KAPITALIS RELIJIUS
Belum lama ini kita membaca hiruk pikuk Zoya, MUI dan Sertifikasi halal. Oke saya tidak akan terlalu menyinggung hal tersebut, karena takut ada yang tersinggung.
Saya ajak kita melihat dari kacamata yang lebih luas, yaitu kapitalis relijius.
Agama adalah ladang yang sangat 'basah' untuk dijadikan tempat meraup keuntungan. Comot ayat sedikit, banyak yang percaya dan mengatakan "amin." Kutip pendapat agamawan sedikit, semakin banyak yang percaya dan katakan amin.
Pada Zaman Yesus
hidup, sistem keagamaannya pun dikuasai oleh kapitalis relijius yang
berusaha meraup keuntungan atas nama agama. Jika mau merayakan hari raya
keagamaan Yahudi, maka semua perlengkapan persembahannya harus dibeli
di pasar yang ada di halaman bait Allah. Mengapa? Karena semua yang ada
di sana sudah disertifikasi halal, mulai uang yang dipakai sampai
binatang yang akan dijadikan persembahan. Tidak boleh membawa binatang
dari tempat lain karena belum tentu halal. Harga semua yang dijual di
pasar bait Allah itu jelas jauh lebih mahal daripada di tempat lain.
Oleh karena itu, Yesus yang baru datang dari desa kecil, tanpa gentar
mengobrak-ngabrik pasar halal itu. Bagi Yesus, mereka tidak jauh beda
seperti penyamun (perampok) (Matius 12:13).
Pada tahun 1500an, kekristenan yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan waktu itu, melancarkan bisnis "Surat Penghapusan Siksa/Dosa" dekat Witternberg. Siapa pun yang membeli surat tersebut maka akan selamat dari api penyucian. Rakyat akhirnya percaya bahwa dosanya bisa diampuni hanya dengan membeli surat tersebut. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak punya uang? Marthin Luther, yang dikenal sebagai tokoh reformator, mengobrak-ngabrik praktek tersebut dengan menulis 95 dalil.
Ternyata bisnis agama tersebut tidak juga mati, sampai saat ini bisnis agama marak di mana-mana. Asal ada uang, maka kita bisa membuat bisnis baru atas nama agama (kapitalis relijius). Di kekristenan saat ini, orang hanya dengan menyebut "kegiatan ini buat misi," maka setumpuk uang akan mengalir dengan mudahnya. Entah misi apa yang dimaksud, mungkin misi membuncitkan perut? Haha. Belum lagi ada juga membisniskan minyak, KKR, gereja mall, kesembuhan ilahi, politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Para Kapitalis relijius ini punya senjata yang ampuh agar kekuatan mereka langgeng. Apa itu? Saat ada yang mengkritik mereka, maka mereka akan berteriak dengan lantang, "agama kita dihina dan dilecehkan." Padahal yang sedang menghina dan melecehkan agama adalah mereka.
Jika ingin membela agama, maka yang harusnya dilawan adalah para kapitalis relijius itu. Tapi sayangnya, kebanyakan dari kita justru termakan comotan ayat dan petuah para agamawan yang di-stir oleh kapitalis relijius tersebut.
Desiderius Erasmus, menyerukan mari lawan "Kebodohan Lama" dengan "Ilmu Baru." Teruslah belajar dan pintar, sehingga agama kita menjadi agama yang penuh rakhmat bagi semesta.
Nuryanto Gracia, S.Si (teol)
Pada tahun 1500an, kekristenan yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan waktu itu, melancarkan bisnis "Surat Penghapusan Siksa/Dosa" dekat Witternberg. Siapa pun yang membeli surat tersebut maka akan selamat dari api penyucian. Rakyat akhirnya percaya bahwa dosanya bisa diampuni hanya dengan membeli surat tersebut. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak punya uang? Marthin Luther, yang dikenal sebagai tokoh reformator, mengobrak-ngabrik praktek tersebut dengan menulis 95 dalil.
Ternyata bisnis agama tersebut tidak juga mati, sampai saat ini bisnis agama marak di mana-mana. Asal ada uang, maka kita bisa membuat bisnis baru atas nama agama (kapitalis relijius). Di kekristenan saat ini, orang hanya dengan menyebut "kegiatan ini buat misi," maka setumpuk uang akan mengalir dengan mudahnya. Entah misi apa yang dimaksud, mungkin misi membuncitkan perut? Haha. Belum lagi ada juga membisniskan minyak, KKR, gereja mall, kesembuhan ilahi, politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Para Kapitalis relijius ini punya senjata yang ampuh agar kekuatan mereka langgeng. Apa itu? Saat ada yang mengkritik mereka, maka mereka akan berteriak dengan lantang, "agama kita dihina dan dilecehkan." Padahal yang sedang menghina dan melecehkan agama adalah mereka.
Jika ingin membela agama, maka yang harusnya dilawan adalah para kapitalis relijius itu. Tapi sayangnya, kebanyakan dari kita justru termakan comotan ayat dan petuah para agamawan yang di-stir oleh kapitalis relijius tersebut.
Desiderius Erasmus, menyerukan mari lawan "Kebodohan Lama" dengan "Ilmu Baru." Teruslah belajar dan pintar, sehingga agama kita menjadi agama yang penuh rakhmat bagi semesta.
Nuryanto Gracia, S.Si (teol)
0 komentar:
Posting Komentar