PERGI KE MANAPUN, KEBENCIAN TETAP ADA
Awalnya, saya mendaki gunung memang ingin mencari hening dalam setiap lelah yang dijalani. Keluar dari semua penat dan benci yang merasuk dalam setiap aktivitas rutin setiap hari. Namun saat proses mendaki, justru saya menemukan kebencian itu ikut mendaki juga ke gunung.
Saat saya beristirahat sejenak menghilangkan lelah mendaki gunung yang begitu terjal, saya mendengar satu orang berteriak kepada temannya, "Haleluya". Seruan tersebut ternyata untuk meledek. Karena pembicaraan berikutnya menunjukkan kebencian mereka kepada kekristenan.
Terdengar seorang dari mereka dengan lantang berseru, "Mereka yang harus ikut kita, bukan kita yang ikut mereka. Tidak ada kompromi dalam hal ini. Gorok kalo ga mau."
Ternyata, mau pergi ke manapun, kita akan tetap bertemu dengan kebencian selama kita masih bertemu dengan manusia. Kita tidak bisa kabur dari kebencian. Bahkan seandainya kita hanya sendirian di suatu pulau pun, kita tetap akan bertemu dengan kebencian di dalam diri kita sendiri. Kita benci dengan kesendirian kita, kita benci dengan sekitar kita dan kita benci dengan diri kita sendiri.
Kita memang tidak bisa kabur dari kebencian, tapi kita bisa memilih untuk terpengaruh oleh kebencian itu atau tidak.
0 komentar:
Posting Komentar