Pages

Minggu, 05 Desember 2010

Bermalam di Hutan

Bermalam di hutan

Matahari mulai terbenam ketika Pak Reo sedang membereskan peralatan pancingnya. Singa jantan yang rajin itu telah menghabiskan waktu seharian dengan memancing di telaga yang terletak di tengah hutan. “Ikan ini begitu besar!, Reno, anakku pasti senang!” seru Pak Reo gembira. “Lihat Reno! Ayah dapat ikan besar!” teriak Bu Reo, yang sedang menggiring itik ke kandang. “Wow besar sekali ikannya!” teriak Reno kegirangan. Singa kecil itu memang suka sekali makan ikan. Ibu segera membawa ikan ke dapur untuk dimasak.
“Ah, andai aku juga bisa memancing ikan sendiri,”pikir Reno. Tanpa sepengetahuan orangtuanya, Reno segera mengambil peralatan pancing ayahnya. “Kalau ayah bisa mendapat ikan besar, mengapa aku tidak?” kata Reno pada dirinya sendiri. Lalu ia pergi menuju telaga di hutan, walaupun belum tahu tempatnya. Di tengah perjalanan, Reno bertemu dengan Paman Kambing yang sedang asyik memetik mangga di pinggir jalan. “Hallo Reno, sore-sore mau pergi ke mana?” sapa Paman Kambing ramah. Tapi Reno hanya menundukkan kepala dan tidak menjawab sapaan Paman Kambing. “Huh, tidak sopan!” gerutu Paman Kambing kesal. “Disapa baik-baik, kok diam saja. Tersenyum pun tidak! Benar-benar keterlaluan!”
Hari semakin gelap. Tapi Reno terus berjalan. Yang dipikirkannya hanya ikan dan ikan. “Wow, pasti asyik kalau dapat mancing ikan yang lebih besar dari milik ayah,” pikir Reno. Sementara itu, kedua orangtua Reno belum mengetahui bahwa anaknya telah pergi meninggalkan rumah. “Reno di mana, Bu?” tanya pak Reo. Istrinya yang sedang memasak ikan terkejut. “Lho, bukankah tadi bersama Ayah?” Bu Reo balik bertanya. “Tidak,” jawab Pak Reno sambil menggelengkan kepala. “Aduh, di mana si Reno? Hari sudah malam, tidak seharusnya ia bermain di luar rumah.” Singa betina itu bingung memikirkan anak kesayangannya. “Sudahlah, Bu,” kata Pak Reo menenangkan. “Lebih baik kita segera mencarinya. Lagipula, Reno sudah besar. Nanti pasti pulang sendiri.”
Bagaimana nasib Reno? Kasihan anak singa itu tersesat di tengah hutan. Dia tidak tahu jalan ke arah telaga. “Letak telaga di mana sih?” pikir Reno bingung. “Aduh, sudah malam dan gelap lagi. Aku di mana sekarang?” Ternyata binatang malang itu kini berada di bagian hutan yang belum pernah dijelajahinya. Reno takut sekali. Dia mulai menyesali perbuatannya. “Ah, kalau saja aku tadi bertanya ke Paman Kambing, mungkin aku tak akan tersesat.”
Malam semakin larut. Yang terdengar hanya bunyi jangkrik yang bernyanyi di kesunyian malam. Reno semakin takut dan bingung. Kakinya terasa pegal. Dan perutnya keroncongan karena lapar. “Klepak! Klepak! Klepak!” tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap. Reno terkejut sekali. Dia mendongakkan kepalanya. Oh, ternyata ada seekor burung yang hinggap di atas pohon, tak jauh dari tempatnya berdiri. “Apakah kau bernama Reno, anak Pak Reo?” Tanya burung itu. “Sepertinya kita pernah bertemu kan?” Reno merasa lega, karena tak lagi sendirian di hutan. Singa kecil itu lalu menerangkan apa yang dialaminya. “Hmm, sebaiknya kau bermalam saja di hutan,” saran si burung. “Tapi jangan khawatir. Aku akan menemanimu tidur malam ini. Dan besok, kau pasti kuantar pulang.” Akhirnya anak singa itu tertidur di bawah pohon dengan beralas dedaunan.
Di rumah, Pak Reo dan istrinya masih bingung dimana harus mencari anak kesayangannya. Mereka telah mencari ke mana-mana tapi belum juga ketemu. “Bagaimana ini, Yah? Reno belum kembali,” kata Bu Reo dengan sedih. “Reno, pulanglah Nak. Ibu sayang padamu.” Pak Reo berusaha menenangkan istrinya.”Sudahlah, Bu. Kita tak mungkin mencari Reno saat gelap begini. Semoga besok Reno bisa pulang dengan selamat.”
Pak Reo menutup pintu dan jendela rumah, lalu keduanya berdoa bersama dan menunggu datangnya pagi dengan berbaring di depan perapian. Dalam tidurnya di tengah hutan, Reno bermimpi bertemu dengan seorang kakek. Orang tua itu terlihat pintar dan bijaksana. “Reno cucuku,” suara kakek itu terdengar lembut. “Tahukah apa yang kau lakukan? Kau begitu egois, hanya memikirkan dirimu sendiri. Pertama, kau pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Kedua, kau tidak sopan karena tidak peduli pada binatang lain yang menyapamu. Dan ketiga, kau malu bertanya hingga tersesat di tengah hutan. Itu tidak baik, cucuku, kau harus mengubah sifat-sifatmu yang buruk itu.”
“Kukuruyuk! Kukuruyuk!” sayup-sayup terdengar suara ayam jantan berkokok. “Cicit cuwit…! Cicit cuwit…!” suara kicau burung saling bersahutan, menyambut datangnya pagi hari. Reno terbangun mendengar kicauan merdu itu. “Ah, nyenyak sekali tidurku,” kata Reno sambil meregangkan kaki dan badannya. “Tapi semalam aku mimpi bertemu dengan seorang kakek.” Singa kecil itu kembali berbaring sambil memikirkan mimpinya. “Hmm, apa yang dikatakan kakek itu memang benar,” kata Reno pada dirinya sendiri.
“Betapa buruknya kelakuanku. Aku egois, hanya memikirkan diri sendiri. Aku begitu ingin mendapatkan ikan besar, sampai melupakan segalanya. Aku harus mengubah sikapku yang jelek ini.”
“Selamat pagi, Reno,” sapa burung yang tidur di atas pohon. “Oh, selamat pagi, Burung,” sahut Reno terkejut. Reno segera bangkit berdiri. “Sudah siap untuk pulang? Ayo, kuantar kau pulang.” Burung yang baik hati itu terbang mengepakkan sayapnya. Reno berlari-lari mengikuti di bawahnya. Betapa senang hatinya! Beberapa ekor burung turut terbang mengikuti mereka. Binatang-binatang hutan yang melihat rombongan itu tertarik. Mereka lalu berlari mengikuti Reno dan teman-temannya.
“Itu rumahmu, Reno!” teriak si burung sambil menunjuk dengan sayapnya. Singa kecil itu berlari mendahului teman-temannya. Ternyata orangtua Reno sudah menunggu di depan rumah. “Oh, Reno anakku saying,” kata Bu Reo gembira sambil memeluk anaknya. “Maafkan Reno, Bu,” jawab Reno dengan nada menyesal. “Reno telah menyusahkan Ayah dan Ibu.” “Benar kan Bu omonganku. Anak kita pasti kembali!” kata Pak Reo gembira. “Hei kalian teman main Reno, ya? Ayo masuk dulu, kalian pasti lapar.” kata bu Reo. Sebagai tanda terimakasih, Bu Reo menjamu binatang-binatang itu dengan memasak makanan yang lezat.
Pesan moral : Janganlah bersikap egois dan tidak mempedulikan lingkungkan sekitar, karena akan merugikan diri kita sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar