Pages

Sabtu, 19 April 2025

YESUS TIDAK BANGKIT?

YESUS TIDAK BANGKIT
 
Benarkah Yesus bangkit? Bagaimana kekristenan melihat kebangkitan? Saya akan menjelaskannya dari beragam sudut pandang. 

Beberapa versi kebangkitan dalam kekristenan:
1. Kebangkitan fisik secara literal. Mereka percaya tubuh yang mati akan dibangkitkan secara fisik pada hari Yesus datang kembali. Mereka yang percaya pandangan ini, umumnya tidak mengizinkan jenazah dikremasi. Dasar biblis atas kepercayaan ini adalah:
a. kebangkitan Yesus secara fisik yang tidak berubah sama sekali, termasuk tanda-tanda bekas penyalibannya. Mereka percaya Yesus adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati (1 Kor 15:20; Kol 1:18). Tapi kenapa disebut yang pertama? Bukankah Lazarus dan para orang kudus bangkit lebih dulu daripada Yesus? Mereka percaya bahwa Yesus bangkit dengan tubuh kemuliaan (tubuh yang disempurnakan) yang tidak akan mati lagi. Lazarus dan para orang kudus hanya kebangkitan sementara dan akan mati kembali. Untuk 2 kasus ini tidak ada catatan lanjutan mengenai Lazarus maupun para orang kudus yang telah bangkit. Apakah mereka masih hidup hingga sekarang atau sudah mati. Karena tidak ada catatan apapun maka diasumsikan bahwa mereka hanya bangkit sementara lalu mati kembali. Banyak masalah teologis yang bisa terjadi dari pemahaman kebangkitan fisik literal ini misal seperti untuk mereka yang disabilitas apakah akan bangkit dengan tubuh disabilitasnya atau tubuh yang non disabilitas. Nancy Eisland percaya bahwa mereka akan bangkit dengan tubuh disabilitas sama seperti Yesus yang juga bangkit dengan tubuh disabilitas (tangan, kaki dan lambung yang bolong bekas penyaliban). Walau ada masalah juga dengan pemahamana Eisland di sini. Namun kita tidak akan membahas masalah-masalah ini lebih jauh, mungkin di lain kesempatan saat saya membahas tentang teologi disabilitas. 
b. kebangkitan Lazarus (Yoh 11:43-44).
c. kebangkitan orang-orang kudus saat penyaliban Yesus (Mat 27:51–53).
2. Kebangkitan dalam bentuk yang disempurnakan. Mereka percaya bahwa tubuh yang akan bangkit nanti bukanlah tubuh fisik (Sōma psychikon) melainkan tubuh roh/yang dimuliakan/disempurnakan (Sōma pneumatikon). Oleh karena itu, bagi mereka tidak masalah jenazah mau dikubur atau dibakar. 
Dasar biblis:
a. “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah (sōma psychikon), yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah (sōma pneumatikon)" 1 Kor 15:44.
b. "yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Filipi 3:21). Mereka percaya bahwa tubuh yang akan bangkit nanti bukanlah tubuh fisik yang penuh keterbatasan ini, melainkan tubuh yang telah disempurnakan (entah seperti apa bentuknya nanti). Oleh karena itu, salah satu frasa dalam Pengakuan Iman Rasuli, kebangkitan daging (carnis resurrectionem/ anastasis sarkos) diubah menjadi kebangkitan orang mati. Hal ini serupa dengan bunyi ayat 1 Kor 15:52-53.
b. Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya masuk ke dalam tempat terkunci (Yoh 20:19 diulang lagi pada ayat 26). Jika Yesus masih bangkit dengan fisik yang sama, maka tidak mungkin dia bisa masuk begitu saja ke tempat yang dikunci. Walau agak terkesan paradoks jika kita baca ayat 20 (diulang lagi pada ayat 27) di mana Yesus menunjukkan bekas luka penyaliban-Nya seakan ingin mengatakan bahwa Dia adalah Yesus yang sama yang telah mati di salib dengan tubuh yang sama pula dia bangkit. Dan juga tidak ada tulisan eksplisit bahwa Yesus menembus pintu terkunci, para murid juga tidak dituliskan terkejut melihat itu. Ditambah lagi di Lukas 24:39 saat Yesus menunjukkan bekas luka-Nya Dia menyatakan bahwa roh tidak mempunyai daging dan tulang seperti yang kamu lihat pada-Ku ini.
3. Kebangkitan metaforis. Pandangan ketiga ini dianggap sesat dan tidak sesuai pandangan kristen pada umumnya. Yesus dianggap tidak sungguh-sungguh bangkit. Kebangkitan Yesus hanya bersifat metaforis/kiasan, bukan sungguhan. Pandangan ini sempat heboh pada tahun 2007, khususnya setelah Ioanes Rakhmat menulis di Kompas 5 April 2007. Berikut saya salin secuplik tulisannya:
"Para penulis Perjanjian Baru sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora; jika tidak demikian, mereka adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kemampuan membedakan mana realitas dan mana fantasi dan delusi. Dalam metafora sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subyektif, bukan dalam realitas obyektif. Yesus bangkit, ya, tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup dihadiri dan dibimbing oleh Rohnya. Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: ia telah diangkat dalam roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah "tubuh rohani", bukan tubuh jasmani protoplasmik." Tulisan ini mendapat banyak reaksi dan kritik dari para teolog dan pendeta. Namun saya yakin di Indonesia, yang berpendapat seperti Ioanes tidak hanya satu orang, mengingat banyak juga teolog yang melihat beberapa kisah alkitab tidak secara historis melainkan metaforis. Apalagi saya masih ingat waktu itu mahasiswa teologi dikumpulkan dalam sebuah pertemuan, dan salah satu pendeta mengatakan, begini kira-kira, "Pandangan Ioanes bukan hal baru dan juga tidak ada yang aneh, banyak di antara kita adalah muridnya, jadi tidak aneh juga jika kita sepandangan dengannya. Jadi masalah dari Ioanes bukan itu." Dari pendapat ini kita bisa melihat mungkin banyak pendeta juga yang sepimikiran dengan Ioanes tapi tidak berani sependapat dengannya. Itulah kenapa saat FBnya masih aktif, dia selalu mengkritik para pendeta ini sebagai orang yang "takut dapurnya tidak ngebul". Sejak itu, Ioanes selalu mengatakan Yesus adalah Tuhan gereja. Namun saya membaca tulisannya (berupa puisi) pada 29 April 2024, di bait 13 dia menulis "Aku murid Yesus, Tuhan gereja" lalu di kalimat terakhir dari bait terakhir dia menulis, "Rangkullah aku, Yesus, Tuhanku". Saya yakin refleksi "Tuhanku" yang tertulis tidak sama lagi seperti "Tuhanku" seperti dahulu beliau yakini. 

Apapun itu, kebangkitan Kristus membawa refleksi pribadi bagi setiap mereka yang bersentuhan dengannya. Dan refleksi itu tidak hanya berhenti pada pemikiran tetapi juga terproyeksi dalam perilaku hidup. 

Bagaimana denganmu, apa refleksimu terhadap kebangkitan Yesus?

Pertanyaan lainnya yang tidak kalah menariknya adalah: "Bagaimana jika sains berhasil membangkitkan orang yang sudah mati?" Baik yang baru mati, maupun yang sudah lama mati. Baik bangkit dengan tubuh yang sama maupun dengan tubuh berbeda (hanya DNAnya seperti Dire Wolf yang baru dibangkitkan). Atau yang sakit parah dan tidak diselamatkan, dibekukankan lalu dibangkitkan beberapa puluh tahun kemudian (cryogenic). Bagaimana? Apakah kita masih akan berharap dan percaya kepada kebangkitan menurut iman Kristen?

Saya punya imajinasi liar, jangan-jangan ada ilmuwan dari masa depan yang berhasil menemukan teknologi untuk membangkitkan orang mati, lalu pergi ke zaman Yesus dan membangkitkan Dia. Setelah itu, Dia diangkut oleh mesin super canggih (kenaikan Yesus) ke masa depan (kedatangan Yesus kembali). Tentu saja ini hanya imajinasi liar, bukan iman gereja dan tidak perlu juga disetujui, haha.  

Selamat Paska

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian
Di STF Driyarkara

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar