BERLUTUT. Jika kamu ingin sesuatu kamu harus berlutut terlebih dahulu. Apa maksudnya? Saya pernah mendatangi satu gereja yang mengajarkan jika kita ingin mendapatkan sesuatu kita harus berlutut berdoa kepada Tuhan. Bawalah apapun yang kita inginkan dalam doa. Bahkan saya juga mendengar, seorang anak pendeta di tempat tersebut ingin minta dibelikan HP (Hand Phone) lalu ayahnya mengatakan untuk berlutut dan berdoa. Hanya dengan itu Tuhan akan berbelas kasihan. Ada juga yang ketika anak sakitnya karena tidak punya uang akhirnya membawa anaknya ke gereja lalu mendoakannya di sana berjam-jam, lalu dia bersaksi anaknya sembuh. Ada juga yang merasa tidak perlu ke dokter karena Yesus adalah dokter dari segala dokter jadi berdoa saja pasti sembuh.
Benarkah kekristenan mengajarkan untuk berdoa saja tanpa bekerja jika ingin mendapatkan sesuatu atau dalam bahasa campuran Jawa dan Latin adalah "Ora ah Labora" yang artinya bisa "Malas ah bekerja" atau "Gak mau ah bekerja". Memang tidak dapat dipungkiri ada beberapa aliran kekristenan yang berpendapat, berpikiran dan berkeyakinan seperti itu. Saya tidak ingin mengatakan mereka sesat, saat ini saya hanya ingin berbagi sedikit bagaimana kita melihat masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda dengan tetap berlandaskan Firman Tuhan. Saya hanya akan mengajak kita untuk fokus kepada satu perikop alkitab saja, jika kebanyakan nanti kesannya saya hanya mengutip-ngutip ayat untuk memaksakan pendapat saya.
Mari perhatikan 2 Tesalonika 3: 1-15. Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul untuk perikop ini "Berdoa dan Bekerja" atau dalam semboyan bahasa latin yang terkenal adalah "Ora et Labora." Di dalam alkitab sendiri tidak tersurat adanya kata Berdoa dan Bekerja. Yang ada hanya judul perikop yang diberikan oleh LAI untuk 2 Tes 3:1-15. Istilah Ora et Labora sendiri dicetuskan oleh Santo Benediktus dari Nursia, Italia. Kata-kata itu tidak hanya sekadar menjadi semboyan saja. Benediktus mengajarkan para rahibnya untuk berdoa dan bekerja dengan tekun. Benediktus dan para rahibnya banyak menolong masyarakat sekitar pada masa dia hidup. Mereka mengajari orang banyak itu membaca dan menulis, bercocok tanam dan aneka macam ketrampilan dalam berbagai lapangan pekerjaan (http://luckioojozz.blogspot.com/2010/09/st-benediktus.html). Benediktus diinspirasi oleh perikop 2 Tesalonika tersebut khususnya 2 Tes 3:10 yang berbunyi "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
Sebenarnya apa yang ingin dikatakan oleh perikop 2 Tesalonika 3 tersebut. Mari kita pelajari bersama. 2 Tesalonika ditulis untuk menjawab persoalan yang terjadi di jemaat Tesalonika, yaitu Yesus akan segera datang. 1 Tesalonika mengatakan bahwa Yesus akan segera datang, bahkan mereka yang masih hidup akan mengalami kedatangan Yesus seperti yang ditulis dalam 1 Tes 4: 15 "Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal." Dan juga ayat yang ke-17 "sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Oleh karena Yesus segera akan datang, ada beberapa anggota jemaat Tesalonika yang merasa percuma untuk bekerja sehingga mereka tidak mau melakukan pekerjaannya (2 Tes 3: 6). Bahkan ada yang hidupnya tidak tertib dan tidak bekerja melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (2 Tes 3:11). Mereka hanya berdiam diri di rumah tanpa bekerja hanya menunggu kedatangan Kristus. Hal ini dikritik keras oleh karena itu dalam 2 Tesalonika 3 tersebut Paulus, Silwanus dan Timotius memberitahukan teladan mereka hidup yaitu mereka tidak lalai bekerja di antara mereka, mereka berusaha dan berjerih payah siang dan malam (2 Tes 3: 7-8).
Jelas dari perikop tersebut kita mempelajari bahwa doa itu harus diiringi juga dengan bekerja. Bahkan jika kita telaah lebih jauh, kata "et" dalam bahasa latin bisa juga berarti " di dalam" maka ora et labora bisa juga diartikan "berdoa di dalam bekerja." Yang artinya adalah kita bekerja sama seperti ketika kita berdoa yaitu terus-menerus melibatkan Tuhan. Dari kisah hidup Santo Benediktus kita juga mempelajari bahwa dia mengajarkan rahib dan orang di sekitarnya untuk berdoa dan bekerja dengan tekun.
Sekarang kembali kita di masa kini. Sebagai umat Kristen apakah kita masih Ora ah Labora untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau kita mau mengikuti teladan Paulus, Silwanus, Timotius dan Benediktus yaitu Ora et Labora? Selamat Merenung.
Karya: Nuryanto, S.Si (Teol)
Benarkah kekristenan mengajarkan untuk berdoa saja tanpa bekerja jika ingin mendapatkan sesuatu atau dalam bahasa campuran Jawa dan Latin adalah "Ora ah Labora" yang artinya bisa "Malas ah bekerja" atau "Gak mau ah bekerja". Memang tidak dapat dipungkiri ada beberapa aliran kekristenan yang berpendapat, berpikiran dan berkeyakinan seperti itu. Saya tidak ingin mengatakan mereka sesat, saat ini saya hanya ingin berbagi sedikit bagaimana kita melihat masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda dengan tetap berlandaskan Firman Tuhan. Saya hanya akan mengajak kita untuk fokus kepada satu perikop alkitab saja, jika kebanyakan nanti kesannya saya hanya mengutip-ngutip ayat untuk memaksakan pendapat saya.
Mari perhatikan 2 Tesalonika 3: 1-15. Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul untuk perikop ini "Berdoa dan Bekerja" atau dalam semboyan bahasa latin yang terkenal adalah "Ora et Labora." Di dalam alkitab sendiri tidak tersurat adanya kata Berdoa dan Bekerja. Yang ada hanya judul perikop yang diberikan oleh LAI untuk 2 Tes 3:1-15. Istilah Ora et Labora sendiri dicetuskan oleh Santo Benediktus dari Nursia, Italia. Kata-kata itu tidak hanya sekadar menjadi semboyan saja. Benediktus mengajarkan para rahibnya untuk berdoa dan bekerja dengan tekun. Benediktus dan para rahibnya banyak menolong masyarakat sekitar pada masa dia hidup. Mereka mengajari orang banyak itu membaca dan menulis, bercocok tanam dan aneka macam ketrampilan dalam berbagai lapangan pekerjaan (http://luckioojozz.blogspot.com/2010/09/st-benediktus.html). Benediktus diinspirasi oleh perikop 2 Tesalonika tersebut khususnya 2 Tes 3:10 yang berbunyi "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
Sebenarnya apa yang ingin dikatakan oleh perikop 2 Tesalonika 3 tersebut. Mari kita pelajari bersama. 2 Tesalonika ditulis untuk menjawab persoalan yang terjadi di jemaat Tesalonika, yaitu Yesus akan segera datang. 1 Tesalonika mengatakan bahwa Yesus akan segera datang, bahkan mereka yang masih hidup akan mengalami kedatangan Yesus seperti yang ditulis dalam 1 Tes 4: 15 "Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal." Dan juga ayat yang ke-17 "sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Oleh karena Yesus segera akan datang, ada beberapa anggota jemaat Tesalonika yang merasa percuma untuk bekerja sehingga mereka tidak mau melakukan pekerjaannya (2 Tes 3: 6). Bahkan ada yang hidupnya tidak tertib dan tidak bekerja melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (2 Tes 3:11). Mereka hanya berdiam diri di rumah tanpa bekerja hanya menunggu kedatangan Kristus. Hal ini dikritik keras oleh karena itu dalam 2 Tesalonika 3 tersebut Paulus, Silwanus dan Timotius memberitahukan teladan mereka hidup yaitu mereka tidak lalai bekerja di antara mereka, mereka berusaha dan berjerih payah siang dan malam (2 Tes 3: 7-8).
Jelas dari perikop tersebut kita mempelajari bahwa doa itu harus diiringi juga dengan bekerja. Bahkan jika kita telaah lebih jauh, kata "et" dalam bahasa latin bisa juga berarti " di dalam" maka ora et labora bisa juga diartikan "berdoa di dalam bekerja." Yang artinya adalah kita bekerja sama seperti ketika kita berdoa yaitu terus-menerus melibatkan Tuhan. Dari kisah hidup Santo Benediktus kita juga mempelajari bahwa dia mengajarkan rahib dan orang di sekitarnya untuk berdoa dan bekerja dengan tekun.
Sekarang kembali kita di masa kini. Sebagai umat Kristen apakah kita masih Ora ah Labora untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau kita mau mengikuti teladan Paulus, Silwanus, Timotius dan Benediktus yaitu Ora et Labora? Selamat Merenung.
Karya: Nuryanto, S.Si (Teol)
2 komentar:
video ilustrasinya tidak bisa dilihat
@anonim: maaf video saya di youtube banyak yang telah saya hapus.
Posting Komentar