Cerita I
Ada seorang kepala desa yang mempunyai ayah yang berangasan .
Setiap kali tersinggung ,
ayahnya akan meledak dan memaki - makinya .
Meskipun watak buruknya telah terkenal di desa itu ,
sifat ayah kepala desa ini membuat malu dan banyak mengganggu banyak orang .
Suatu hari ,
kepala desa itu menggantung sepotong besi didepan rumahnya .
Ia menyruh anak - anak desa untuk memukuli besi itu
setiap kali ayahnya memaki dirinya .
Suara nyaring dari besi yang dipukul menarik perhatian banyak orang dan tak berapa lama kemudian orang tua itu sadar .
bahwa ia telah berbuat bodoh .
Mulailah saat itu ia berhenti memaki -maki anaknya .
Dengan siasat cerdik ini ,
sang anak berhasil menyadarkan ayahnya .
Kita juga harus paham bahwa pendekatan yang halus lembut biasanya lebih efektif dibandingkan cara - cara yang keras.
Cerita II
Suatu kali , Sang Buddha diundang oleh Brahmana untuk menerima derma dirumahnya .
Karena di undang , Sang Buddha datang kerumah Brahmana itu .
Bukannya melayani Beliau .
Brahmana tersebut malah mencaci maki Beliau dengan kata - kata yang paling kasar .
dengan lembut Sang Buddha mengajuhkan pertanyaan pada nya .
" Apakah sering ada tamu datang kerumahmu , Brahmana ?
" Ya " Jawab Brahmana itu .
" Apa yang engkau lakukan kalau mereka datang ? "
" Oke , aku sediakan jamuan besar ."
" Kalau mereka tak menghabiskan nya ? "
" Dengan senang hati kami yang menghabiskannya "
" Brahmana yang baik ,engkau telah mengundang-Ku kemari
untuk berderma dan menjamu-Ku dengan kata - kata kasar
yang tak hendak Kuterima , jadi ambilah kembali semuanya ."
Sang Buddha tak membalas , namun dengan sopan
mengembalikan apa yang diberikan Brahmana itu padanya .
" Jangan membalas ,"
nasihat Buddha .
" Kebencian tidak di akhiri dengan kebencian , hanya dengan kasih sajalah kebencian berakhir ."
Cerita III
Satu kali Yang Ariya Sariputra
murid kepala Sang Buddha ,
dilabrak seorak Brahmana yang mencacinya dengan kata - kata kasar .
Melihat kata - katanya tak membawa pengaruh apa - apa terhadap sariputra ,
Brahmana itu menjadi semakin marah .
" Tak dengarkah kau yang kukatakan ? "
teriak brahmana yang sedang murka itu .
" Apa kamu tak ingin membalas hinaanku ? "
Yang Ariya Sariputra tersenyum lembut kepada Brahmana itu dan menjawab .
" Kawan , tentu saja saya mendengar suaramu yang keras dan jelas itu ,
tapi karena aku tahu tak ada yang bermanfaat dalam kata- kata mu ,
aku hanya mendengar getaran suara ,
Aku tidak mendengar kata - kata nya .
jadi aku tidak terpengaruh oleh artinya ."
sumber:
Sri Dhammanda. Be Happy: Mengatasi Takut dan Cemas dari Akarnya dan Berbahagia dalam Segala Situasi. Karaniya, 2007.
Kamis, 06 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar