DEATHLINE DAN TANGGUNGJAWAB
Sebagai kreator (komik, buku, kostum cosplay dan produk lainnya) kita pasti berhubungan dengan konsumen dan deathline. Deathline biasanya ada 3 tipe:
1. Deathline yang diberikan oleh kreator (kita sebagai sang pembuat atau produsen) kepada pembeli. Biasanya diawal transaksi, kreator menyebutkan tenggat waktu. Misal, “Produk Anda akan selesai dalam waktu 1 bulan.”
2. Deathline yang diberikan oleh konsumen. Biasanya konsumen akan menentukan waktu pesanannya harus selesai. Misal, “Tolong pesanan saya selesai sebelum tanggal 16 Oktober yah, mau dipakai untuk lomba pura-pura bahagia, soalnya.”
3. Deathline yang terjadi atas hasil kesepakatan bersama. Biasanya terjadi atas hasil tawar menawar. Misal kreator menawarkan Deathline 4 bulan, konsumen maunya 2 bulan. Dan akhirnya ketemu jalan tengah yaitu 3 bulan.
Dari ketiga tipe deathline tersebut, kita sebagai kreator, kudu/harus banget taat pada deathline.
Tapi banyak dari antara kita yang berusaha untuk lalai dengan deathline menggunakan beberapa alasan:
1. Alasan sakit. “Kreator kan juga manusia, bisa sakit, jadi konsumen jangan bawel lah.” Yang namanya kerja, pasti ada sakitnya. Kita sakit, jelas bukan salah konsumen kita, bukan juga salah kita, walau memang bisa juga karena salah kita yang kurang menjaga pola hidup. Dalam kerja, ada banyak resiko tak terduga. Saat resiko tak terduga itu datang, coba sikapi dengan baik. Tidak menyalahkan konsumen, melainkan komunikasikan kepada konsumen dengan baik. Silakan bicarakan tentang tambahan waktu (second deathline) yang bisa disepakati. Tapi tambahan waktu itu benar-benar harus ditaati. Jangan sampai nanti pas sampai di second deathline, kita cari alasan lagi dan menyalahkan konsumen karena tidak sabar. Dan kira-kira juga kalo ngasih second deathline, masa second deathline udah kaya deathline awal. Misal deathline awal 3 bulan, eh second deathlinenya minta 3 bulan juga. Jadi ketahuan dong selama ini belum bikin apa-apa?
2. Alasan banyak kerjaan/pesanan. “Yah ngerti dong, kan maker juga kerjaannya banyak.” Saat membuat/menyepakati deathline, seharusnya sebagai kreator, kita sudah memperhitungkan waktu dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan sejumlah pekerjaan lain yang sedang dan akan kita kerjakan. Di sini manajemen waktu sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, jika dari awal tidak sanggup dengan deathline yang ditawarkan konsumen, coba tawarkan deathline lain yang dirasa mampu kita selesaikan. Jika memang sudah tidak mampu mengambil job lagi, beranilah untuk mengatakan, “Stop”. Jangan semuanya diambil tapi ga sanggup menepati kesepakatan.
3. Alasan bayaran yang diberikan murah. “Yah kalo mau cepat, bayar yang lebih mahal dong.” Deathline seharusnya adalah kesepakatan antar dua pihak. Kesepakatan ini jelaslah melibatkan harga juga. Jika memang harga yang dibayar konsumen murah, maka berikanlah deathline yang jauh lebih lama daripada mereka yang mau membayar mahal. Jangan alasan ini dikemukan justru pada saat deathline tiba. Ingat, deathline tandanya kita sepakat mengerjakan. Apalagi sampai bilang, “maaf saya kerjakan punya dia dulu soalnya dia bayarnya lebih mahal.” Lah, kita selalu mengkritik mereka yang punya uang dan bertindak seeanaknya, tapi kita sendiri mempelakukan orang yang berani bayar mahal dengan seenaknya. Kita mengganti urutan antrian kita, hanya karena ada yang bayar lebih mahal. Jika memang mau mengambil yang lebih mahal, maka diawal sampaikan kepada konsumen kita, “Jika nanti ada yang berani bayar lebih mahal, mohon maaf pesanan Anda saya mundurkan prioritas pengerjaannya yah.” Jika konsumen tidak keberatan dengan hal itu, yah tidak masalah. Itu namanya kesepakatan.
Deathline adalah kesepakatan yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Kualitas kita sebagai kreator tidak hanya ditentukan dari produk yang kita hasilkan, tetapi juga dari bagaimana kita berkomitmen terhadap kesepakatan yang sudah kita buat kepada konsumen.
Semoga tulisan ini bisa kita jadikan sebagai alat mengoreksi dan memperbaiki diri. Tulisan ini juga berlaku untuk saya sebagai kreator.
Salam kreatif.