Pages

Minggu, 12 September 2010

APAKAH YESUS PERNAH BERSEKOLAH?

coba kita duga: apakah Yesus pernah bersekolah? harap kita tidak cepat-cepat menjawab " Tidak pernah sebab dalam Alkitab tidak dikatakan demikian." apalagi sampai kita mengambil refleksi bahwa Yesus saja yang tidak sekolah bisa mengerti Firman Tuhan dengan baik, jadi yg penting bukan otak, yg penting itu iman. wow...jgn cepat-cepat mengambil kesimpulan seperti itu saudara/i ku. tidak semua keterangan tentang Tuhan Yesus dapat diperoleh dari Alkitab. apakah dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan Yesus pernah keramas atau mandi? lalu apa itu berarti bahwa selama 33 tahun rambut Tuhan Yesus tidak pernah keramas dan Yesus tidak pernah mandi? ah, yang betul saja.

mungkin akan lebih mudah kalau terlebih dahulu kita bertanya, "apakah di zaman Tuhan Yesus sudah ada sekolah?" jawabnya: "Ya!" Di negeri-negeri yang ketika itu sudah berkebudayaan tinggi seperti Tiongkok, India, Romawi, Yunani dan Mesir sudah ada sekolah sejak ratusan tahun sebelum zaman Tuhan Yesus. Israel pada zaman itu tidak tergolong berkebudayaan tinggi, namun sudah mempunyai sistem pendidikan non formal yang ampuh dan kemudian pun mempunyai sistem persekolahan formal.

menurut catatan sejarah, di Israel sekolah formal yang pertama muncul sekitar tujuh puluh tahun sebelum zaman Tuhan Yesus. pada waktu itu bahasa ibrani yang digunakan kitab-kitab suci agama Israel (yg sebagian kini menjadi Perjanjian Lama orang Kristen) tidak berlaku lagi sebagai bahasa pergaulan. akibatnya banyak orang tua tidak cakap mengajarkan bahasa ibrani kepada anak-anak mereka padahal bahasa ibrani merupakan kebutuhan mutlak untuk mampu mengerti kitab-kitab suci. itulah penyebab lahirnya sekolah di Israel. yang diterima di sekolah itu adalah anak laki-laki berusia enam tahun ke atas. mata pelajaran utama adalah menulis dan membaca bahasa ibrani dan bahan bacaannya adalah kitab-kitab suci. itu sebabnya sekolah ini disebut Beth Hassjefer yang berarti Rumah Kitab.

pada waktu Tuhan Yesus berusia matang sekolah, besar kemungkinan bahwa di Nazaret, kota kediamanNya, sudah ada sekolah semacam itu. kita dapat membuat dugaan semacam itu karena di Markus 6 tertulis bahwa di kota Nazaret terdapat sebuah sinagoge atau rumah ibadat. biasanya sinagoge digunakan sebagai sekolah sepanjang pekan. jika jumlah murid terlalu banyak, biasanya gedung sekolah dibangun di sebelah sinagoge.

seandainya di Nazaret pada waktu itu belum ada sekolah, ada kemungkinan bahwa Yesus sebagai anak berusia sekitar sepuluh tahun bersekolah di kota lain. tidak jauh dari situ ada kota besar Japha yang dapat dicapai dengan berjalan kaki dalam tiga puluh menit. ke arah utara ada kota Sepphoris, sebuah kota yang pada waktu Yesus berusia sepuluh tahun dibumihanguskan oleh pasukan romawi karena penduduk kota itu memberontak. ada kemungkinan bahwa Yesus membantu ayahnya sebagai tukang kayu yang membangun kembali kota tersebut. jika demikian halnya, besar kemungkinan bahwa Yesus bersekolah di kota itu, karena pada umumnya anak Israel pada zaman itu bersekolah sambil bekerja membantu mata pencaharian orang tua mereka.

kecendurangan kita untuk menduga bahwa Tuhan Yesus pernah bersekolah terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa Ia mengusai bahasa-bahasa asing dengan baik. bahasa ibu Tuhan Yesus adalah bahasa Aram. tetapi Gunther Bornkamn, seorang pakar Perjanjian Baru menyimpulkan dalam bukunya Jesus of Nazaret bahwa Tuhan Yesus mengusai bahasa Ibrani klasik yang digunakan dalam kitan-kitab suci, bahasa ibrani rabinik yang digunakan kalangan golongan terpelajar dan bahasa Yunani sebab terbukti Tuhan Yesus mampu berdiskusi dengan para ahli Torat tentang kitab-kitab klasik. Pengusaan Tuhan Yesus bukan hanya dalam hal bahasa melainkan juga dalam hal isi kitab-kitab klasik. Lewis Sherrill, seorang pakar Pendidikan Agama Kristen, dalam buku The Rise of Christian Education menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus bukan hanya mengusai kitab-kitab suci Yahudi yang terbatas, melainkan juga tulisan-tulisan klasik sekarang disebut apokrifa pseudopigrafa. Sherrill cenderung menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus terus bersekolah sambil bekerja sebagai tukang kayu pada masa usia remaja dan pemuda, mungkin di sekolah lanjutan yang formal atau belajar secara pribadi dari guru-guru tertentu. Pada zaman Tuhan Yesus memang sudah ada sekolah lanjutan yaitu Beth Hammidrasj atau Beth Talmud sebagai lanjutan dari Beth Hassjefer yang bertingkat sekolah dasar. Dari kitab-kitab Injil memang tampak bahwa Tuhan Yesus mengusai isi banyak kitab klasik agama Yahudi yang sering dikutip-Nya di luar kepala.

Besar juga kemungkinan bahwa Tuhan Yesus kuat dalam pengusaan bahasa dan isi kitab-kitab suci karena membiasakan diri untuk hadir di sinagoge pada setiap hari Sabat. Di Lukas 4:16 tertulis, “ Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat…” kata-kata “menurut kebiasaan-Nya” tidak menunjukkan kapan Tuhan Yesus memulai kebiasaan ini, namun dapat diduga bahwa sama seperti banyak orang tua lainnya, Yusuf dan Maria sudah membiasakan Yesus ikut ke sinagoge tiap hari Sabat sejak usia anak yang dini, yaitu sekitar usia empat tahun.

Di Lukas 2: 41-52 diceritakan bahwa pada usia dua belas tahun, Tuhan Yesus mengambil prakarsa sendiri untuk ikut dalam suatu pelajaran dan diskusi di Bait Allah di Yerusalem. Perhatikan istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan Yesus yang berusia dua belas tahun ini: “Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengarkan Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala jawab yang diberikanNya.” Dengan jelas di sini Yesus digambarkan sebagai anak yang cerdas.

Cerita tentang Tuhan Yesus sebagai anak berusia dua belas tahun itu adalah catatan terakhir dalam kitab Injil tentang masa kecilNya. Segera setelah itu laporan melompat ke cerita Yesus pada usia sekitar tiga puluh tahun. Jadi ada “masa bungkam” sepanjang delapan belas tahun tentang Tuhan Yesus yang tidak ada keterangannya dalam kitab-kitab Injil. Apa yang diperbuat Yesus antara usia dua belas tahun sampai tiga puluh tahun? Dari penelitian para pakar Alkitab kita dapat menyimpulkan bahwa di samping bekerja sebagai tukang kayu agaknya Yesus terus belajar baik melalui tatap muka dengan guru secara perorangan maupun melalui buku-buku yang dipinjamNya dari guru itu atau dari sinagoge.

Ketika kemudian para Penulis Injil melaporkan awal pekerjaan Yesus, mereka mencatat bahwa Yesus mengajar “sebagai orang yang berkuasa” (Mrk 1:222, Yunaninya: oos exousian echoon = sebagai mempunyai wibawa). Di sini wibawa bukan terutama menunjuk kepada gaya retorika (pidato) Yesus, melainkan kepada kedalaman dan keluasan isi pengajaranNya yang memang secara mencolok menunjukkan bahwa Yesus sangat pandai dan berpengetahuan luas.

Apa rahasia kepandaian Yesus? Janganlah cepat-cepat kita menyimpulkan bahwa Yesus pandai karena Ia adalah Putra Allah. Perhatikan apa yang tertulis dalam surat Ibrani: “ Dan sekalipun Ia adalah Anak Allah, Ia telah belajar….” (Ibr 5:8). Rahasia kepandaian Yesus terletak pada kegiatan belajar . walaupun Ia adalah Putra Allah, namun Ia menempuh upaya belajar. kedudukanNya sebagai Putra Allah tidak membebaskan Dia dari kewajiban belajar. Beriman bukan berarti meninggalkan otak lalu menganggap bahwa otak tidak penting, yang terpenting adalah iman. Beriman berarti bertanggung jawab terhadap otak yang telah Tuhan berikan. Tidak hanya otak tetapi juga seluruh aspek dari diri kita harus kita kembangkan dengan belajar. Kalau Yesus yang adalah Putra Allah masih perlu belajar, apalagi kita. Kalau Yesus yang adalah Putra Allah mau belajar, mengapa kita tidak?

sumber:
Andar Ismail. Selamat Mengikut Dia: 33 Renungan tentang Kristus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005. Dengan sedikit penambahan.

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Tool

Delete this element to display blogger navbar