisme, proses transmigrasi jiwa terjadi pada saat hubungan suami-istri. Dalam ajaran Agustinus, dosa ditransmisi saat hubungan suami istri, saat mani tercurah. Itulah kenapa dia mengatakan air mani itu jahat. Agustinus mengusulkan untuk hidup selibat. Manikheisme juga mengusulkan untuk menghindari hubungan suami-istri agar dapat terlepas dari transmigrasi jiwa yang terus-menerus.

Satu hal lain yang menarik, tokoh yang mengajarkan konsep dosa asal yang masa hidupnya tidak jauh dari Agustinus adalah Origenes, sebagai catatan ada tokoh lain sebelum Origenes, tapi yang paling dekat masa hidupnya dengan Agustinus adalah Origenes. Dan Origenes ini mengajarkan pra-eksistensi jiwa yang kemudian ditafsirkan sebagai reinkarnasi/transmigrasi jiwa dan akhirnya mendapatkan anathema dari gereja. Jadi bayangkan, Agustinus dipengaruhi oleh 3 tokoh/ajaran yang mengajarkan tentang Reinkarnasi (Origenes, Manikheisme dan Neoplatonisme). Maka sudah pasti ajaran ini sedikit banyak mempengaruhi pola berteologi Agustinus.

Secara pribadi, saya melihat bahwa Agustinus seakan mengadopsi ajaran transmigrasi jiwa (reinkarnasi) menjadi transmigrasi (transmisi) dosa.

*Nuryanto Gracia mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara

Sabtu, 20 April 2024

KHOTBAH HARUSNYA MEMBUAT KITA PINTAR

KHOTBAH HARUSNYA MEMBUAT KITA PINTAR

Dalam beberapa fungsi khotbah, ada satu yang seringkali dilupakan oleh para pendeta yaitu mendidik. Selama ini khotbah para pendeta hanya berfokus pada  membuat umat yakin pada injil, mengingatkan akan Allah, sadar akan dosa-dosanya (dan juga mengingatkan untuk memberi perpuluhan/persembahan),  menguatkan di tengah masalah hidup dan membantu umat mengambil keputusan moral. Terkadang juga ada pendeta yang menjadikan mimbar sebagai tempat curhat colongan, atau mengkritik umat yang tidak sepandangan.

Khotbah pendeta banyak yang jauh dari fungsi mendidik. Suatu hal dapat dianggap mendidik, 2 di antaranya adalah jika dapat meningkatkan pengetahuan, dan melibatkan proses pengembangan pikiran kritis.

Apakah ada pengetahuan umat yang bertambah setelah mendengar khotbah dari pendeta? Apakah umat didukung untuk mengembangkan pikiran kritis mereka atau justru dipaksa untuk percaya saja dengan khotbah para pendeta?

Bayangkan jika fungsi mendidik dalam khotbah dilaksanakan dengan baik, akan secerdas apa orang-orang Kristen? Puluhan tahun menjadi Kristen, mungkin sudah mendengar ratusan khotbah. Jika khotbah para pendetanya mendidik, mungkin pengetahuan mereka sudah setara master teologi, atau minimal sarjana teologi.

Tapi banyak pendeta yang sulit melakukan ini, kenapa?
1. Pendeta takut jemaat semakin pintar akhirnya sulit ditakut-takuti atau dikendalikan.
2. Pendetanya sendiri kurang mendapatkan pendidikan. Bayangkan ada pendeta yang hanya sekolah Alkitab selama 6 bulan. Banyak di antara mereka yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan tidak penting dalam khotbah, yang penting adalah khotbah yang menyentuh hati. Akhirnya, fungsi mendidik dalam khotbah pun timpang.
3. Pendeta alergi dengan penggunaan akal dalam memahami iman. Jadi isi khotbah hanya berkutat pada memainkan emosi umat.

Oleh karena itu, izinkan saya membantu kalian memberikan beberapa perangkat online yang bisa membantu kalian bertambah ilmunya setiap kali mendengarkan khotbah.

1. Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Seringkali banyak pendeta yang berkhotbah dengan mengutip bahasa Ibrani dan Yunani, tapi kutipan mereka hanya berasal dari "katanya", entah kata siapa. Umat yang mendengar itu, percaya saja karena mereka yakin pendeta pasti ahlinya. Akhirnya hoax bahasa itu berputar-putar terus menjadi "katanya".
Untuk bahasa Ibrani kita bisa cek di sini https://www.chabad.org/library/bible_cdo/aid/63255/jewish/The-Bible-with-Rashi.htm

Untuk bahasa Yunani bisa cek di sini https://www.greekbible.com/

Untuk septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) bisa cek di sini https://www.septuagint.bible/genesis

Tapi kita ga bisa bahasa Ibrani dan Yunani? Tidak apa, kan kita hanya mau mengecek apakah yang dikutip pendeta adalah benar atau salah. Kita bisa belajar menghafal alfabet Ibrani dan Yunani atau mau mudahnya, tinggal copas ke google translate, nanti muncul cara bacanya (lihat di screenshot)
2. Kemajuan AI bisa kita gunakan untuk belajar pada proses paling dasar. Misal untuk mengecek apakah yang dikatakan pendeta itu ada datanya atau tidak. Kita bisa menggunakan chatgpt di sini chat.openai.com
Ya betul, chatgpt tidak bisa dianggap benar 100%, tapi bisa dipakai untuk pengecekan awal. Pengecekan selanjutnya jika kita rajin, bisa membuka www.libgen.is
atau www.openlibrary.org
di 2 web ini, kita bisa mencari buku apapun yang kita mau, untuk proses belajar kita.

Bayangkan jika orang kristen melakukan hal-hal di atas setiap minggu, saya yakin mereka tidak hanya merasa dikuatkan oleh firman Tuhan tapi juga bertambah cerdas. Tapi sayangnya, umat kita sudah dibiasakan dengan "percaya saja" serta "dikunyahi dan disuapi".

Atau mari mulai dulu dari para pendetanya, membuat khotbah yang cerdas sehingga selesai khotbah, yang merasa cerdas bukan hanya umat tetapi juga pendetanya. Bukankah orang pertama yang harusnya mendapatkan manfaat dari khobah adalah si pengkhotbah itu sendiri?

Nuryanto Gracia,

Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara


Rabu, 17 April 2024

BUNUH DIRI, APAKAH SALAH?

BUNUH DIRI, APAKAH SALAH?

Banyak di antara kita merasa bahwa bunuh diri perlu dicegah. Tapi kenapa bunuh diri perlu dicegah jika penyebabnya tidak bisa dicegah? 

Bahkan kita peduli dengan mereka saja tidak, kita hanya peduli saat mereka ingin bunuh diri. Namun apakah kita peduli saat mereka ingin hidup? Tidak. 

Saat mereka teriak, "Aku ingin mati." Kita berbondong-bondong mencegahnya. Tapi saat mereka berteriak "Aku ingin hidup, tolong bantu aku." Kita tidak peduli karena kita merasa bahwa kita sendiri pun punya masalah yang harus diselesaikan. 

Bahkan ada yang teriak depresi, mau bunuh diri, di sosial media atau di real life, kita jadikan bahan olokan. Kita anggap mereka hanya orang-orang caper. 

Maka, kenapa kita melarang mereka untuk menyerah di saat tidak ada lagi harapan? Mungkin kalian bisa menolongnya hari ini, bagaimana dengan hari-hari mereka berikutnya? Hidup mereka akan menjadi urusan mereka sendiri, kan? Maka biarlah, kematian mereka juga menjadi urusan mereka sendiri. 

Biarlah kami menyerah, saat kami merasa memang sudah tiba di titik di mana kami tidak bisa lagi lanjut. 

Untuk kalian yang masih bertahan hingga hari ini, izinkan saya memberi apresiasi, "Kamu luar biasa. Kamu sudah melakukan hal terbaik yang bisa kamu lakukan."

Saya pernah menulis beberapa tulisan tentang bunuh diri. Bisa dibaca di bawah ini. 

A. BUNUH DIRI DAN PARA ORANG HEBAT

Dalam kitab suci umat kristen setidaknya saya menemukan 2 kisah tentang betapa frustasinya nabi yang dipilih Tuhan. Saking frustasinya mereka memilih untuk mati daripada hidup.

Yang pertama adalah kisah Nabi Yunus.

Yunus 4:3
Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.

Yang kedua adalah kisah nabi Elia

1 Raja-raja 19:4 
Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

Mari kita fokus ke satu kisah saja yaitu Elia. Tahukah kita betapa hebatnya Elia? Bisa jadi jauh lebih hebat dari kita yang sekarang merasa tidak mungkin bunuh diri. Kenapa?

Elia seorang diri melawan 450 orang nabi baal. Kita melawan 10 orang saja mungkin sudah ketakutan.

1 Raja-raja 18:22 Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. 

Tapi Elia yang luar biasa itu pun akhirnya terseok-seok. Dia terjatuh dalam depresi dan keinginan untuk mati. Tidak ada jaminan orang hebat akan selamanya hebat, dan orang kuat tidak selamanya tak kepikiran untuk mati. Mungkin saja saat ini kita belum tertimpa masalah seberat mereka yang memutuskan untuk bunuh diri. Berat dan kecil setiap masalah memang relatif. Ada yang diputusin pacar rasanya berat, ada yang diputusin strap CSM kamen ridernya udah terasa berat. Setiap orang punya badainya sendiri.

Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mengalami depresi akut. Oleh karena itu, saat mendengar berita bunuh diri, tidak selayaknyalah kita menyombongkan diri bahwa kita hebat dan mereka yang bunuh diri bodoh. Atau jutaan kalimat penghakiman lainnya. Tapi juga bukan berarti tindakan bunuh diri itu dibenarkan.

Seringkali bunuh diri terjadi karena mereka merasa sudah tidak ada lagi yang mau mengerti mereka. Saat ada yang mengatakan mereka depresi dan ingin bunuh diri, kebanyakan dari kita langsung menceramahi atau memberikan kata-kata bijak. Padahal belum tentu itu yang mereka butuhkan.

Kisah Elia menarik sekali, saat tahu Elia begitu depresinya, Tuhan tidak lantas mengkhotbahinya. Tuhan menyediakannya makan.

1 Raja-raja 19:5 
Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!" 

Tuhan menunjukkan kepeduliannya. 2 kali Tuhan mengingatkan Elia untuk makan. Ada kebutuhan yang lebih penting untuk disentuh sebelum kita menjadi penceramah untuk teman-teman kita yang mau bunuh diri. Tunjukkanlah bahwa kita peduli kepada mereka, bukan ingin menghakimi atau menceramahi mereka.

B. BUNUH DIRI TIDAK BERMORAL?

Banyak di antara kita yang menganggap bunuh diri itu adalah tindakan yang tidak bermoral, dosa besar dan layak masuk neraka. Tapi tahukah kalian bahwa ada beberapa alasan bunuh diri yang tidak dapat dikatakan amoral.
1. Prinsip moral. Socrates, sebagai filsuf hebat, memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dia menenggak racun. Apakah itu artinya Socrates tidak bermoral? Justru hal itu dilakukan oleh Socrates sebagian bagian dari prinsip moralnya. Daripada dia menuruti bujukan muridnya, Cicero, untuk lari dari pengadilan yang tidak adil, Socrates memilih untuk bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan. Tidak hanya Socrates yang melakukan hal tersebut. Uskup John Joseph termasuk yang bunuh diri sebagai bentuk protes, dia menembak kepalanya dengan peluru di depan pelataran gedung pengadilan Pakistan. Aksi uskup ini dilakukan sebagai protes terakhirnya terhadap pengadilan yang sering tidak adil terhadap golongan minoritas sesudah berbagai cara protesnya tidak dihiraukan.
2. Harakiri/Seppuku. Sebagai bentuk rasa malu atas dosa, kesalahan, kegagalan dan tindakan amoral yang pernah dilakukan, orang Jepang (khususnya prajurit atau samurai) melakukan harakiri. Tindakan ini dilakukan secara sadar sebagai bentuk rasa malu dan penyesalan.
3. Kamikaze. Bunuh diri dengan menabrakkan diri atau bom bunuh diri, demi kebaikan golongannya. Ini berbeda dengan bom bunuh diri demi masuk surga. Bunuh diri demi masuk surga, itu sangat egois sekali. Kamikaze biasanya dilakukan prajurit Jepang, demi mengalahkan musuh dan meraih kemenangan.
4. Eutanasia. Walau dalam dunia teologi, agama dan kedokteran, euthanasia masih menjadi polemik tapi menurut saya, euthanasia masih termasuk dalam bunuh diri yang bermoral. Kenapa? Jika dilakukan oleh dirinya sendiri, maka ada kesadaran bahwa daripada dia merepotkan orang lain dengan biaya pengobatan dan proses pengobatan yang tidak ada ujungnya, maka dia memilih menghentikan hidupnya. Jika dilakukan oleh orang lain, maka ada kepedulian untuk mengakhiri penderitaan dari orang yang dikasihi. Daripada harus menderita sepanjang hidupnya, lebih baik dihentikan secepatnya. Daripada hidup tak bisa berbuat apa-apa, lebih baik mati ketemu Bapa. Eutanasia juga biasanya dilakukan atas pengawasan dokter.
5. Bullying (perundungan). Bunuh diri yang diakibatkan perundungan baik secara fisik, verbal maupun psikis bukan dosa si pelaku bunuh diri melakukan dosa di perundung.


C. BUNUH DIRI HAL BIASA?

Thomas Bronisch dalam bukunya Der Suizid menjelaskan bahwa pada awalnya tindak bunuh diri adalah suatu hal yang biasa. 

Baron de Montesquieu pernah mengatakan bahwa hidup adalah sebuah hadiah, dan kita berhak mengembalikannya.

Rousseau pernah mengatakan bahwa manusia berhak menentukan nasibnya sendiri, termasuk untuk bunuh diri. Jika kita sudah tidak bernilai bagi lingkungan atau membawa pengaruh negatif bagi lingkungan kita maka kita berhak untuk bunuh diri. 

Nietzsche juga pernah mengatakan bahwa bunuh diri adalah hak mendasar bagi setiap orang.

Karl Meningger berpendapat bahwa bunuh diri memiliki pola yang sama seperti naik gunung, nonton tv, memakai narkoba, dan pergi berlibur. Sama-sama ingin keluar dari kepenatan rutinitas hidup. Bedanya adalah, nonton tv bersifat sementara sedangkan bunuh diri selamanya.

Lalu mengapa bunuh diri bisa sampai dianggap sebuah kejahatan?

Dimulai setelah Sinode Arles Gereja Katolik pada 452, tindak bunuh diri lalu dianggap sebagai kejahatan. Mereka berpendapat bahwa saat bunuh diri, setan menggoda hati dan pikiran kita. Orang yang melakukan bunuh diri, artinya mengikuti maunya setan dan mereka adalah pengikut setan. Pada abad pertengahan, gereja katolik sangat erat dengan pemerintahan, sehingga pandangan ini pun diserap oleh hampir semua kerajaan Kristen di Eropa, bahkan menjadi bagian dari hukum negara mereka selama ratusan tahun. Bahkan bunuh diri dianggap lebih jahat dari membunuh orang lain. Pandangan ini setidaknya berlaku di Eropa hingga tahun 1790. 

Di Indonesia? Sampai saat ini, masih banyak kita temukan di gereja dan mungkin juga di agama-agama lain yang menganggap bunuh diri adalah sebuah kejahatan dan layak masuk neraka. Bahkan, sampai-sampai, mereka yang sudah mati bunuh diri pun masih dihakimi oleh kita yang merasa paling suci hidupnya. 

Dalam kekristenan, memang kita percaya bahwa hidup kita bukanlah milik kita sepenuhnya. Oleh karena itu, Immanuel Kant mengatakan bahwa tetap hidup di saat masih diberi kesempatan hidup adalah salah satu kewajiban moral kita.

Tetapi, menghakimi mereka yang ingin mengakhiri hidupnya, bukanlah kewajiban moral kita.  

D. Bunuh diri, dosa?

Kisah tentang Uskup John Joseph yang bunuh diri (lihat bagian B) pernah masuk dalam materi buku agama katholik. Beberapa orang katolik tidak terima
. Tindakan uskup tersebut dianggap tidak benar. Dan uskup tersebut dipastikan masuk neraka, menurut beberapa pendapat. Apapun alasannya, bahkan sekadar untuk menolong orang lain lalu mengorbankan nyawa kita, itu juga dosa katanya. 

Misal, kita berpegangan pada sebuah tali yang sedang dipegang oleh teman kita. Kita dan teman kita sedang berada di tebing jurang. Jika diteruskan lebih lama, kita berdua akan terjatuh dan mati. Daripada mati berdua, kita memilih untuk melepas tali agar kita saja yang mati dan kawan kita selamat. 

Namun, tindakan ini juga dianggap bunuh diri yang membawa pada hukuman neraka. Padahal di dalam alkitab dikatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Yoh 15:13. Pengorbanan harusnya tidak termasuk dalam bunuh diri. 

Jika memang termasuk dalam bunuh diri. Apakah itu artinya Yesus juga melakukan bunuh diri? Apakah Dia juga akan masuk neraka?

Foto di bawah ini adalah salah satu bab dari buku saya yang berjudul "Philo+Sophie".
Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar