Pages

Sabtu, 12 Juli 2025

IMAN TANPA AKAL

IMAN TANPA AKAL

Sebagai pendeta, kita bisa mencuci otak  dan mengendalikan umat dengan 3 hal:
1. Jangan pakai otakmu, pakai saja hatimu. Tuhan terlalu besar untuk dipahami oleh otakmu yang kecil. Iman adalah masalah hati, bukan otak.
2. Pendeta adalah gembala, mereka adalah yang paling tahu kebutuhan domba-dombanya. Jangan protes apapun yang disampaikan pendeta. Apa kalian pernah lihat domba protes ke gembala? Tidak, kan? Maka percaya saja. 
3. Yang menghambat seluruh berkat Tuhan adalah kebebalan dan keras kepalamu. Ketaatan penuh pada Tuhan tanpa komplain adalah cara mendapatkan berkat Tuhan.

Namun sayangnya firman Tuhan menunjukkan hal berbeda. Mari kita cek:
1. Tuhan justru memilih gembala yang memakai otaknya, bukan yang hanya memakai hatinya. "Mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan (knowledge) dan pengertian (understanding)". Yeremia 3:15.
2. Sering pendeta mengatakan yang diperlukan umat hanyalah hikmat Tuhan, tapi hikmat bukanlah sesuatu yang tanpa ilmu. Di dalam hikmat ada kecerdasan (prudence), pengetahuan (knowledge) dan kebijaksanaan (discreation). Amsal 8:12.
3. Jika pendeta mengatakan bahwa yang kita butuhkan hanyalah dipenuhi oleh Roh Allah, maka Roh Allah bukanlah sesuatu yang tanpa pengetahuan. Mereka yang dipenuhi oleh Roh Allah, dipenuhi juga dengan hikmat (wisdom), pengertian (understanding) dan pengetahuan (knowledge). Keluaran 35:31. 
4. Dan terakhir, ayat ini sering sekali dikutip oleh pendeta, namun kenapa masih banyak yang mengatakan bahwa iman itu hanya tentang hati, bukan akal. Padahal di ayat ini, Matius 22:37 ditulis "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu DAN DENGAN SEGENAP AKAL BUDIMU". Tuhan juga menginginkan kita mengasihi Dia dengan akal kita. Akal yang telah Dia ciptakan. 

Oleh karena itu, sebagai pendeta, kita harus mendorong umat menggunakan otak mereka dalam mengasihi Tuhan. Mungkin ada saatnya terjadi kontradiksi, penolakan, keraguan, disolasi, dan lain sebagainya. Tapi iman perlu dicari dan dimaknai sendiri sehingga setelah semua pergumulan panjang itu, kiranya mereka dapat berkata seperti Ayub 

"Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." Ayub 42:5.

*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian
Di STF Driyarkara 
Dan Pendeta di salah satu gereja kecil

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar