Balada Pembaptis Ulang
Oleh: Timotius, tinggal di Jakarta, saat ini bekerja di sebuah bank swasta, dan bergereja di GKI (Gereja Kristen Indonesia) Jemaat Nurdin, di wilayah Grogol Jakarta Barat.
Lihat di: http://timotiustalksabout.blogspot.com/2010/11/tentang-saya.html
Saya sangat berminat dengan isu ttg baptisan ulang, sehingga topik ini menjadi bahasan sekaligus prioritas pertama saya dalam refleksi teologis saya. Oya, karena sifatnya refleksi, bahkan ada kata 'spark' disana, maka setiap ulasan dalam artikel ini bukanlah jurnal teologi yang terlalu ilmiah dan serius. Bahkan saya membayangkan bahwa setiap tulisan dalam artikel ini hanya akan menjadi sebuah kata pembuka diskusi lanjutan dari pembaca sekalian yang berminat.
Mari mulai dengan topik pertama...
Baptisan ulang... Mustinya bukan isu yang terlalu baru lagi bagi kita. Bahkan saat Johanes Calvin masih hidup, dia pun sudah berjuang menghadapi praktek baptis ulang dari kalangan Anabaptis yang 'cukup sukses' menyesatkan jemaat.
Saya disini tidak akan menunjuk atau menyalahkan umat pelaku baptisan ulang, karena mereka hanyalah korban dari 'tipuan spiritual' dari para pembaptis ulang. Dalam banyak case, keputusan untuk melakukan baptisan ulang bahkan diambil dengan suatu niatan yang luhur untuk 'memperbaiki atau menyempurnakan kehidupan spiritual' seperti yang diajarkan oleh para pembaptis ulang.
Oke, jadi saya langsung pointing pada para pembaptis ulang, yaitu para pendeta, pastor, atau rohaniawan Kristen yang memang mempraktekkan baptisan ulang.
Pertanyaan pembuka: 'mengapa harus ada baptis ulang?'
Jawabannya gampang dan standar:
1. Karena baptis percik bukanlah 'baptisan' tapi 'rantisan'
2. Karena Kristen musti mengikuti teladan Tuhan Yesus yang di baptis dengan cara diselam
3. Karena perlu upacara inisiasi untuk mengesahkan seseorang menjadi anggota jemaat suatu gereja menganut baptisan ulang
Mari kita bahas satu persatu...
Lihat di: http://timotiustalksabout.blogspot.com/2011/01/balada-pembaptis-ulang-part-1.html
Alasan 1: Baptisan vs Rantisan
Saya pribadi nggak merasa keberatan dengan kedua praktek baptisan yang secara umum dikenal, yaitu baptisan percik dan baptisan selam. Sebagai anggota jemaat GKI yang reformed, saya dibaptis secara percik, yakni saat saya masih bayi yang dikenal dengan baptisan anak (ini juga bisa menjadi topik yang menarik untuk diulas, di lain kesempatan ya), lalu di-sidi saat saya remaja (diawali dengan kelas pelajaran agama Kristen selama beberapa bulan). Namun saya sama sekali nggak keberatan dengan praktek baptisan selam, bahkan kesannya lebih mantap ya, lebih berasa daripada sekedar percik-percik.
GKI pun mengambil sikap yang sama. GKI menerapkan tata cara baptisan percik, namun mengakui baptisan selam juga. Maksudnya begini: kalau ada simpatisan yang sudah dibaptis secara selam di gereja lain dan yang bersangkutan ingin menjadi anggota jemaat GKI, maka baptisan selamnya tetap diakui GKI. Yang bersangkutan cukup mengikuti pelajaran agama Kristen (katekisasi), lalu sesudahnya mengaku percaya dengan penumpangan tangan, tanpa perlu dibaptis percik lagi. Baptisan selam yang sudah diterimanya adalah sah dan diakui GKI. Ini baru namanya gereja yang benar ajarannya dan Alkitabiah!
Jadi stand point nya sudah jelas: cara baptisan percik atau selam, saya tidak mempermasalahkan. Monggo dilaksanakan sesuai tata cara gereja masing-masing.
Lalu, apa masalahnya? Yaitu saat baptisan diulang, biasanya dari baptisan percik ke baptisan selam. Ini lain ceritanya, dan saya betul-betul mengecam praktek baptis ulang seperti ini, karena betul-betul melecehkan Tuhan!
Biasanya para pembaptis ulang akan memulai dengan sebuah dogma bahwa baptisan yang Alkitabiah seharusnya dilakukan secara selam. Mengapa? Karena kata 'baptizo' yang dipakai dalam perikop terkait mengandung pengertian 'penenggelaman'. Jadi, ya jelas baptisan musti dilakukan secara selam. Sedangkan baptisan percik... Percik itu sendiri bahasa aslinya adalah: 'rantiso'. Jadi kalau seorang sudah dibaptis secara percik, sesungguhnya dia BELUM DIBAPTIS, namun BARU DIRANTIS....
Bagaimana saya bisa meng-counter pemahaman yang keliru ini?
Mudah saja, tapi mohon maaf kalau penjelasan saya ini agak 'menyerang' praktek baptis selam yang saya hormati dan hargai.
Ada 2 hal:
Pertama: di seluruh bagian Alkitab, saat kata 'baptizo' dan turunannya digunakan, maka kata itu hampir seluruhnya menunjuk pada pemercikan atau pembasuhan, seperti tata cara penyucian yang diatur dalam Hukum Taurat (misal: Markus 7:4, Lukas 11:38, 1 Korintus 10:1-2, dsb)
Bisa dibilang, Alkitab tidak mengenal tata cara penenggelaman, kecuali kisah Naaman yang harus mandi 7 kali di sungai Yordan.
Kedua: Yohanes hampir tidak mungkin melaksanakan penenggelaman.
Mengapa? Karena dia adalah keturunan imam Lewi yang tentu sangat familiar dengan tata cara upacara dan peribadatan Yahudi. Dia hanya mengenal pemercikan, seperti yang biasa dikenal dan dilakukan oleh para imam pada saat itu (banyak terdapat di Kitab Imamat dan Bilangan). Dan coba bayangkan... Sekiranya Yohanes membaptis secara selam di sungai Yordan, bagaimana caranya agar dia bisa membaptis para wanita tanpa harus melanggar hukum Taurat? Dengan memegang wanita yang bukan istrinya, lalu menenggelamkannya, dan mempersilakan sang wanita pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup? Betapa hal itu menjadi kegiatan gila yang melecehkan dan memalukan! No way! Saya percaya, sebagai keturunan imam Lewi maka Yohanes melakukan pembaptisannya dengan cara yang dikenalnya, yaitu pemercikan!
Lihat di: http://timotiustalksabout.blogspot.com/2011/01/balada-pembaptis-ulang-part-2.html
Alasan 2: Yesus dibaptis selam?
Sekali lagi saya tegaskan bahwa cara baptisan bagi saya pribadi dan bagi gereja saya adalah tidak begitu penting. Mau percik mau selam... Semuanya sah di mata Tuhan. Semua tergantung tata cara gereja masing-masing, dan kebetulan GKI dan gereja-gereja reformed lainnya memakai tata cara baptisan percik.
Cara baptisan tidak menyelamatkan, karena baptisan hanyalah tanda dan meterai dari sesuatu yang lebih prinsip, yaitu iman percaya kepada Tuhan Yesus. Mau dibaptis dengan cara apapun tapi kalau hatinya tidak sungguh-sungguh percaya... Itu adalah kesia-siaan dan hanya sebuah ritual kebohongan spiritual yang keji di mata Tuhan!
Namun menjadi lain masalahnya kalau masalah cara baptisan Tuhan Yesus dijadikan legitimasi untuk melakukan baptisan ulang. Wah... Saya akan berusaha meng-counter hal ini, bahwa Tuhan Yesus dibaptis secara selam! Bukan untuk menyalahkan baptisan selam, namun untuk memberi perspektif lain bahwa ada kemungkinan Tuhan Yesus juga dibaptis dengan cara yang sama seperti Yohanes membaptis orang lain, yaitu mengikuti tata cara yang dikenal oleh agama Yahudi saat itu, yaitu: pemercikan.
Pertanyaan pertama: mengapa mind set bahwa Tuhan Yesus dibaptis secara selam lebih dominan ketimbang dibaptis secara percik? Jawabannya simpel: karena memang dikondisikan demikian. Coba perhatikan film-film tentang kehidupan Yesus, hampir seluruhnya mem-visual-kan pembaptisan Yesus terjadi secara selam. Jadi film telah mempengaruhi pemikiran teologis kita, dan bukannya Alkitab! Pantesan begitu banyak orang yang kebakaran jenggot kala film Da Vinci Code atau Golden Compass diproduksi. Iya lah, mereka kan lebih me-refer ke film ketimbang ke Alkitab! Iman yang didasarkan pada film... mau dibawa kemana kekristenan? Ke Holywood???
Dari kesaksian Injil Matius dan Markus, bahwa 'Yesus keluar dari air' (Mat 3:16, Mrk 1:9), sama sekali tidak berarti telah terjadi penenggelaman atas diri Yesus, tidak ada petunjuk kuat bahwa Yesus telah 100% dibenamkan di dalam air, seperti yang digambarkan oleh film-film. Kalau saya masuk ke sungai sampai ke mata kaki atau lutut atau pinggang, lalu saya naik ke darat, itupun bisa dikatakan bahwa 'saya keluar dari air'. Makanya saya bersyukur ada penjelasan dari Injil Lukas tentang hal ini, bahwa 'Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa' ketika langit terbuka dan Roh Kudus turun ke atasNya (Luk 3:21-22). Setelah dibaptis, Yesus berdoa, dan Roh Kudus turun atasNya... Tidak ada penjelasan sedikitpun bahwa Yesus telah diselam... Karena memang tidak perlu dijelaskan, karena memang tidak penting!
Semoga alasan cara baptisan Tuhan Yesus tidak lagi menjadi legitimasi baptisan ulang. Tapi kalau masih ada pembaptis ulang yang tegar tengkuk, saya harapkan Anda untuk bertobat, pelajari lagi Alkitab, dan berhenti menyesatkan jemaat untuk kepentingan pribadi Anda!
Lihat di: http://timotiustalksabout.blogspot.com/2011/01/balada-pembaptis-ulang-part-3.html
Alasan 3: Masuk gereja, musti baptis ulang?
Saya jadi teringat buku 'Just as I am' karangan Billy Graham, dimana di salah satu bagian terdepan mencantumkan pergumulan ybs saat akan memulai pelayanannya sebagai pendeta gereja B. Kenapa bergumul? Karena sesuai syarat gereja B, maka dia harus dibaptis ulang sesuai tata cara gereja tersebut, yaitu secara selam. Kalau nggak mau baptis ulang, ya nggak bisa melayani sebagai pendeta disitu. Akhirnya BG pun mau dibaptis ulang hanya untuk memenuhi syarat gereja setempat.
Sangat disayangkan, tata cara telah mengalahkan hakikat!
Saya juga punya rekan yang pindah gereja, dan aktif disana. Lalu setelah dia menjadi aktivis, keluarlah fatwa bahwa aktivis yang belum dibaptis selam maka harus dibaptis ulang secara selam. Kalau tidak mau... Ya silakan geser...
Saya hanya ingin bertanya satu hal ke para pembaptis ulang: "Sebagai hambanya Tuhan, saat Tuhan - Tuan Anda - sudah memeteraikan seseorang menjadi umatNya melalui baptisan percik, APA HAK ANDA untuk mencopot meterai yang telah disahkan Tuan Anda dan menganggapnya tidak sah? Apakah Anda merasa lebih tinggi dari Tuan Anda? Atau... Siapakah sebenarnya tuan Anda... Mamon-kah?
Kalau saya menjadi Anda, saya merasa takut karena perbuatan baptisan ulang sebenarnya telah melecehkan Tuhan. Mungkin Anda tidak tahu, mungkin karena ketidaktahuan Anda maka Anda telah berbuat salah.
Berita bagus untuk kita semua: 'Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang' (Yoh 8:11b).
lihat di: http://timotiustalksabout.blogspot.com/2011/01/balada-pembaptis-ulang-part-4.html
Rabu, 05 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar