Sabtu, 17 Agustus 2024
SI LUMPUH YANG CEPU DAN TIDAK TAHU TERIMA KASIH
Sabtu, 20 Juli 2024
PENDETA BERPURA-PURA "MANTAN" PENDOSA?
Selasa, 09 Juli 2024
BUNGKAM DENGAN PRESTASI?
Sabtu, 06 Juli 2024
2 KORINTUS 12:2-10
Sabtu, 08 Juni 2024
KE GEREJA KOK CUMA BUAT CARI MAKAN
Minggu, 26 Mei 2024
YESUS BUKAN KRISTEN
YESUS BUKAN KRISTEN
Karena algoritma YouTube saya lagi rame sama mualaf yang nyerang kekristenan, saya jadi mau bahas sesuatu nih. Tapi ini ga ada maksud nyerang agama apapun yah, hanya membahas logika bahasa dari si penyerang. Sekali lagi, logika bahasa dari penyerang, bukan agamanya. Kata "kalian" yang dipakai juga bukan untuk teman-teman muslim secara keseluruhan, tetapi hanya kepada si penyerang yang dimaksud dalam tulisan di atas.
Ada yang bilang gini:
Yesus itu bukan Kristen, tapi Islam, kenapa? Karena Yesus:
1. Berdoa sujud (Mat 26:39)
2. Disunat (Luk 2:21)
3. Tidak makan babi (tidak ada ayat jelas yang menulis tentang ini)
4. Berdoa kepada Allah (Mark 1:35)
5. Yesus mengajarkan bersyahadat (Yoh 17:3)
6. Yesus puasa (Mat 4)
7. Yesus mati dipakaikan kafan (Mat 27:59)
8. Yesus tidak ke gereja tetapi ke bait Allah dan Sinagoge (Luk 2:46; Mat 4:23)
Betul, Yesus melakukan semua itu. Tapi, karena Yesus melakukan itu, bukan berarti Yesus adalah seorang muslim, melainkan Yesus adalah seorang Yahudi yang beragama Yahudi. Semua ritual di atas adalah ritual Yahudi. Ga percaya? Cek kitab-kitab Yahudi.
Selain 8 hal di atas, sebagai orang Yahudi, Yesus juga dibaptis. Yesus mengikuti hari raya Yahudi. Yesus berdoa bukan kepada Allah dalam konsep Islam tetapi kepada YHWH. Yesus beribadah pada hari Sabat. Hal-hal ini tidak diajarkan di Islam kan? Lalu apa yang membuat Yesus menjadi Islam jika semua yang Dia lakukan adalah bentuk kewajiban-Nya sebagai orang Yahudi?
Selain itu, logika berikutnya yang tidak pas adalah kalian mengatakan kitab suci orang Kristen sudah diedit, tapi kalian mengutip ayat-ayat yang sudah diedit itu untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah orang Islam. Bagaimana mungkin kalian menggunakan sesuatu yang menurut kalian tidak valid sebagai dasar argumen kalian?
Kalo kalian nanya, "Yesus kan Tuhan, kok Dia beragama dan berdoa kepada Tuhan? Masa Tuhan berdoa kepada Tuhan?" "Kalo Yesus agamanya Yahudi, harusnya pengikut Yesus juga beragama Yahudi dong, masa beragama Kristen, katanya pengikut Yesus." Itu beda topik lagi yah. Topik yang saya bahas adalah sesuai dengan paragraf pertama tulisan ini.
Sekali lagi, tidak menyerang agama tertentu tetapi menjawab logika yang dipakai oleh mereka yang mengatakan Yesus adalah orang Islam.
*Nuryanto Gracia, mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara
EKSORSISME DALAM KATOLIK
Kamis, 16 Mei 2024
REINKARNASI DAN DOSA ASAL
Sabtu, 20 April 2024
KHOTBAH HARUSNYA MEMBUAT KITA PINTAR
KHOTBAH HARUSNYA MEMBUAT KITA PINTAR
Dalam beberapa fungsi khotbah, ada satu yang seringkali dilupakan oleh para pendeta yaitu mendidik. Selama ini khotbah para pendeta hanya berfokus pada membuat umat yakin pada injil, mengingatkan akan Allah, sadar akan dosa-dosanya (dan juga mengingatkan untuk memberi perpuluhan/persembahan), menguatkan di tengah masalah hidup dan membantu umat mengambil keputusan moral. Terkadang juga ada pendeta yang menjadikan mimbar sebagai tempat curhat colongan, atau mengkritik umat yang tidak sepandangan.
Khotbah pendeta banyak yang jauh dari fungsi mendidik. Suatu hal dapat dianggap mendidik, 2 di antaranya adalah jika dapat meningkatkan pengetahuan, dan melibatkan proses pengembangan pikiran kritis.
Apakah ada pengetahuan umat yang bertambah setelah mendengar khotbah dari pendeta? Apakah umat didukung untuk mengembangkan pikiran kritis mereka atau justru dipaksa untuk percaya saja dengan khotbah para pendeta?
Bayangkan jika fungsi mendidik dalam khotbah dilaksanakan dengan baik, akan secerdas apa orang-orang Kristen? Puluhan tahun menjadi Kristen, mungkin sudah mendengar ratusan khotbah. Jika khotbah para pendetanya mendidik, mungkin pengetahuan mereka sudah setara master teologi, atau minimal sarjana teologi.
Tapi banyak pendeta yang sulit melakukan ini, kenapa?
1. Pendeta takut jemaat semakin pintar akhirnya sulit ditakut-takuti atau dikendalikan.
2. Pendetanya sendiri kurang mendapatkan pendidikan. Bayangkan ada pendeta yang hanya sekolah Alkitab selama 6 bulan. Banyak di antara mereka yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan tidak penting dalam khotbah, yang penting adalah khotbah yang menyentuh hati. Akhirnya, fungsi mendidik dalam khotbah pun timpang.
3. Pendeta alergi dengan penggunaan akal dalam memahami iman. Jadi isi khotbah hanya berkutat pada memainkan emosi umat.
Oleh karena itu, izinkan saya membantu kalian memberikan beberapa perangkat online yang bisa membantu kalian bertambah ilmunya setiap kali mendengarkan khotbah.
1. Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Seringkali banyak pendeta yang berkhotbah dengan mengutip bahasa Ibrani dan Yunani, tapi kutipan mereka hanya berasal dari "katanya", entah kata siapa. Umat yang mendengar itu, percaya saja karena mereka yakin pendeta pasti ahlinya. Akhirnya hoax bahasa itu berputar-putar terus menjadi "katanya".
Untuk bahasa Ibrani kita bisa cek di sini https://www.chabad.org/library/bible_cdo/aid/63255/jewish/The-Bible-with-Rashi.htm
Untuk bahasa Yunani bisa cek di sini https://www.greekbible.com/
Untuk septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) bisa cek di sini https://www.septuagint.bible/genesis
Tapi kita ga bisa bahasa Ibrani dan Yunani? Tidak apa, kan kita hanya mau mengecek apakah yang dikutip pendeta adalah benar atau salah. Kita bisa belajar menghafal alfabet Ibrani dan Yunani atau mau mudahnya, tinggal copas ke google translate, nanti muncul cara bacanya (lihat di screenshot)
2. Kemajuan AI bisa kita gunakan untuk belajar pada proses paling dasar. Misal untuk mengecek apakah yang dikatakan pendeta itu ada datanya atau tidak. Kita bisa menggunakan chatgpt di sini chat.openai.com
Ya betul, chatgpt tidak bisa dianggap benar 100%, tapi bisa dipakai untuk pengecekan awal. Pengecekan selanjutnya jika kita rajin, bisa membuka www.libgen.is
atau www.openlibrary.org
di 2 web ini, kita bisa mencari buku apapun yang kita mau, untuk proses belajar kita.
Bayangkan jika orang kristen melakukan hal-hal di atas setiap minggu, saya yakin mereka tidak hanya merasa dikuatkan oleh firman Tuhan tapi juga bertambah cerdas. Tapi sayangnya, umat kita sudah dibiasakan dengan "percaya saja" serta "dikunyahi dan disuapi".
Atau mari mulai dulu dari para pendetanya, membuat khotbah yang cerdas sehingga selesai khotbah, yang merasa cerdas bukan hanya umat tetapi juga pendetanya. Bukankah orang pertama yang harusnya mendapatkan manfaat dari khobah adalah si pengkhotbah itu sendiri?
Nuryanto Gracia,
Mahasiswa S2 Filsafat Keilahian di STF Driyarkara