Jika anjingku mati, masuk surga ga?
Eko-teologi seringkali dianggap sebagai usaha untuk keluar dari antroposentrisme. Namun kenyataannya di lapangan, diskusi-diskusi eko-teologi yang berkembang justru masih berkutat pada antroposentrisme, entah sadar atau tidak.
Mari kita lihat:
1. "Jangan buang sampah sembarang, nanti banjir." Kalo banjir emang kenapa? Manusia akan menderita, kan? Masih manusia fokusnya, kan?
2. "Kalo alam rusak, anak cucu kita nanti makan apa?" Masih manusia fokusnya, kan?
3. "Kalo flora dan fauna punah, anak cucu ga bisa kenal dan tahu flora dan fauna yang punah itu." Manusia lagi, kan?
4. Bahkan ada yang mengutip pepatah kuno untuk menjelaskan mengapa kita harus merawat alam, "Ketika pohon terakhir ditebang, ikan terakhir telah ditangkap dan sungai terakhir telah kering Saat itulah manusia baru sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan." Tapi isi kutipannya masih fokus pada manusia, kan?
5. "Alam dilibatkan dalam karya keselamatan Allah." Karya keselamatan yang mana? Yang Yesus mati untuk umat manusia? Manusia lagi kan fokusnya?
6. "Kita harus merawat bumi ini, karena bumi adalah rumah bersama." Rumah bersama untuk siapa? Manusia yang berbeda-beda, kan? Hewan dan tumbuhan hanya menjadi penyokong kebutuhan manusia.
7. "Eko-teologi mengajak kita menafsirkan kembali teks-teks yang eksploitatif terhadap alam agar alam tidak rusak dan habis." Memang kalo rusak dan habis kenapa? Manusia akan kehabisan sumber energi dan akan terjadi bencana alam yang merugikan manusia. Manusia lagi kan?
Jika mau jujur, eko-teologi kita masih berputar-putar di antroposentrisme. Kita bahkan tertawa saat mendengar seorang anak kecil bertanya, "Kalo anjingku mati, dia masuk surga ga?"
Apalagi jika ada yang bertanya, "Jika tanaman hiasku mati, dia masuk surga ga?" Mungkin kita akan tertawa terbahak-bahak.
Setidaknya ekoteolog sejati adalah anak-anak tersebut yang memikirkan kebaikan hewan dan tumbuhan pada dirinya, bahkan memikirkan juga bahwa karya keselamatan Allah juga berlaku untuk para tumbuhan dan hewan tersebut.
*Nuryanto Gracia
Mahasiswa S2 Filsafat Kelahiran
STF Driyarkara