OTOKRITIK AGAMA YANG MENYENANGKAN
Otokritik merupakan bagian penting dari sebuah agama. Otokritik membuat agama terlihat ada kurangnya, tapi itu menyenangkan karena artinya agama belum menjadi Tuhan. Hanya Tuhan yang sempurna, selain itu tidak ada yang lain, yang bisa dikatakan sempurna, baik itu agama maupun kitab suci.
Otokritik membuat kita melihat ada kekurangan dalam agama yang perlu diperbaiki. Saat berbicara tentang agama maka yang dimaksud adalah ajaran, kebijakan-kebijakan, ritus/tradisi dan tafsir terhadap kitab suci. Jika kita merasa agama kita tidak boleh diperbaiki, coba cek agama kita 50-100 tahun lalu, masih sama atau ada yang berbeda? Pasti ada yang berbeda.
Otokritik dilakukan oleh umat agama dari agama tersebut. Misal saya dari agama Kristen maka saya melakukan otokritik terhadap agama saya. Otokritik dilakukan tidak dengan membabi-buta menyerang ajaran-ajaran yang ada sekarang atau mengutip-ngutip ayat lalu mengatakan ajaran yang ada saat ini salah, tidak cocok, dan omong kosong.
Otokritik disampaikan dengan ilmu. Tidak asal bicara tetapi memiliki argumen yang jelas dan kuat. Siap berdiskusi jika diperlukan. Dan siap berbagi usul jika ditanyakan.
Dalam setiap proses otokritik, selalu ada orang-orang yang berada di luar lingkaran agama yang dikritik (agama lain), ikut masuk ke dalam proses tersebut. Lalu dengan latahnya ikut-ikutan mengkritik tanpa tahu semangatnya.
Misalnya saya menulis otokritik tentang ketuhanan Yesus. Lalu masuklah agama lain yang ikut nimbrung di dalam diskusi itu sambil dengan sombongnya menuliskan, "Betul sekali mas. Saya juga percaya Yesus itu bukan Tuhan. Ketuhanan Yesus merupakan hasil kesepakatan para tokoh gereja zaman dulu. Sayangnya orang kristen ga bisa dibilangin. Untungnya mas berpikiran terbuka. Semoga mas segera menemukan jalan kebenaran."
Serius saya pernah dapat komen seperti itu, bahkan ada yang langsung chat secara pribadi ke saya, dan saya mau ketawa. Hahaha
Begini, motivasi saya melakukan otokritik untuk mengajak umat Kristen berpikir kembali tentang ajarannya dan mengajak untuk memikirkan kembali ajaran apa yang lebih kontekstual untuk masa kini, tapi mereka yang dari agama lain datang dengan motivasi bahwa agama kristen salah dan harus ikut ajaran agamanya yang benar. Padahal saat agama mereka dikritik, mereka tidak mau.
Jadi saat saya melakukan otokritik, sesungguhnya saya sedang mengajak mereka yang setuju dengan tulisan itu untuk melakukan otokritik juga terhadap agamanya. Jika kamu dari agama lain, lalu setuju dengan otokritik saya terhadap agama kristen maka itu artinya kamu juga harus melakukan otokritik terhadap agamamu sendiri.
Semangat mengoreksi agama sendiri harus dikembangkan, bukan hanya semangat mengoreksi agama lain saja yang dibesar-besarkan.
Tidak hanya otokritik agama, hal ini juga berlaku dalam otokritik suku, ras, hobi, dsb.
0 komentar:
Posting Komentar