UNTUK ORANG KRISTEN YANG SENANG MENUNJUKKAN KESALAHAN AGAMA LAIN
Kita sudah hidup di tahun 2023, tapi masih banyak orang Kristen yang seakan masih hidup dengan teologi abad ke-16. Selalu senang jika bisa menunjukkan keburukan agama lain. Atau tidak percaya jika ada kebaikan di agama lain. Agama lain pasti masuk neraka. Kitab suci agama lain salah. Dan hal-hal negatif lainnya.
Padahal sejak Konsili Vatikan II gereja mulai beralih dari konsep "di luar gereja tidak ada keselamatan" (extra ecclesiam nulla salus) menjadi "ada keselamatan di luar gereja" walaupun pada saat itu sifatnya masih inklusivisme belum pluralisme. Tapi setidaknya, gereja sudah membuka dirinya pada karya keselamatan Allah di luar gereja.
Kita bisa melihat hal itu khususnya dalam dokumen Lumen Gentium yang dihasilkan pada 21 November 1964 dan Nostra Aetate pada 28 Oktober 1965.
“….rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan Maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun juga dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis. 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim. 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” (Lumen Gentium 16)
“…Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang." (Nostra Aetate 2)
Paham ini, khususnya Kristen Anonimnya Karl Rahner yang sangat mempengaruhi teologi agama-agama konsili Vatikan II, dikritik di kemudian hari karena dianggap tidak adil dalam memandang agama lain. Akhirnya gereja terus-menerus berkembang ke arah yang lebih baik. Jika gereja terus berkembang, lalu kenapa kita masih bergeming di beberapa abad lalu?
*Nuryanto, Mahasiswa S2 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
0 komentar:
Posting Komentar