LIFT MATI, MENARIK
12 Lantai harus saya turuni dan naiki, tidak sendiri tetapi sambil menggendong anak berumur 2th dengan berat 12kg. Itu semua terjadi karena lift di apartemen mati semua. Awalnya saya ingin berdiam diri saja di kamar dan tidak mau terlibat dengan masalah lift mati tersebut. Tetapi karena Raito (anak berumur 2th tersebut) harus gunting rambut (walau tidak begitu mendesak juga), saya memutuskan untuk terlibat dalam masalah lift mati tersebut.
Saya merasa, dalam masalah ini pasti ada yang menarik, baik untuk dipelajari maupun disyukuri. Oleh karena itu, saya tidak mau melewatkan hal menarik tersebut. Saya mulai menuruni tangga, dalam perjalanan saya bertemu dengan petugas isi ulang air yang sedang menggendong galon sambil menaiki tangga seundak demi seundak. Saya bertemu pula dengan orang-orang yang menaiki tangga menuju lantai mereka masing-masing. Belum ada hal menarik bagi saya saat itu.
Hal menarik baru terjadi setelah Raito selesai gunting rambut dan itu artinya saya harus menaiki tangga sampai lantai 12 sambil menggendong Raito. Saat turun sih tidak terasa beratnya, tapi saat naik...wuih pasti terasa banget. Maksud hati ingin menunggu lift nyala, namun tiba-tiba hati tergerak melihat petugas air isi ulang yang tadi berpapasan saat saya turun.
Terlihat 4 galon berisi air penuh, siap digendong bergantian menaiki beberapa anak tangga. Perjuangan berat sepertinya, lebih berat dari perjuangan saya. Semangat pun bangkit untuk meneruskan perjuangan kembali menuju lantai 12. Manusia memang aneh, seringkali termotivasi karena melihat penderitaan orang lain, seringkali bersyukur karena melihat ada orang lain yang lebih menderita dari dirinya.
Pendakian lantai demi lantai pun dimulai. Dalam perjalanan saya berpapasan dengan penghuni yang lain, dan uniknya kami saling menebar senyum, padahal sama-sama sedang 'terluka.' Dan lebih anehnya saya dimotivasi oleh senyuman-senyuman tersebut? Apakah ini yang disebut "yang terluka membalut yang terluka?"
Sungguh menarik memang lift mati ini. Kami yang tidak pernah bertegur sapa, kini harus bertukar senyum. Bahkan ada seorang anak yang berujar kepada ibunya, "Seru yah, Ma?" Ada juga yang berujar, "Jadi keringetan, biasanya kedinginan di kantor, mobil dan kamar."
Dan yang lebih menarik lagi, saat saya sampai di lantai 12, ada perempuan cantik yang menyambut saya dengan tawa dan pelukkan. Seakan menertawakan sekaligus menghargai perjuangan saya.
Dalam masalah, mungkin ada yang menarik, entah untuk dipelajari atau sekadar disyukuri.
Salam,
Nuryanto Gracia
12 Lantai harus saya turuni dan naiki, tidak sendiri tetapi sambil menggendong anak berumur 2th dengan berat 12kg. Itu semua terjadi karena lift di apartemen mati semua. Awalnya saya ingin berdiam diri saja di kamar dan tidak mau terlibat dengan masalah lift mati tersebut. Tetapi karena Raito (anak berumur 2th tersebut) harus gunting rambut (walau tidak begitu mendesak juga), saya memutuskan untuk terlibat dalam masalah lift mati tersebut.
Saya merasa, dalam masalah ini pasti ada yang menarik, baik untuk dipelajari maupun disyukuri. Oleh karena itu, saya tidak mau melewatkan hal menarik tersebut. Saya mulai menuruni tangga, dalam perjalanan saya bertemu dengan petugas isi ulang air yang sedang menggendong galon sambil menaiki tangga seundak demi seundak. Saya bertemu pula dengan orang-orang yang menaiki tangga menuju lantai mereka masing-masing. Belum ada hal menarik bagi saya saat itu.
Hal menarik baru terjadi setelah Raito selesai gunting rambut dan itu artinya saya harus menaiki tangga sampai lantai 12 sambil menggendong Raito. Saat turun sih tidak terasa beratnya, tapi saat naik...wuih pasti terasa banget. Maksud hati ingin menunggu lift nyala, namun tiba-tiba hati tergerak melihat petugas air isi ulang yang tadi berpapasan saat saya turun.
Terlihat 4 galon berisi air penuh, siap digendong bergantian menaiki beberapa anak tangga. Perjuangan berat sepertinya, lebih berat dari perjuangan saya. Semangat pun bangkit untuk meneruskan perjuangan kembali menuju lantai 12. Manusia memang aneh, seringkali termotivasi karena melihat penderitaan orang lain, seringkali bersyukur karena melihat ada orang lain yang lebih menderita dari dirinya.
Pendakian lantai demi lantai pun dimulai. Dalam perjalanan saya berpapasan dengan penghuni yang lain, dan uniknya kami saling menebar senyum, padahal sama-sama sedang 'terluka.' Dan lebih anehnya saya dimotivasi oleh senyuman-senyuman tersebut? Apakah ini yang disebut "yang terluka membalut yang terluka?"
Sungguh menarik memang lift mati ini. Kami yang tidak pernah bertegur sapa, kini harus bertukar senyum. Bahkan ada seorang anak yang berujar kepada ibunya, "Seru yah, Ma?" Ada juga yang berujar, "Jadi keringetan, biasanya kedinginan di kantor, mobil dan kamar."
Dan yang lebih menarik lagi, saat saya sampai di lantai 12, ada perempuan cantik yang menyambut saya dengan tawa dan pelukkan. Seakan menertawakan sekaligus menghargai perjuangan saya.
Dalam masalah, mungkin ada yang menarik, entah untuk dipelajari atau sekadar disyukuri.
Salam,
Nuryanto Gracia
0 komentar:
Posting Komentar