DIHANCURKAN SEMAKIN BESAR
Saya kembali, setelah me-recharge diri selama beberapa hari ini. Saya akan bagikan kisah-kisah menarik yang saya dapatkan selama 'pengasingan diri' ini.
Saya memulai perjalanan saya dengan berkunjung dan tinggal di tempat cici saya yang merupakan pendeta di lombok. Gerejanya termasuk dalam aliran pentakosta. Namun yang menarik adalah, gerejanya sudah menggunakan banyak sekali pendekatan untuk melihat suatu masalah keagamaan. Misalnya mengenai pendeta perempuan, di beberapa gereja pentakosta masih dilarang seorang perempuan menjadi pendeta namun di gerejanya sudah tidak masalah karena mereka melihat juga dari sudut sosiologi. Masalah-masalah lain juga dilihat lintas ilmu, tidak hanya dari Alkitab saja. Gerejanya juga sering mengadakan dialog lintas agama. Dia mengajak umat kristen untuk mengenal juga ajaran agama lain. Bagaimana mau berteman jika tidak mau kenal? Bagaimana hidup damai jika yang dikhotbahkan hanya keburukan agama lain?
Oh iya ada satu lagi yang menarik. Gereja ini (tempat saya berfoto). Dahulunya hanya gereja kecil yang kumuh. Pada tahun 2000, gereja tersebut dihancurkan karena efek dari peristiwa mei 1998 masuk ke Lombok. Tapi 2 tahun kemudian, gereja ini sedikit demi sedikit dibangun dan berkembang menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya.
Walau gereja sudah bertumbuh menjadi besar, cici saya ini tidak mendoakan keburukan bagi pembakarnya atau mengajarkan jemaat untuk membenci para pembakar atau agama para pembakar yang membakar gerejanya. Dia kini justru mengajak jemaatnya untuk mau mengenal kebaikan agama lain. Setiap bulan pasti ada pertemuan lintas agama.
Dihancurkan bukan menghilang justru semakin besar, bukan hanya gedungnya tetapi juga hatinya. Saya mendapat pelajaran berharga dari sini.
0 komentar:
Posting Komentar