Kehendak-Mu yang jadi.
Suatu kali saya coba-coba untuk periksa payudara sendiri (SADARI) seminggu setelah menstruasi. Eh, kok ada benjolan kecil di sebelah kiri. Kalau kita mandi saja,kita tidak tahu(menyadari)akan hal ini. Saya beritahu kepada suami. Suami saya bilang bahwa itu kelenjar susu. Saya sudah dikaruniai 2 anak & keduanya saya beri ASI walau tidak secara langsung tetapi ASI nya dimasukkan ke dalam botol susu. Setelah beberapa bulan ada sedikit nyeri di daerah benjolan tersebut. Akhirnya saya memeriksakan diri ke dokter spesialis. Dokter tersebut bilang dioperasi saja, lebih baik dibuang. “Kapan sebaiknya dioperasi?”tanya saya. ”Mau malam ini juga boleh”, kata dokter. ”Saya harus beritahu suami saya dulu,dok”. ”Ibu umur berapa,harus minta izin dulu?” dokter menyindir saya. Masalahnya suami saya sedang bertugas di Jepang. Dan sangat tidak etis kita yang terikat suatu pernikahan dimana suami tidak dilibatkan di dalam mengambil keputusan ini. Saya bertanya kembali ”Berapa biayanya, dok?”. Saya harus tahu hal ini jadi kita bisa memperkirakan berapa besarnya dan menyediakannya.” Mau kelas kambing atau kelas apa?”. Sedih, kecewa, terhina, perasaan ini campur aduk. Begitu nistakah saya? Biaya pemeriksaan yang kurang lebih hanya 5 menit sekitar Rp 400 ribu. Terus saya disuruh bertanya di bagian depan untuk mengetahui biaya operasi, dsb.
Saya bertanya, “Berapa biaya operasinya?”. ”Dokter siapa, suruhnya berapa hari?” Saya jawab, ”Dr.D, 5 hari.” ”Kelas 3, Dr.D Untuk 5 hari Rp 7 juta”, tanpa memberi katalog harga Rumah Sakit. Baru saya mau mempertanyakan katalog tersebut, diulangilah jawaban yang sama, ”Kelas 3,5 hari Rp 7 juta”. Pelayanan Rumah Sakit terburuk. Akhirnya saya memutuskan untuk TIDAK berobat kepada dokter ini. Saya berterimakasih kepada Tuhan. Sejujurnya saya bingung untuk memutuskan dioperasi atau mencoba jamu yang menurut teman saya bagus karena keponakannya telah sembuh padahal dia sebelumnya telah dioperasi & harus dioperasi kembali karena tumornya tambah besar.
Baru ketahuan bahwa keponakannya memakai dokter yang sama dengan saya. Pantangan selama minum jamu ini buat saya sangat berat. Menjadi vegetarian, kurangi karbohidrat. Benar-benar pantang makan daging. 4 bulan saya jalani ini & ternyata tidak membuahkan hasil (cocok-cocokkan). Keponakan teman saya sembuh dalam waktu 3 bulan. Dokter yang memeriksanya juga bingung kok bisa bersih, tidak ada benjolan. Keponakan teman saya tidak berani buka rahasia, dia tahu dokternya seperti apa.
Saya memutuskan ke dokter spesialis lain. Dokter ini menganjurkan banyak makan ikan, sayur, buah. Saya dinyatakan itu hanya kista. Saya kontrol terus, benjolan itu pernah berkurang sedikit. Tetapi setelah itu benjolan ini tidak pernah berkurang lagi dan makin besar 2,99 cm. Saya dianjurkan biopsi, mula-mula saya tidak mau, tapi akhirnya saya mau jalani. Hasilnya adalah tumor ganas (kanker) carsinoma, Ini tertulis di buku medic saya. Dokter tidak terus terang bahwa hasilnya demikian, mungkin takut saya shock & saya ke dokter sendirian.
Dokter hanya bilang ini berpacu dengan waktu. Saya bilang suami saya tidak mengizinkan apapun terhadap saya hingga suami saya kembali dari bertugas. Hasil biopsi ini saya dapatkan satu hari setelah suami saya berangkat untuk bertugas di Jepang. Dokter bertanya berapa lama suami saya kembali, saya bilang 3 minggu. Oke operasi tunggu suami, tetapi pemeriksaan yang lain harus dikerjakan. Saya bingung dan panik.
Pergumulan yang berat bagi saya. Saya tidak tahu skenario hidup saya. Bagaimana nanti setelah saya dipanggil pulang tidak ada seorangpun yang tahu. Saya bilang Tuhan, kalau Tuhan mau panggil saya pulang saya akan pulang. Kalau saya harus jalani kanker ini biarlah Tuhan berjalan di depan saya. Kalau boleh ya, Tuhan izinkanlah saya untuk boleh mendapatkan mujizat daripadaMu walau tidak yang spektakuler. Hari ke 4 suami saya baru bisa kembali ke Jakarta, dia begitu shock & stress. Dia bilang kepada saya, enak saja mau pulang, pulang saja. Bagaimana bila saya sudah tiada, bagaimana dia & kedua anak-anak? Begitu kecewanya dia kepada Tuhan. Saya tidak bisa member jawaban, saya hanya berdoa supaya Tuhan memberi pengertian/hikmat. Keesokan harinya suami menghampiri saya dan berkata bila Tuhan memanggil pulang, pulanglah karena cepat atau lambat kita semua akan pulang.
Akhirnya, saya dengan ditemani suami yang telah secepatnya kembali dari Jepang untuk mendampingi saya. Saya berencana pindah ke doker spesialis lain karena saya kecewa mengapa dokter tersebut tidak terbuka kepada saya. Saya berdiskusi dengan dokter kandungan saya & dianjurkan USG 3 Dimensi. Hasilnya tetap sama : kanker. Saya minta rekomendasi dokter spesialis yang bagus, diberikanlah nama dokter tersebut. Saya membawa hasil USG tersebut ke dokter yang direkomendasikan. Dokter spesialis berikutnya bilang memang ini berpacu dengan waktu. Angkat 1 payudara & 30 x kemoterapi. Sambil menangis saya jalani pemeriksaan darah. Sambil menjalani pemeriksaan lainnya untuk persiapan operasi. Lalu, saya menyadari kalau nama yang tertera di gambar hasil USG 3 dimensi itu ternyata bukanlah nama saya, dan saya segera ke Rumah Sakit untuk memberitahukannya pada dokter, kemudian dokter itu menyatakan kalau ternyata itu hanya kesalahan nama saja. Karena saya masih tidak yakin, akhirnya saya menjalani USG itu lagi. Dan hasilnya ternyata memang benar itu gambar saya. Setelah clear semua, akhirnya keesokan harinya saya akan menjalani operasi .
Hari operasipun tibalah, sebelum masuk ke ruang operasi Pdt. Liely Setiadi dari gereja saya memimpin doa bersama dengan suami saya & saya. Saya pasrah. Hingga di kamar operasi, bagian patologi memeriksa sampai 4 kali, hasilnya tumor jinak. Tidak perlu diangkat semuanya & tidak perlu kemoterapi. Tuhan mengizinkan mujizat itu padaku.
Kini saya sudah sembuh walau tetap saya control terus dan ini menginjak tahun ke-5. Saya mendampingi orang-orang yang mau ditemani ke dokter untuk memeriksakan diri. Lebih dini lebih baik. Tidak semua benjolan adalah kanker. Dan tidak semua harus dioperasi. Bila orang tahu/kenal baik, dia akan lebih terbuka & percaya kepada kesaksian kita. GBU all.
Merry Srifatmadewi
0 komentar:
Posting Komentar